Sunday, July 25, 2010

Saham Basuki (KBRI) Rahmat Terjun Bebas

JAKARTA. Pada sesi dua transaksi perdagangan bursa, saham PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia (KBRI) turun tajam. Bahkan penurunan harga sahamnya merupakan yang terbesar dalam tiga bulan terakhir.
Anjloknya harga saham ini terkait rencana pembundelan saham (reverse stocks split) oleh KBRI yang ditujukan untuk menaikkan harga saham.

Pada pukul 14.01, saham KBRI terjun bebas 11% menjadi Rp 57. Pada pembukaan tadi, harga saham KBRI seharga Rp 64.

Saturday, July 17, 2010

Terkuak Dana Misterius Group Bakrie

(Businessreview) - Teka-teki mengenai dana misterius milik PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) di PT Bank Capital Tbk (BACA) sedikit terkuak. Manajemen UNSP mengaku tidak lagi memiliki deposito pada bank tersebut.

Direktur Keuangan UNSP Harry Nadir mengatakan, deposito yang ditanamkan ke BACA memakan waktu sebentar. Sebagai gambaran, UNSP memasukkan dana sebesar Rp 3,5 triliun pada 20 Maret 2010. “Nah, dana ini sudah kami tarik lagi dari BACA pada 31 Maret 2010,” jelasnya.

Menurutnya, duit tersebut sudah digunakan untuk membayar serangkaian akuisisi perusahaan. Grup Domba Mas termasuk salah satu di antaranya. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk modal kerja UNSP dan anak usahanya.
"Ada juga sebagian dana yang kami simpan di sebuah fund di Hongkong yang nilainya kurang dari Rp 1 triliun," paparnya.

Pada kesempatan itu, Harry juga menjelaskan, pemilihan BACA sebagai tempat menyimpan uang deposito terkait dari serangkaian proses rights issue yang dilakukan UNSP. Dengan begitu, "Bukan kami yang memilih BACA,” imbuhnya.

Dana misterius 7 emiten grup Bakrie alias Bakrie 7 di PT Bank Capital Tbk (BACA) ternyata mencapai Rp 6,884 triliun. Total dana Bakrie 7 yang ditempatkan di bank tersebut mencapai Rp 9,055 triliun.

Demikian berdasarkan penelusuran detikFinance pada laporan keuangan triwulan I-2010 seluruh emiten Bakrie 7 dan BACA, Selasa (13/7/2010).

Berikut rincian deposito berjangka Bakrie 7 yang berdenominasi rupiah di BACA:

   1. PT Bakrie Brothers Tbk (BNBR) senilai Rp 3,758 triliun.
   2. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) senilai Rp 3,504 triliun.
   3. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) senilai Rp 1,136 triliun.
   4. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) senilai Rp 202,280 miliar.
   5. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) senilai Rp 254,301 miliar.
   6. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) senilai Rp 9,998 miliar (US$ 1,099 juta).
   7. PT Darma Henwa Tbk (DEWA) senilai Rp 191,398 miliar (US$ 21,055 juta).

Sebagai catatan, laporan keuangan BUMI dan DEWA menggunakan acuan mata uang dolar AS. Namun deposito BUMI sebesar US$ 1,099 juta dan DEWA sebesar US$ 21,055 juta ditempatkan dalam denominasi rupiah di BACA.

Kurs yang digunakan BUMI dan DEWA dalam laporan keuangan triwulan I-2010 adalah sebesar Rp 9.090/US$, sehingga diperoleh angka deposito BUMI sebesar Rp 9,998 miliar sedangkan DEWA sebesar Rp 191,398 miliar. Keduanya masuk dalam pos deposito berjangka rupiah BACA.

Total dana Bakrie 7 yang ditempatkan di BACA mencapai Rp 9,055 triliun. Namun anehnya, total nilai deposito berjangka BACA dalam laporan keuangan triwulan I-2010 hanya ada sebesar Rp 2,329 triliun.

Nilai tersebut terdiri atas deposito berjangka rupiah sebesar Rp 2,171 triliun dan deposito berjangka dolar AS senilai Rp 158,188 miliar. Berhubung seluruh deposito berjangka Bakrie 7 menggunakan denominasi rupiah, maka seharusnya nilai deposito berjangka rupiah BACA minimal sebesar Rp 9,055 triliun.

Namun yang tercatat hanya Rp 2,171 triliun. Itu berarti, ada selisih sebesar Rp 6,884 triliun yang hingga kini belum dapat dipastikan keberadaannya.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Eddy Sugito tengah memanggil manajemen BACA dan Bakrie 7 guna meminta penjelasan soal adanya selisih tersebut. Direktur Keuangan BNBR Eddy Soeparno ketika dikonfirmasi pun mengaku tidak mengetahui detil mengenai itu.(berbagai sumber)

Tuesday, July 13, 2010

UNSP Sudah Selesaikan Pembelian Domba Mas dan Benua Indah

JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations (UNSP) telah menyelesaikan pembelian aset milik Domba Mas dan Benua Indah. Ditargetkan, pada September 2010 mendatang, kedua perusahaan tersebut sudah mulai berjalan.
Direktur Keuangan UNSP Harry Nadir mengungkapkan, pembelian aset dua perusahaan yang tersangkut kredit macet di Bank Mandiri itu sudah selesai dilakukan. Saat ini, sudah memasuki tahapan penyelesaian berupa penyerahan dokumen.
“Tim kita sudah masuk di sana (Domba Mas dan Benua Indah), diharapkan September 2010 sudah mulai produksi,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (12/7).
Seperti diketahui, awal tahun ini UNSP meraup dana dari right issue sebesar Rp 4,97 tiriliun. Sekitar Rp 2 triliun diantaranya digunakan untuk membeli aset Domba Mas dan Benua Indah. Kedua perusahaan tersebut tersangkut utang korporasi dengan pihak Bank Mandiri. Total utang pokok, bunga dan denda Domba Mas mencapai Rp 3 triliun. Sedangkan nilai tunggakan Benua Indah sekitar Rp 480 miliar.