Monday, April 12, 2010

Harga CPO akan tembus US$940 per ton tahun ini

Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak nabati terbesar secara volume di dunia, berpotensi menanjak hingga sentuh level 3.000 ringgit (US$940) per ton tahun ini.

Pengurus Malaysian Palm Oil Board (MPOB) Ramli Abdullah seperti dikutip Bloomberg menyatakan harga CPO diantara 2.600 ringgit dan 3.000 ringgit karena rasio persediaan terhadap pasokan yang menipis dan harga minyak kedelai serta minyak mentah.

Menurut dia, harga sepanjang tahun ini akan stabil di level 2.400 ringgit per ton dipicu pembelian perusahaan sereal dan bisnis minyak China. Harga CPO untuk pengiriman Juni naik 3,8% hingga ke level tertinggi tiga pekan 2.594 ringgit per ton di Malaysia Derivatif Exchange pada perdagangan akhir pekan.

Situs resmi MPOB menyebutkan sepanjang satu bulan terakhir harga tertinggi di level 2.686 ringgit pada 11 Maret, masih jauh dari level harga tertinggi sepanjang satu tahun terakhir di level 2.887 ringgit pada 13 Mei 2009.

Harga terendah dalam setahun terakhir di level 2.001 ringgit pada 8 Juli 2009. Untuk tahun ini saja, level tertinggi terjadi pada perdagangan 8 Maret yakni 2.701 ringgit.

Malaysia akan memproduksi 17,8 juta ton CPO pada 2010, dan 18,5 juta ton pada 2011 dan pada 2020 akan mencapai 28 juta ton. Produksi pada Februari 2010 tercatat turun 12,45% menjadi 1,15 juta ton dari posisi Januari 2010.

Cadangan CPO per Februari 2010 juga turun 17,64% menjadi 932.971 ton. Begitu juga dengan ekspor minyak sawit turun 11,58% menjadi 1,29 juta ton.

Abdullah mengatakan ekspor dari Malaysia akan tumbuh menjadi 22,9 juta ton pada 2020 dari 16,02 juta ton tahun ini. Malaysia merupakan produsen CPO terbesar kedua dunia, sementara Indonesia sebagai produsen CPO tertinggi pertama dunia mencatat ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari 2010 naik 60.000 ton menjadi 1,20 juta ton, dibandingkan dengan bulan yang sama 2009 sebesar 1,14 juta ton.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan mengatakan kenaikan ekspor CPO dan turunannya pada Januari 2010 ketimbang Januari 2009, mengindikasikan kuatnya tren permintaan CPO dari negara-negara konsumen.

"Faktor pemicunya berasal dari pemulihan ekonomi di berbagai negara seperti China dan India yang menjadi importir terbesar CPO, terutama sekali dengan lahirnya CAFTA yang diprediksi dapat mendorong peningkatan permintaan China," ujarnya.

Sekjen Gapki Joko Supriyono mengatakan produksi CPO Indonesia diprediksi naik 1 juta ton menjadi 22 juta ton pada 2010. Sejak 2006, Indonesia sudah menjadi penghasil minyak sawit yang terdiri dari CPO dan CPKO (crude palm kernel oil) dengan total produksi saat itu 16 juta ton.

No comments:

Post a Comment