Monday, May 31, 2010

Saham CPO Kian Mengkilat

INILAH,COM, Jakarta - Kinerja emiten sawit, tahun ini diperkirakan semakin kinclong. Makanya tiga saham jagoan di sektor ini, yakni AALI, LSIP dan UNSP mendapat rekomendasi beli.
Data yang dirilis oleh Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), benar-benar melegakan. Volume ekspor CPO dan produk turunannya, sepanjang empat bulan I-2010, tercatat mencapai 4,65 juta ton. Lumayan, naik sedikit dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 4,61 juta ton.
Para analis optimistis, angka ekspor ini akan terus meningkat, terutama pada triwulan III dan IV. Mereka memprediksi permintaan CPO dan turunannya di tahun ini akan naik sekitar 10% hingga 12%.
“Permintaan terbanyak tetap akan didominasi India, Eropa dan China,” kata satu analis dari perusahaan sekuritas asing. Sesuai hukum supply and demand, harganya pun diprediksi akan menguat hingga menembus US$820 per ton. “Makanya, menurut saya, black campaign yang diserukan Greenpeace tak memengaruhi bisnis sawit secara signifikan,” tambahnya.
Lantas bagaimana dengan dampak krisis Eropa yang akan mendorong turunnya permintaan? Tenang, ini pun tidak terlalu membahayakan. Sebab, penurunan permintaan dari Benua Hijau, dipastikan akan tertutupi oleh naiknya permintaan dari China dan India.
India dan China diproyeksikan akan menjadi motor pertumbuhan konsumsi CPO sebesar 4,7% menjadi 47,5 juta ton. Konsumsi India, diperkirakan mencapai 7 juta ton atau naik 2,9%. Sementara itu, konsumsi China diprediksikan meningkat 4,8% menjadi 6,5 juta ton.
Itu sebabnya, saham-saham CPO masih mendapat rekomendasi beli. Pilihan utama para analis jatuh pada AALI, perusahaan yang memiliki kebun paling luas. Saham ini dipilih lantaran memiliki fundamental yang paling bagus dan utangnya relatif rendah. Saham yang pada pekan lalu di tutup pada harga Rp19.200 (27/5) ini, hingga akhir tahun berpotensi menuju level Rp25.300.
Pilihan berikutnya jatuh pada efek terbitan PT London Sumatera Indonesia (LSIP). Emiten ini di 2010 diprediksikan akan membukukan pendapatan Rp3,8 triliun, dengan laba bersih mencapai Rp847 miliar. Dengan kinerja tersebut, sahamnya berpotensi menguat ke tataran Rp10.500.
Lantas bagaimana dengan saham PT Bakrie Sumatera Plantations? Karena pekan lalu telah mengalami koreksi yang cukup dalam dan baru mampu rebound ke level Rp365, saham berkode UNSP ini juga mendapat rekomendasi buy dengan target harga Rp470. [mdr]

Wednesday, May 26, 2010

BLTA Tawarkan Right Issue 5,981 Miliar Saham Baru

INILAH.COM, Jakarta - PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) akan menerbitkan 5,981,591,235 saham baru dengan menggunakan HMETD dengan harga Rp220 per saham.
Hal ini diungkapkan Direktur BLTA Kevin Wong dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (26/5).
Harga pelaksanaan ini diperoleh dari saham hasil HMETD untuk untuk setiap satu saham yang telah dimiliki oleh pemegang saham pada saat tanggal penutupan dengan mengesampingkan hak atas pecahan. Padanan harga pelaksanaan dalam mata uang dolar Singapura untuk tiap Saham Hasil HMETD akan diumumkan tidak lebih dari lima hari bursa.
Perseroan akan mempercayakan irrevocablebundertaking dan pembeli siaga. Adapun pembeli siaganya antara lain, Deutsche Bank AG, Singapore branch, DnB NOR Bank ASA, Singapore Branch, Standard Chartered Securities Pte. Limited dan PT Danatama Makmur.
Rencananya, hasil HMETD ini dana pendapatan kotor yang diperoleh sebesar Rp1,225 triliun. Seluruh hasil dari penerbitan HMETD untuk pembelian kapal serta modal kerja bagi perseroan dan anak-anak perusahaannya. HMETD ini dilakukan sebelum 30 Juli 2010.
Untuk mendukung HMETD, PT Tunggaladhi Baskara, pemegang saham utama yang memiliki langsung maupun tidak langsung sekitar 57,64% yang dikeluarkan, termasuk saham yang diperoleh kembali dan 61,91% saham yang ada diluar treasury. [san/cms]

BUMI Mungkin Meraup Rp 4,5 Triliun dari Right Issue (Tanpa HMETD)

JAKARTA. Teka-teki seputar rencana penerbitan saham baru PT Bumi Resources Tbk (BUMI) akhirnya terjawab. Pada 24 Mei lalu, emiten kebanggaaan Grup Bakrie ini sudah mengumumkan akan menerbitkan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Artinya, investor ritel tak punya hak memesan terlebih dahulu, sehingga sahamnya sangat mungkin terdilusi akibat aksi korporasi BUMI ini.

Dalam keterbukaan informasi di BEI pada Senin malam itu, BUMI mengumumkan, ada perubahan dalam jadwal Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), dari 22 Juni menjadi 24 Juni 2010. Perubahan jadwal dilakukan karena manajemen BUMI menambahkan agenda penerbitan saham baru tersebut.

Selain agenda itu, dalam RUPSLB, BUMI juga akan meminta persetujuan pemegang saham untuk menjaminkan aset, termasuk menggadaikan saham untuk mendapatkan pembiayaan atau pinjaman dari pihak ketiga.

Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya (15/4), BUMI memang diprediksi akan menerbitkan saham baru sebesar 10%. Maklum, utang perusahaan tambang ini makin gendut.

Dalam laporan keuangan tahun 2009, BUMI menyebutkan, pada 26 Januari 2010, BUMI telah mendapat tambahan utang US$ 100 juta dari Credit Suisse. Padahal, di tahun ini total utang BUMI yang akan jatuh tempo mencapai US$ 400 juta. Sementara, posisi kas perusahaan ini hanya US$ 60 juta plus investasi jangka pendek senilai US$ 299 juta.Bisik-bisik di pasar saham menyebutkan, harga saham baru BUMI nanti akan berkisar antara Rp 1.500 hingga Rp 1.700 per saham.

Namun, Kepala Riset PT Mega Capital Indonesia Danny Eugene mengatakan, harga saham baru yang akan diterbitkan BUMI harus tetap mengacu pada aturan Bapepam-LK, yaitu harga rata-rata saham 25 hari kerja sebelum pengumuman penerbitan saham baru disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI). "BUMI sudah mengumumkan kalau mereka akan mengikuti aturan Bapepam-LK, kok," imbuh Danny.

Analis Waterfront Securities Isfhan Helmy menghitung, berdasarkan ketentuan harga rata-rata saham BUMI selama 25 hari perdagangan itu, harga saham baru BUMI akan berkisar Rp 2.327 per saham. "Ini adalah harga minimal, realisasinya mungkin bisa lebih tinggi," katanya, kemarin.

Sementara berdasarkan perhitungan KONTAN, harga rata-rata saham BUMI 25 hari sebelum pengumuman aksi korporasi ini adalah Rp 2.282 per saham. Dengan asumsi penerbitan saham baru maksimal 10%, jumlah saham yang akan diterbitkan mencapai 1,94 miliar saham. Saat ini, jumlah saham BUMI mencapai 19,40 miliar saham.

Jadi, apabila menggunakan harga saham hasil hitungan KONTAN, dari aksi korporasi ini BUMI bakal mengantongi fulus sebesar Rp 4,42 triliun. Tapi, jika menggunakan harga perkiraan Ishfan, BUMI akan mendulang dana segar sebesar Rp 4,51 triliun.

Sayang, Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Srivastava masih enggan memberikan penjelasan detail soal agenda perusahaannya ini. Ikhtiar KONTAN untuk mendapat penjelasan dari Dileep juga gagal. Panggilan seluler dan pesan singkat yang dilayangkan KONTAN juga tak berbalas.

Yang jelas, rencana BUMI untuk menerbitkan saham baru tanpa HMETD ini pantas diwaspadai para investor saham. Menurut Danny, bagi pemilik modal yang ingin berinvestasi di saham, sebaiknya mereka menghindari dulu saham ini. Betul, dari sisi aset BUMI memiliki beberapa anak usaha yang sangat bagus, seperti Kaltim Prima Coal, Arutmin, dan Indocoal Resources.

Masalahnya, dengan aset ngetop seperti itu, pengelolaan BUMI kurang transparan dan kerap melakukan aksi korporasi tak terduga. ""Aksi korporasi seperti itu merupakan risiko tambahan di saham ini," ujarnya.

Danny juga menyarankan para trader saham BUMI untuk sementara tidak memakai margin. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari risiko bila harga saham ini mengalami koreksi. Di bursa, harga saham BUMI terus terpuruk. Kemarin, saham BUMI sempat menyentuh level terendahnya pada level Rp 1.570 per saham.
Pada penutupan perdagangan, saham ini ditutup melemah 3,9% dari harga hari sebelumnya menjadi Rp 1.710 per saham.

Monday, May 17, 2010

'Rights Issue', Dayaindo (KARK) Targetkan Rp1,89 Triliun

INILAH.COM, Jakarta - PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) akan melakukan rights issue dengan HMETD maksimum 18,904 miliar saham dengan harga pelaksanaan Rp100 senilai Rp1,89 triliun.
Demikian seperti dikutip INILAH.COM, dari prospektus yang diterbitkan Senin (17/5). Dana rights issue ini akan digunakan untuk peningkatan modal di anak perusahaan PT Dayakonsesi Energi untuk mengambilalih saham hingga 70% dengan nilai Rp350 miliar dan mengembangkan tambang nikel PT Anugerah Tompira Nikel sebesar Rp600 miliar. Selain itu, sekitar 27,32% atau sejumlah Rp516,433 miliar akan digunakan untuk peningkatan penyertaan modal di PT Dayainfrastruktur Sempurna hingga 80% senilai Rp100 miliar dan mengembangkan PT Belang Belang Coal Terminal senilai Rp416,43 miliar. Sisa dana rights issue sebesar 22,65% atau Rp420,815 miliar akan digunakan untuk modal kerja Perseroan.
Dalam pelaksanaan rights issue ini, setiap dua pemegang saham mempunyai 21 HMETD, di mana memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 21 saham baru dengan harga penawaran Rp100. Pelaksanaan rights issue ini akan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 16 Juni 2010. HMETD akan diperdagangan di bursa pada 30 Juni hingga 10 Agustus 2010, pencatatan pada 30 Juni, tanggal terakhir pelaksanaan HMETD pada 10 Agustus 2010. [mel/cms]

Friday, May 14, 2010

Pemerintah Harus Tegas Soal Kisruh Lahan Kelapa Sawit/CPO

JAKARTA. Pemerintah harus ambil bagian dalam menyelamatkan industri kelapa sawit Indonesia. Di tengah kondisi terjepit dengan tudingan merusak lingkungan itu, pemerintah harusnya menunjukkan ketegasan dengan mengeluarkan pernyataan publik yang relevan.

"Artinya, harus ada pernyataan resmi dari pemerintah yang menegaskan apakah sebuah industri telah melakukan pelanggaran atau tidak. Apalagi, CPO kan termasuk komoditas ekspor terbesar," kata Fadhil Hassan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Menurutnya, diperlukan perhatian khusus dari pemerintah. Jika pemerintah menyatakan tidak ada masalah, maka itu harus dihormati sebagai fakta resmi yang dikeluarkan pemerintah

Dalam kasus CPO ini, seandainya ada pelanggaran, maka yang harusnya mengadakan penyelidikan dan menindak adalah pemerintah. "Karena bagaimana pun juga pengusaha yang menjalankan bisnis kelapa sawit di dalam negeri tentunya tunduk dan mengikuti aturan yang berlaku," kata Fadhil.

Fadhil menilai, pemerintah juga perlu turun tangan langsung untuk menjembatani komunikasi antara pengusaha kelapa sawit dengan stakeholder terkait. Meskipun merupakan industri sipil, pengusaha tidak bisa dilepaskan begitu saja. Harus ada niatan pemerintah untuk memfasilitasi kebutuhan komunikasi antar berbagai pihak agar tidak muncul kesalahpahaman.

Di sisi lain, perusahaan kelapa sawit juga harus membuka diri untuk sharing informasi kepada berbagai pihak agar dialog bisa tercipta dan menghindari tudingan atau pun konflik terbuka.

Sementara itu, imbuh Fadhil, pengusaha pun perlu menunjukkan konsistensi dan perhatiannya terhadap lingkungan. Harus dilihat pula bahwa niat pengusaha untuk bisa mendapatkan sertifikat RSPO (Rountable of Sutainable Palm Oil) juga sudah nampak nyata.

"Hanya saja, proses serifikasinya memang tidak bisa cepat. Jadi perlu waktu agar semua perusahaan bisa mengantongi sertifikat RSPO," tandasnya.

Stok CPO Dunia Tak Mampu Penuhi Permintaan

NUSA DUA (BALI). Kendati produksi crude palm oil (CPO) Indonesia tahun depan diperkirakan akan naik 6,3% dari tahun ini yang kurang lebih mencapai 19 juta ton menjadi 22 juta ton akhir tahun depan, namun total stok dunia justru diramalkan tidak akan sanggup memenuhi permintaan.

Dorab E. Ministry, analis dari Godrej Internasional meyakini siklus badai El Nino yang akan menghantam Indonesia dan Malaysia berpengaruh pada kapasitas produksi CPO yang akan dihasilkan kedua negara pengekspor terbesar CPO tersebut.

Padahal pada saat bersamaan konsumsi dunia terus mengalami peningkatan secara signifikan. Karena itu Dorab percaya, Indonesia yang kini menggenggam 44% market share perdagangan CPO dunia, pada tahun depan seharusnya bisa meningkatkan ekspornya hingga 50% dari total kebutuhan dunia.

Artinya jika tahun ini total produksi CPO Indonesia berkisar 19 juta ton dengan komposisi ekspor mencapai 16 juta ton, maka tahun depan ekspor Indonesia minimal bisa mencapai 18,2 juta ton. Dengan penyerapan domestik yang diperkirakan tak beranjak dari 4 juta ton setahun.

Di sisi lain pertumbuhan permintaan dunia bakal tumbuh 5,5 juta ton, padahal prediksi pertumbuhan stok hanya mencapai 3,25 juta ton. "Selain faktor cuaca, sebagian besar pohon kelapa sawit juga membutuhkan peremajaan," terang Dorab. "Sementara standar hidup yang makin tinggi di berbagai negara juga menambah kebutuhan akan minyak nabati," imbuh Dorab.

James Fry pengamat industri kelapa sawit dari LMC International menambahkan tren penggunaan biodiesel diseluruh dunia turut mendongkrak permintaan terhadap CPO. "Meski penggunaan biodiesel belum besar tapi trennya menunjukkan peningkatan dengan adanya mandatory dari pemerintah di beberapa negara," ujar Fry.

Bakrie Plantations (UNSP) Raih Pinjaman ADM Galleus US$ 15 Juta

JAKARTA, INVESTOR DAILY
PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mendapat fasilitas pinjaman senilai US$ 15 juta dari ADM Galleus Fund. Perseroan akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi utang anak usahanya, yaitu PT Grahadura Leidongprima kepada Raiffenisen Zentralbank Osterreich AG (RXB-Austria).
 
Sekretaris Perusahaan Bakrie Plantations Fitri Barnas mengungkapkan, berdasarkan facility agreement, seluruh jaminan yang semula dijaminkan kepada Raiffenisen Zentralbank Osterreich AG kini dialihkan kepada kreditor baru, yakni ADM Galleus Fund.
 
"Perseroan dan anak usaha telah memperoleh persetujuan yang diisyaratkan dalam anggaran dasar masing-masing perusahaan," jelas Fitri dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/5). Fitri menegaskan, transaksi tersebut tidak tergolong sebagai transaksi terafiliasi dan benturan kepentingan seperti diatur dalam peraturan IX.E.1.
 
Sementara itu, hingga kuartal I-2010, Bakrie Plantations membukukan laba bersih Rp 64,41 miliar, naik dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencatat rugi bersih Rp 129,96 miliar. Perolehan laba tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan bersih sebesar 20,2% dari Rp 459,62 miliar menjadi Rp 552,87 miliar. Beban pokok penjualan naik 6,5% dari Rp 313,45 miliar menjadi Rp 333,8 miliar.
 
Adapun laba kotor Bakrie Plantations per kuartal I-2010 naik 49% dari Rp 146,17 miliar menjadi Rp 219,06 miliar. Perseroan membukukan laba kurs sebesar Rp 45,52 miliar dibandingkan periode sama 2009 yang membukukan rugi kurs Rp 140,96 miliar. Sementara itu, jumlah kewajiban dan ekuitas perseroan naik 162% dari Rp 4,75 triliun menjadi Rp 12,46 triliun.  (jau)

Wednesday, May 12, 2010

Mega-Bailout USD 1,000,000,000,000 (1T) Disahkan Demi Krisis Yunani

BRUSSELS - Pengambil kebijakan global akhirnya mengeluarkan kebijakan senilai USD1 triliun untuk paket penyelamatan darurat, dalam rangka menstabilkan pasar finansial global dan mencegah krisis utang di Yunani yang berpotensi menghancurkan mata uang euro.

Penyelamatan tersebut disepakati oleh menteri keuangan Uni Eropa, Bank Sentral Negara UE dan Lembaga Dana Moneter Internasional (Internatinal Moneter Fund/IMF) dalam pembicaraan yang dilakukan secara maraton pada akhir pekan.

Bailout ini adalah paket penyelamatan terbesar selama lebih dari dari dua tahun sejak pemimpin G20 memberikan dana stimulus ekonomi global setelah runtuhnya Lehman Brothers.

Pasar modal global juga ukuran paket terkejut analis keuangan dan euro naik hampir mencapai dua persen sementara saham di Asia kembali menguat termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG).

Bank Sentral AS, Federal Reserve kembali membuka jalur penukaran mata uang dengan beberapa bank sentral, yang masuk dalam G7 dan G20. Hal itu sebagai bentuk dukungannya untuk pembenahan ekonomi yang terjadi.

Monetary Affairs Commissioner Uni Eropa Olli Rehn menegaskan, jika bailout tersebut adalah bentuk konkret dari usahanya menyelamatkan mata uang euro. "Itu membuktikan kita akan melakukan apa saja untuk mempertahankan euro," jelasnya.

Langkah tersebut jauh lebih berhasil daripada usaha-usaha sebelumnya yang dilakukan oleh 27 negara Uni Eropa atau grup 16 negara mata uang tunggal (euro) untuk menenangkan pasar.

Mereka datang setelah krisis Yunani melaju hasil utang dan asuransi atas utang ini ke tingkat tertinggi.

Toh, Pasar finansial sudah mulai menghukum euro utang zona lain anggota dengan anggaran membengkak, seperti Portugal, Spanyol dan Irlandia, dalam apa yang menteri keuangan Swedia digambarkan sebagai 'perilaku wolfpack'.
(wdi)

Tuesday, May 11, 2010

Efek Dividen

EFEK memiliki kata sinonim dengan dampak atau akibat. Efek dividen berarti dampak atau akibat dari pembayaran dividen. Pertanyaannya, dampak atau akibat apa yang ditimbulkan dan terhadap apa?

Pembayaran dividen dilihat dari kacamata perusahaan tergolong sebagai tindakan atau aksi korporasi (corporate action). Setiap aksi korporasi, apapun bentuknya selalu dibatasi oleh waktu, kapan dilakukan, mulai kapan dan sampai kapan. Jika perusahaan melakukan akuisisi, kapan dilakukan.

Jika emiten menggelar penawaran umum terbatas (right issue), kapan dilakukan, jika emiten melakukan pemecahan saham (stock split) juga dibatasi waktu kapan dilakukan. Begitu juga jika emiten akan membagikan dividen kapan hal itu dilakukan dan pemegang saham mana saja yang berhak atas dividen tersebut.

Terkait dengan pemegang saham mana yang berhak atas dividen memang perlu ditegaskan. Sebab, dalam aktifitas jual beli saham yang berlangsung setiap hari di bursa, jumlah dan siapa saja yang menjadi pemegang saham sebuah perusahaan publik selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Saat ini si A menjadi pemegang saham PT ABC karena baru saja membeli dari pasar, bisa saja esoknya sudah tidak tercatat sebagai pemegang saham karena sudah dijual kembali. Sebaliknya, hari ini si B belum tercatat sebagai pemegang saham, esok hari bisa saja B sudah tercatat sebagai pemegang saham PT ABC.

Karena itu soal batasan waktu dalam pembagian dividen ini menjadi sangat penting. Karena itu investor yang selalu memburu dividen harus tahu betul kapan cum date dividen dan kapan ex date dividen bagi pemegang saham. Cum date dividen berarti batas tanggal terakhir bagi pemegang saham yang berhak menerima dividen. Sedangkan ex date dividen berarti batas bagi pemegang saham yang tidak berhak untuk menerima dividen.

Ilustrasinya begini. Dalam pengumuman yang dikeluarkan emiten misalnya tertera cum dividen 10 Mei 2010, dan ex date dividen 11 Mei 2010. Artinya investor yang membeli saham  PT ABC pada 10 Mei masih berhak untuk mendapatkan dividen karena pada tanggal tersebut ia sudah tercatat sebagai pemegang saham. Sedangkan investor yang membeli saham PT ABC pada tanggal 11 Mei 2010 sudah tidak berhak atas pembagian dividen dari PT ABC. Dari sini jelas bahwa ada batas waktu bagi investor untuk bisa tercatat menjadi pemegang saham yang berhak atas dividen.

Pada batas waktu ini pula efek dividen terlihat nyata. Gambarannya begini. Jika PT ABC berencana akan membagi dividen sebesar Rp100 per saham dan pada saat cum date dividen harga saham perusahaaham PT ABC ditutup di Rp2.100, maka pada saat ex date dividen, biasanya harga saham PT ABC akan terkoreksi sebesar nilai dividen yang akan dibayarkan, yakni Rp100. Penurunan harga saham yang terjadi pada ex date dividen inilah yang disebut dengan efek (pembagian) dividen (dividen effect).

Bagaimana menjelaskan fenomena efek dividen ini? Jika ditelisik lebih jauh sebenarnya pembagian dividen oleh perusahaan ke pemegang saham merupakan transfer aset secara tunai dari perusahaan ke pemegang saham. Jika jumlah total saham yang menerima dividen 1 miliar lembar berarti nilai aset (current asset) yang ditransfer mencapai Rp100 miliar.

Nilai perusahaan berkurang sebesar Rp100 per saham, tapi aset pemegang saham bertambah sebesar Rp100 per saham. Karena itulah, harga saham saat ex date dividen mengalami koreksi sebesar nilai dividen yang dibayarkan.

Namun, logika di atas hanyalah logika di atas kertas, teoritis. Dalam fakta di pasar, logika itu tidak bisa berjalan kongruen. Jadi jangan heran, jika saat ex date dividen ternyata harga saham PT ABC justru naik (bukannya terkoreksi).

Jika ini yang terjadi, maka investor mendapat durian runtuh, dividen dapat dan capital gain-pun dapat. Namun begitu, jangan heran juga jika ternyata saat ex date dividen harga saham mengalami koreksi senilai di atas dividen yang dibagikan. Inilah pasar, fakta tidak selalu berjalan di atas kerangka teoritis. (Tim BEI)
(//rhs)

Saturday, May 8, 2010

BUMI: Kami Tidak Akan Right Issue!

PT Bumi Resources (BUMI) menegaskan jika pihaknya tidak ada niat untuk menerbitkan right issue atau non pre-emptive right.
"Tidak pernah ada niat BUMI untuk melakukan right issue. Juga tidak ada niat untuk melakukan non pre-emptives issue saat ini," jelas SVP Investor Relation-Corporate Secretary BUMI Dileep Sritavastava kepada okezone, di Jakarta, Jumat (7/6/2010).

Dia mengatakan, jika opsi-opsi tersebut tidak pernah diwacanakan dalam perseroan. Menurutnya, hal tersebut adalah spekulasi semata.

"Kami ingatkan bahwa hanya sebuah pengumuman resmi dari perusahaan yang merupakan informasi yang kredibel. Karena itu, mari tidak berspekulasi," katanya.

Padahal, pada akhir tahun lalu, Direktur Operasional BUMI Kenneth Farrel menuturkan perseroan merencanakan penawaran umum terbatas (PUT) untuk mendanai kebutuhan investasi perusahaan. Perusahaan membutuhkan investasi sebesar USD 2,226 miliar hingga 2013.

"Ada potensi untuk melakukan (rights issue)," kata Kenneth waktu itu.

Farrrel  menjelaskan, Pemerintah Indonesia mengimbau perusahaan terbuka untuk melakukan pre-emptive rights sebesar lima persen saham paling tidak satu kali selama tiga tahun. Dimana pemerintah bahkan sedang mempertimbangkan untuk menaikkan menjadi 10 persen.

Hal itu, dia mengakui, menjadi salah satu pertimbangan BUMI pada rencana pendanaan eksternal. Saat ini, perusahaan tengah mencari sumber pinjaman untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Hingga 2013, perseroan membutuhkan dana segar setidaknya sebesar USD2,226 miliar.
(wdi)

Harga Nikel Naik 70,68%, INCO Tumbuhkan Laba 343,02% di Q1 2010

PT International Nickel Tbk (INCO) berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 343,02% di triwulan I-2010. Peningkatan dipicu oleh kenaikan harga nikel sebesar 70,68% yang mendorong kenaikan pendapatan sebesar 110,54%.

Demikian disampaikan dalam siaran pers perseroan, Jumat (7/5/2010).

Hingga triwulan I-2010, INCO mencetak pendapatan sebesar US$ 255,6 juta, naik 110,54% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 121,4 juta. Peningkatan pendapatan terutama didorong oleh kenaikan penjualan nikel perseroan serta realisasi harga rata-rata nikel yang diterima perseroan.

INCO memproduksi 19.811 ton nikel di triwulan I-2010, naik 22,14% dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 16.220 ton. Penjualan nikel INCO tercatat sebanyak 18.021 ton, tumbuh 23,34% dari sebelumnya 14.610 ton.

Sementara harga rata-rata penjualan nikel yang diterima perseroan meningkat 70,68% menjadi US$ 14.182 per ton dari sebelumnya US$ 8.309 per ton. Kenaikan volume penjualan diiringi dengan peningkatan harga yang cukup signifikan mendongkrak pendapatan INCO di triwulan I-2010.

Dan INCO pun berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 76,2 juta di triwulan I-2010, naik tajam 343,02% dari sebelumnya US$ 17,2 juta. Laba per saham pun menjadi US$ 0,008 per saham dari sebelumnya US$ 0,002 per saham.

Wednesday, May 5, 2010

UNSP Harap Akuisisi Domba Mas Selesai Semester II-2010

INILAH.COM, Jakarta - PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) mengharapkan proses akuisisi Domba Mas selesai secepatnya atau paling lambat pada semester kedua 2010.
Hal itu disampaikan Direktur Keuangan UNSP Harry M.Nadir saat dihubungi INILAH.COM , Selasa (4/5). "Diharapkan secepatnya. Proses akuisisi harus ada aturan-aturan yang diikuti seperti undang-undang PT. Selain itu, kita harus minta izin sindikasi bank lain selain Bank Mandiri dan juga P&G karena restrukrisasi dan diversifikasi aset," ujar Harry.
Menurut Harry, proses akuisisi Domba Mas masih sesuai jalur dan tidak ada kendala dalam proses akuisisi Domba Mas.
Seperti diketahui, PT Bakrie Sumatra Bakrie Plantation Tbk (UNSP) menargetkan pabrik oleochemical milik PT Dombamas Agrointi Prima yang sudah diakuisisi oleh UNSP akan menghasilkan 400 ribu-450 ribu fatty
alcohol dengan market share sekitar 5%.
Ambono mengatakan, ada kontrak panjang sekitar 5 tahun dan bisa diperpanjang dengan P&G. "Perseroan sudah memiliki partner dengan P&G untuk kebutuhan fatty alcohol sekitar 90% yang terpasang dengan nilai
pasar yang berlaku, sisanya untuk pihak ketiga," tutur Ambono.
Sedangkan produksi oleochemical, menurut Ambono, ada pihak ketiga yang berminat untuk transaksi oleochemical dalam jangka panjang.
UNSP melalui dua anak perusahaannya yaitu PT Nibung Arthamulia dan PT Grahadura Leidong Prima mengakuisisi sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan oleochemical. Ambono mengatakan, dari akuisisi diharapkan bisa memberikan kontribusi pada pertengahan 2011. Pendanaan untuk akuisisi ini didapatkan dari hasil penawaran umum terbatas dengan total saham sekitar 9,4 miliar saham dan target total dana sekitar Rp4,9 triliun. [mel/cms]

Monday, May 3, 2010

Kinerja di Bawah Estimasi, 'Hold' Saham UNSP

INILAH.COM, Jakarta - PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) pada kuartal I-2010 membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih sebesar 20,27% dan 149% YoY atau menjadi Rp552,8 miliar dan Rp64,4 miliar.
Manajemen menargetkan pendapatan pada tahun 2010 naik 26% YoY menjadi Rp2,9 triliun.
"Kenaikan pendapatan ini dikarenakan terjadinya kenaikan penjualan karet 87,16% menjadi Rp224.95 miliar, CPO 17,3% menjadi Rp414,95 miliar, dan tandan buah segar 9,2% menjadi Rp49,9 miliar," ujar Samuel Securities dalam ulasan risetnya, Senin (3/5).
Kenaikan laba bersih didukung oleh keuntungan kurs sebesar Rp46,5 miliar di kuartal I-2010 dari periode yang sama 2009 yang rugi Rp140,97 miliar). "Namun, pendapatan dan laba bersih kuartal I-2010 serta target pendapatan 2010 di bawah estimasi pasar. Kami pun merekomendasikan hold untuk saham UNSP ini," tukas Samuel. [cms]

UNSP Akuisisi Citalaras Cipta Indonesia

INILAH.COM, Jakarta - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) melalui anak usahanya PT Grahadura Leidongprima telah mengakuisisi 100% saham PT Citalaras Cipta Indonesia.
Hal ini disampaikan Fitri Barnas, Corporate Secretary UNSP dalam keterbukaan informasinya ke BEI, Senin (3/5).
Dana yang digunakan untuk mengakuisisi Citalaras ini diambil dari dana yang diperoleh dari penawaran umum terbatas III. Akuisisi ini telah dilakukan pada 29 April 2010. [cms]

Laba Bersih CNKO Naik 256,89% di Q1-2010

INILAH.COM, Jakarta - PT Central Korporindo International Tbk (CNKO) berhasil meraup kenaikan laba bersih sebesar 256,89% di kuartal I-2010 menjadi Rp2,07 miliar dibanding periode serupa 2009 Rp583,54 juta.
Dalam laporan keuangan Perseroan yang disampaikan ke BEI, Senin (3/5) dijelaskan kenaikan laba bersih ini dipicu kenaikan laba usaha menjadi Rp6,02 miliar dari periode serupa 2009 Rp3,83 miliar.
Tapi Perseroan masih mencatatkan kewajiban senilai Rp229,04 miliar pada kuartal I-2010, sedang ekuitasnya mencapai Rp657,92 miliar. [cms]

Energi Mega Persada (ENRG) Q1 2010 Rugi Meningkat 17,66% menjadi Rp 21,73 Miliar

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatat rugi bersih Rp 21,73 miliar pada triwulan I-2010, atau meningkat 17,66% dibanding rugi pada kuartal I-2009 Rp 18,46 miliar. Meningkatnya perolehan rugi bersih perseroan akibat turunnya penjualan bersih sebesar 26,24% menjadi Rp 257,08 miliar.
Demikian disampaikan manajemen (ENRG) dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, Jumat (30/4/2010) di Jakarta.
Penjualan perseroan selama 3 bulan pertama 2010 mencapai Rp 257,08 miliar atau menurun 26,24% dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 348,56 miliar. Hal yang sama terjadi pada beban penjualan, yang turun 30,81% dari Rp 292,05 miliar menjadi Rp 202,04 miliar hingga 31 Maret 2010.
Laba kotor pun ikut tergerus tipis 2,62% menjadi Rp 55,03 miliar. Pada posisi yang sama tahun lalu perseroan meraih laba kotor sebesar Rp 56,51 miliar. Beban usaha perseroan mencapai Rp 38,86 miliar atau menurun dibanding posisi tahun lalu, Rp 54,07 miliar.
Berkurangnya beban usaha ini menyebabkan laba usaha perseroan mencapai Rp 16,16 miliar atau naik signifikan dibanding posisi tahun lalu Rp 2,44 miliar. Beban lain-lain ENGR yang tercatat Rp 79,84 miliar menyebabkan rugi sebelum pajak tercatat Rp 63,67 miliar atau turun 37,49% dari posisi tahun lalu Rp 125,28 miliar.
Beban pajak sendiri tercatat mencapai Rp 43,07 miliar atau turun dibanding posisi tahun lalu Rp 106,48 miliar. Rugi sebelum hak minoritas pun mencapai Rp 20,59 miliar atau meningkat 9,52% dari posisi tahun lalu Rp 18,80 miliar.

INILAH.COM, Jakarta – PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp21,73 miliar pada kuartal I-2010 setelah mencatatkan kerugian Rp18,47 miliar di periode serupa 2008.

Dalam laporan keuangan Perseroan yang disampaikan ke BEI, Jumat (30/4) dijelaskan kerugian ini disebabkan akibat pemabayaran pajak yang dilakukan Perseroan sebesar Rp15,57 miliar pada kuartal I-2010. Perseroan juga masih mencetak kerugian kurs sebesar Rp5,76 miliar di periode serupa.
Tapi Perseroan mencetak kenaikan laba usaha menjadi Rp16,17 miliar di kuartal I-2010 dibanding periode serupa 2009 sebesar Rp2,44 miliar.
Perseroan juga masih mencatatkan kewajiban sebesar Rp5,24 triliun, sedang ekuitasnya mencapai Rp6,33 triliun. [cms]
… aset total = Rp5,24 T + Rp6,33 T= Rp11,57 T…

Laba Bersih Delta Dunia Melonjak 902,26% di Q1 2010

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), mencetak laba bersih signifikan sekitar 902,26% menjadi 150,64 miliar di triwulan 1-2010, ketimbang periode yang sama 2009 hanya Rp1,503 miliar.
Demikian disampaikan manajemen DOID dalam keterbukaan informasi BEI, Minggu (2/5).
Melonjaknya laba bersih ini didukung dari pendapatan bersih perseroan yang melejit dari Rp331,50 juta menjadi Rp1,285 triliunn, namun beban pos pendapatan perseroan pun menjadi Rp998,89 miliar lantaran masukkan BUMI setelah akuisisi dibandingkan periode yang sama sebelumnya tercatat nihil.
Penghasilan lain-lain pun turun Rp510,23 juta atau turun dibanding posisi tahun lalu Rp2,27 miliar. Beban pajaknya sekitar Rp79,89 miliar sehingga menyebabkan laba sebelum hak minoritas tercatat Rp 150,65 miliar atau naik dari posisi yang sama tahun 2009 Rp 1,51 miliar. Laba kotor perseroan pun tercatat Rp286,75 miliar dari Rp 331,50 juta

UNSP Raih Laba Rp64,413 Miliar di Q1 2010 naik 149% YoY

PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) pada kuartal I-2010 membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih sebesar 20,27% dan 149% YoY atau menjadi Rp552,8 miliar dan Rp64,4 miliar.
Manajemen menargetkan pendapatan pada tahun 2010 naik 26% YoY menjadi Rp2,9 triliun.
“Kenaikan pendapatan ini dikarenakan terjadinya kenaikan penjualan karet 87,16% menjadi Rp224.95 miliar, CPO 17,3% menjadi Rp414,95 miliar, dan tandan buah segar 9,2% menjadi Rp49,9 miliar,” ujar Samuel Securities dalam ulasan risetnya, Senin (3/5).
Kenaikan laba bersih didukung oleh keuntungan kurs sebesar Rp46,5 miliar di kuartal I-2010 dari periode yang sama 2009 yang rugi Rp140,97 miliar). “Namun, pendapatan dan laba bersih kuartal I-2010 serta target pendapatan 2010 di bawah estimasi pasar. Kami pun merekomendasikan hold untuk saham UNSP ini,” tukas Samuel
PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) membukukan laba bersih Rp64,413 miliar pada kuartal pertama 2010 dibandingkan pada periode sama sebelumnya merugi Rp129,961 miliar.
Kenaikan laba bersih ini didukung kenaikan penjualan bersih dari Rp459,628 miliar pada kuartal pertama 2009 menjadi Rp552,871 miliar pada kuartal pertama 2010. Beban pokok penjualan naik 6,4% dari Rp313,452 miliar pada kuartal pertama 2009 menjadi Rp333,807 miliar pada kuartal pertama 2010.
Laba kotor perseroan naik 49% dari Rp146,175 miliar pada kuartal pertama 2009 menjadi Rp219,064 miliar pada kuartal pertama 2010. Perseroan juga mendapatkan keuntungan dari kurs sebesar Rp45,528 miliar pada kuartal pertama 2010, sebelumnya perseroan rugi kurs Rp140,968 miliar pada kuartal pertama 2009.
Namun, penghasilan bunga turun 49% dari Rp1,5 miliar pada kuartal pertama 2009 menjadi Rp765 juta pada kuartal pertama 2010. Jumlah kewajiban dan ekuitas perseroan naik 162% dari Rp4,754 triliun pada kuartal pertama 2009 menjadi Rp12,463 triliun pada kuartal pertama 2010.

JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 64,4 miliar pada kuartal satu 2010. Kondisi ini kontras dengan rugi bersih Rp 129,9 miliar yang diderita perusahaan perkebunan ini pada periode sama 2009.
Pencapaian ini ditopang oleh pendapatan UNSP yang meningkat 20,27% menjadi Rp 552,8 miliar. Pemicunya adalah membaiknya penjualan karet dan kelapa sawit.
Penjualan karet UNSP pada tiga bulan pertama tahun ini melonjak 87,16% dari Rp 120,19 miliar menjadi Rp 224,95 miliar. Sementara, penjualan minyak sawit mentah (CPO) meningkat 17,3% menjadi Rp 414,95 miliar. Kemudian, penjualan tandan buah segar UNSP naik 9,2% menjadi Rp 49,9 miliar.
"Kenaikan produksi akibat adanya lahan baru yang sudah menghasilkan, juga menjadi penopang perbaikan kinerja," kata Harry M. Nadir, Direktur Keuangan UNSP, kepada KONTAN, kemarin. Tapi, dia tidak menyebutkan jumlah kenaikan produksinya.
Di sisi lain, UNSP mencatatkan laba usaha sebesar Rp 151,3 miliar atau meningkat 40,3% dari kuartal satu 2009. Namun, beban usahanya membengkak 78,80% menjadi Rp 67,75 miliar. UNSP juga membukukan laba kurs Rp 46,5 miliar. Padahal, periode sebelumnya., mereka menderita rugi kurs mencapai Rp 140,97 miliar.
Sekedar tambahan informasi, manajemen UNSP menargetkan jika produksinya sesuai target, pendapatannya tahun ini bisa mencapai Rp 2,9 triliun. Target produksi CPO yang ingin diraih sebanyak 400.000 ton atau meningkat 45% dari produksi tahun lalu sebesar 275.000 ton.
Sedangkan produksi tandan buah segar (TBS) ditargetkan naik dari 1,15 juta ton menjadi 1,6 juta ton. Begitu pula dengan produksi karet, akan digenjot dari 21.700 ton menjadi 21.800 ton. Target ini akan tercapai jika UNSP berhasil mengakuisisi aset-aset Grup Domba Mas.