Sunday, February 28, 2010

Danatama Jadi Pembeli Siaga Rights Issue SULI

Jakarta - Danatama Makmur telah dinobatkan menjadi pembeli siaga penawaran umum terbatas/rights issue PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk (SULI).
SULI berencana untuk melakukan rights issue dengan melepas jumlah saham sekitar 1,23 juta saham. Harga saham yang ditawarkan sekitar Rp100 per lembar saham dengan rasio Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) 1:1. Hal itu berarti setiap pemegang 1 saham lama akan mempunyai 1 HMETD untuk membeli 1 saham baru. Target dana yang diharapkan dari hasil rights issue ini sekitar Rp123 miliar. "Standby buyer-nya Danatama," kata Sekretaris Perusahaan SULI Hasnawiyah Kono, ketika dihubungi INILAH.COM, Jumat (26/2)
Dana hasil rights issue ini akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk untuk bridging loan senilai US$2 juta. Hasnawiyah menjelaskan, perseroan mendapatkan dana talangan sebesar US$2 juta dan rencananya sebagian dana rights issue akan digunakan untuk membayar kembali dana talangan.
Saat ini rights issue SULI masih diproses di Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Perseroan mengharapkan telah mendapatkan ijin efektif dari Bapepam sebelum Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diselenggarakan pada 9 Maret nanti. "Kita belum mendapatkan ijin efektif dari Bapepamuntuk rights issue, kita berharap sebelum RUPS sudah dapat ijin efektif" tutur Hasnawiyah.
Terkait kinerja keuangan perseroan 2009, Hasnawiyah mengatakan, perseroan masih mencatatkan kerugian atau penurunan pada tahun tersebut. Hal itu dikarenakan krisis keuangan global yang terjadi pada 2008. "Pasar ekspor kita sekitar 75 persen. Saat krisis terjadi pasar luar negeri pun mengurangi order sejak 2 tahun terakhir," jelas Hasnawiyah.
Seperti pemberitaan sebelumnya, dengan adanya dana hasil perolehan rights issue ini dapat memulihkan pangsa pasar Sumalindo yang menurun karena imbas dari krisis 2008 lalu. Produksi perseroan berupa produk kayu lapis dan kayu lapis olahan dengan kapasitas 160.000 m3 dan 72.000 m3 per tahun serta produk ( Medium Density Fiberboard-papan serat berkerapatan sedang) dengan kapasitas 200.000 m3 per tahun. [mre]

Laba Bersih Antam Anjlok 59% di 2009


Foto: dok detikFinance
Jakarta - Laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di akhir tahun 2009 mencapai Rp 559 miliar (unaudited), anjlok 59 persen dari laba bersih tahun sebelumnya sebanyak Rp 1,368 triliun.

Seperti dikutip detikFinance dari keterbukan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (27/2/2009), penurunan laba bersih itu sejalan dengan penurunan harga komiditas yang dijual oleh perseroan.

Selain laba bersih, perusahaan plat merah itu juga mengalami penurunan pendapatan sebanyak 9,5 persen di tahun 2009 menjadi sebanyak Rp 8,680 triliun, sedangkan pada tahun 2008 sebanyak Rp 9,592 triliun.

Selain turunnya harga komoditas, turunnya pendapatan emiten berkode ANTM itu juga dipengaruhi oleh volume penjualan nikel yang lebih kecil dibandingkan tahun 2008.

Perseroan juga berencana membahas pembayaran dividen dari laba bersih tahun 2009 tersebut dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang akan digelar pada Mei 2010 mendatang.

Thursday, February 25, 2010

Laba Gozco melonjak empat kali lipat

JAKARTA (Bisnis.com) : Laba bersih PT Gozco Plantations Tbk untuk 2009 meningkat hampir empat kali lipat dari tahun sebelumnya.

Direktur Bisnis dan Komersial Gozco Kreisna Dewantara Gozali menyebut laba bersih Gozco 2009 mencapai Rp204 miliar. Tahun sebelumnya, perusahaan tersebut mencatatkan laba bersih Rp54,75 miliar.

“Faktor peningkat laba bersih 2009 salah satunya berasal dari hasil tambahan lahan akuisisi Palma. Beberapa lahan lainnya juga sudah masuk musim penghasilan,” kata Kreisna yang dihubungi Bisnis melalui telepon, siang ini.

Selain itu, Kreisna menjelaskan pihaknya juga mendapat keuntungan selisih kurs terkait pelunasan utang dengan BNI senilai US$25 juta. Kreisna mengatakan pada awal peminjaman nilai tukar dolar AS terhadap rupiah masih berada di kisaran Rp10.500. Sementara waktu pelunasannya, rupiah berada di kisaran Rp9.500.   

“Target laba bersih 2010 adalah Rp236 miliar. Sementara untuk target volume penjualan adalah Rp504 miliar dengan asumsi harga rata-rata CPO Rp6300 per kg,” ujar Kreisna.

Kreisna menyebut volume penjualan Gozco tahun lalu mencapai Rp408 miliar. Untuk penjualan bersih 2009 senilai Rp407 miliar. Pada 2008, penjualan bersih Gozco tercatat Rp290,79 miliar.

Ketika ditanyai apakah Gozco akan melakukan akuisisi tahun ini, Kreisna mengatakan pihak masing melihat-lihat kemungkinan yang ada. “Untuk lebih jelasnya tentang akuisisi, saya belum mau memberi komentar,” kilahnya.

Guna mendukung kinerjanya tahun ini, Gozco berencana membangun pabrik tambahan yang berlokasi di Sumatra Selatan. Gozco sendiri sudah memiliki dua pabrik yang berlokasi di Sumatra Selatan dengan kapasitas 90 ton dan pabrik di Kalimantan Tengah yang memiliki kapasitas 50 ton.

Kreisna mengatakan pembangunan pabrik tersebut akan dilaksanakan pada akhir kuartal III atau awal kuartal IV. Nantinya pabrik baru tersebut akan memiliki kapasitas 90 ton. Namun untuk pembangunan tahap awal kapasitasnya sebesar 45 ton.

“Alokasi dana untuk pembangunan pabrik baru diambil dari capex (capital expenditure) di luar akuisisi senilai Rp208 miliar. Total capex Rp250 miliar,” ujar Kreisna.

Untuk total luas lahan yang dimiliki Gozco sampai saat ini mencapai 130.000 hektare. Dari total lahan tersebut, Kreisna menyebut sudah tercapai 25.000 hektare.(faa)

ENRG Targetkan Produksi Migas Tumbuh 15%

JAKARTA. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) berencana menaikkan target produksi minyak dan gas bumi (migas) hingga 15% pada tahun ini, Artinya, anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ini mengincar produksi 20.485 barel per hari. Target ini demi memanfaatkan momentum mulai naiknya harga minyak dunia.

Investor Relations ENRG Herwin H. Hidayat mengatakan, kenaikan target tersebut akan ditopang oleh produksi blok-blok penting berisiko kecil yang terletak di Sumatera dan Kalimantan Timur. "Ada enam blok yang nantinya menjadi penopang kenaikan produksi," katanya, kemarin.

Dia merinci, keenam blok itu adalah Blok Gelam yang berlokasi di Jambi, Blok Bentu dan Korinci Baru di Riau, serta Sembrah di Kalimantan Timur. Selain itu, ENRG tetap mengandalkan produksi migas dari Blok Malaka dan Kangean.

Herwin menjelaskan, ENRG berhasil memproduksi migas sebanyak 17.813 barel per hari pada tahun lalu. Jumlah ini naik 5% dari tahun 2008. Tapi, dia tidak bisa menjelaskan jumlah produksi masing-masing dari keenam blok itu.

Sedangkan guna meningkatkan produksinya tahun ini, ENRG akan menganggarkan belanja modal (capex) sebesar US$ 100 juta. Sumber pendanaannya dari hasil penerbitan saham baru atau rights issue sekitar US$ 500 juta pada bulan ini.

Selain berupaya meningkatkan produksi, ENRG juga akan melakukan pembayaran utang ke Credit Suisse sekitar US$ 250 juta-US$ 350 juta. "Kami akan lakukan secepatnya," imbuh Herwin. Tujuannya adalah menurunkan tingkat rasio utang atau debt to equity ratio (DER) ENRG dari 1,8 kali menjadi 0,4 kali.

Selain itu, duit hasil rights issue dipakai ENRG untuk menambah kepemilikannya di Blok Masela sebanyak 10% saham atau US$ 100 juta.

Dengan segala upaya itu, ENRG berharap bisa membukukan kinerja yang apik tahun ini. Tapi, Herwin masih enggan menyebutkan perolehan pendapatan ENRG tahun 2009. "Semua masih audit. Mungkin, dua atau tiga pekan lagi bisa selesai," katanya

Tuesday, February 23, 2010

Review Saham

BHIT.JK500.00Up 95.00Up 23.46%111,930,000400.00 - 500.00

BMTR.JK325.00Up 65.00Up 25.00%230,414,000260.00 - 325.00
MNCN.JK275.00Up 40.00Up 17.02%216,028,500230.00 - 280.00
CPRO.JK52.00Up 2.00Up 4.00%223,066,50050.00 - 54.00
CTRP.JK275.00Up 15.00Up 5.77%12,560,000255.00 - 280.00
CTRS.JK570.00Up 40.00Up 7.55%18,845,500510.00 - 580.00
GDST.JK90.00Down 5.00Down 5.26%2,893,50090.00 - 94.00
KIJA.JK106.00Up 4.00Up 3.92%114,221,000101.00-106.00















Produksi ENRG Naik Rata-rata 5%

INILAH.COM, Jakarta - Energi Mega Persada (ENRG) melaporkan produksi tahun 2009 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5% menjadi 17.813 barrel of oil equivalent per harinya.
Hal itu dikatakan Dirut NERG, Imam Agustino dalam keterangan resmi, Selasa (23/2). "Terlepas dari beberapa kendala dalam pencapaian target produksi, ENRG berhasil membukukan kenaikan produksi dengan kinerja perusahaan lebih baik. Kami berhasil melampaui produksi yang disampaikan sebelumnya," jelasnya.
Perusahaan saat ini menargetkan produksi sebesar 15% di tahun 2010 yang didukung oleh pengembangan blok-blok pentin yang berisikokecil di Sumatera dan kalimantan Timur melalui kinerja keuangan dan ketersediaan dana yang baik. Pihaknya beruntung dengan prospek peningkatan realisasi harga jual gas perusahaan di masa depan. "Peningkaan pendapatan bersih perusahaan di masa depan akan didukung kenaikan harga jual ga dan volume produksi," tegasnya. [hid]

Thursday, February 18, 2010

Rights Issue, Saham SULI Menuju Rp100

INILAH.COM, Jakarta - Rencana PT Sumalindo Lestari jaya Tbk (SULI) melakukan rights issue senilai Rp 123,6 miliar membuat harga sahamnya terus melemah. Saat ini pun sudah melemah Rp49 ke Rp156 dari pembukaan Rp180.

Padahal dua hari lalu saham perkebunan ini masih berada di level Rp350 dan perlahan turun ke Rp205. Pada penutupan Senin kemarin saham SULI ditutup di Rp180.
Dari rumor yang beradar di pasar, perseroan akan melakukan rihgt issue di harga Rp100. Dengan demikian jauh lebih rendah dari harga pasar. Hingga pukul 10.45 WIB saham SULI diperdagangkan volume mencapai 17.747 unit saham sebanyak 1,38 miliar sebanyak 439 kali transaksi.
Rencana rights issue dengan menawarkan 1.24 miliar saham baru dilakukan untuk memperkuat modal kerja perseroan. Perseroan yang bergerak dibidang industri perkayuan akan mematok harga rights issue sekitar Rp100 per saham dengan rasio HMETD 1:1, artinya setiap pemegang 1 saham lama akan mempunyai 1 HMETD untuk membeli 1 saham baru.
Dengan adanya dana hasil perolehan rights issue ini dapat memulihkan pangsa pasar Sumalindo yang menurun lantaran imbas dari krisis 2008 lalu. Produksi perseroan berupa produk kayu lapis dan kayu lapis olahan dengan kapasitas 160.000 m3 dan 72.000 m3 pertahun serta produk MDF (Medium Density Fiberboard-papan serat berkerapatan sedang) dengan kapasitas 200.000 m3 per tahun. [hid]

Kepemilikan Bakrie di Energi Tinggal 28%

JAKARTA. Porsi kepemilikan saham PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) di beberapa anak usahanya selalu naik-turun. Kali ini, penurunan kepemilikan BNBR terjadi di PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Pasca penerbitan saham baru atau rights issue ENRG, kepemilikan BNBR di perusahaan minyak dan gas bumi itu tergerus sebesar 16,89%.
Herwin W. Hidayat, Investor Relations ENRG, menjelaskan, setelah rights issue 26,18 miliar saham, investor publik memiliki 70,42% saham. "Sedangkan 28,12% saham dimiliki BNBR, baik secara langsung maupun tidak langsung," katanya, kemarin. Selain itu, PT Danatama Makmur dan PT Madani Securities, selaku pembeli siaga rights issue itu, juga memiliki 1,46% saham Energi Mega.
Padahal, berdasarkan prospektus rights issue yang dipublikasikan akhir tahun lalu, BNBR masih menguasai 45,01% saham ENRG secara langsung dan tak langsung. BNBR hanya punya 0,02% saham secara langsung. Sedangkan 18,78% saham mereka miliki melalui PT Brantas Indonesia dan 26,21% saham lewat PT Kondur Indonesia. Artinya, pasca rights issue, kepemilikan BNBR di ENRG terpangkas 16,89%.
"Turunnya kepemilikan BNBR karena tidak mengeksekusi sebagian haknya," kata Herwin. Memang, sebelumnya, pada 9 Desember 2009 BNBR telah membuat pernyataan kesanggupan untuk membeli rights issue 4,9 miliar saham atau 18,84% dari total saham baru ENRG.
"BNBR telah melakukan subscription senilai Rp 912 miliar sesuai surat kesanggupannya," kata Herwin. Padahal, dengan kepemilikan 45,01% saham, harusnya BNBR membeli 11,78 miliar saham baru.
Meski BNBR tidak mengeksekusi semua haknya, kedua pembeli siaga tadi juga hanya membeli sedikit saham baru ENRG. Jadi, siapa yang memborong saham baru itu sehingga kepemilikan publik di bawah 5% naik jadi 70,42%?
Vice Presiden of Investment Bank Danatama Makmur Vicky Ganda Saputra, mengatakan, pihaknya melakukan strategic plavement dengan melepas saham baru ENRG itu ke investor asing. "Ada tujuh hingga delapan investor," katanya. Jumlah saham placement itu sebanyak 7,4 miliar saham.

CPRO Dapat Restu Penundaan Bayar Obligasi Hingga Juni 2010

JAKARTA. Beban masalah yang menghimpit PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) mulai terangkat. Perusahaan tambak udang ini berhasil mengantongi restu dari para kreditur untuk menunda pembayaran cicilan obligasi global hingga akhir Juni mendatang.
Albert Sebastian, Sekretaris Perusahaan CPRO, mengatakan perjanjian standstill atau penundaan pembayaran antara CPRO dengan pemegang obligasi Blue Ocean Resources telah menjadi efektif. "Karena telah disetujuinya perjanjian tersebut oleh lebih dari 50% pemegang obligasi Blue Ocean," katanya, dalam surat keterbukaan informasi CPRO, kemarin.
Perjanjian standstill ini mengikat kedua belah pihak dan berlaku hingga 28 Juni 2010. Nah, selama periode tersebut, CPRO sebagai induk usaha Blue Ocean akan menggelar negosiasi dengan para pemegang obligasi untuk merestrukturisasi kewajiban itu.
Albert memaparkan, selama CPRO melaksanakan kewajiban berdasarkan perjanjian standstill, para pemegang obligasi tidak akan melakukan tindakan apapun. Misalnya, pertama, menyatakan wanprestasi atau event of default. Kedua, meminta percepatan pembayaran utang pokok obligasi. Ketiga, mengeksekusi jaminan atau memulai proses pailit.
Para pemegang obligasi global Blue Ocean diwakili oleh kuasa hukum, O'Melveny & Myers LLP. Sementara CPRO menunjuk Houlihan Lokey, penasehat keuangan spesialis restrukturisasi, untuk mengkoordinasikan dialog antara CPRO dengan para pemegang obligasi.
Seperti diberitakan sebelumnya, Blue Ocean Resources gagal membayar bunga obligasi sebesar US$ 17,88 juta pada 28 Desember 2009. Total nilai obligasi itu sebesar US$ 325 juta dan dijamin penuh oleh CPRO dan anak usahanya. Surat utang itu diterbitkan pada tahun 2007 dna jatuh tempo 28 Juni 2012, dengan kupon sebesar 11%.
Hingga masa tenggang 30 hari berakhir, CPRO masih belum mampu melunasi bunga obligasi itu pada akhir Januari lalu. Pasalnya, kinerja keuangan emiten tersebut merosot tajam akibat tambak udang mereka terserang virus.
Akibatnya, Fitch Rating menurunkan peringkat utang CPRO dari C menjadi Restricted Default. Bahkan, sebelumnya Bursa Efek Indonesia telah menghentikan sementara (suspend) perdagangan saham CPRO sejak 8 januari hingga 18 Januari 2010.
Kemudian, sanksi suspend sempat dicabut. Tapi, saham CPRO kembali dibekukan sejak 1 Februari lalu hingga saat ini. Nah, setelah CPRO mengantongi persetujuan standstill dari pemegang obligasi, Albert meminta otoritas bursa mencabut suspend tersebut. Sehingga, saham CPRO dapat kembali ditransaksikan di lantai bursa.

Wednesday, February 17, 2010

Kepemilikan Saham Danatama dan Madani di ENRG Melonjak

JAKARTA. Aksi korporasi PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) berupa penerbitan saham baru atau rights issue tampaknya tidak terlampau sukses. Buktinya, pasca rights issue, porsi kepemilikan saham para pembeli siaga (standby buyer) aksi korporasi itu meningkat. Dua pembeli siaga tersebut adalah PT Madani Securities dan PT Danatama Makmur.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, saat ini Danatama Makmur menguasai 6,15 miliar unit atau 15,1% saham ENRG. Padahal, sebelum rights issue, Danatama hanya menggenggam 2,5% atau 1,01 miliar saham.
Demikian pula dengan Madani Securities. Pasca aksi korporasi itu, Madani menguasai 5,78% atau 2,35 miliar unit saham, dari semula hanya sebanyak 0,09%.
Dus, saat ini komposisi kepemilikan saham ENRG berubah. Selain kedua pembeli siaga itu, ada satu lagi pemegang saham ENRG yang baru, yaitu Horus Capital Limited.
Horus merupakan perusahaan investasi yang berlokasi di Birmingham dan Moskow. Setelah rights issue, Horus menguasai saham ENRG sebanyak 6,08% atau setara 2,46 miliar unit saham.
Sayang, manajemen Energi Mega Persada belum mau berkomentar banyak mengenai hasil rights issue. Herwin Hidayat, Sekretaris Perusahaan ENRG, hanya menyatakan akan menjelaskan hasil rights issue melalui siaran pers, pada hari ini. "Kami masih menunggu laporan pelaksanaan rights issue dari Biro Administrasi Efek malam ini (tadi malam)," ujarnya kepada KONTAN, kemarin.
Seperti Anda tahu, Energi Mega Persada menawarkan saham baru sebanyak 26,18 miliar unit saham seharga penawaran Rp 185 per saham. Dari aksi ini, ENRG menargetkan perolehan Rp 4,84 triliun.
Dari total hasil rights issue itu, ENRG berniat menggunakan Rp 2,5 triliun atau 52,7% dana rights issue untuk membayar utang. Sebanyak Rp 1 triliun atau 20,95% untuk mengakuisisi 10% hak pengelolaan Blok Masela. Sisanya buat belanja modal.
ENRG berharap, pasca rights issue, rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) akan menyusut. Herwin bilang, pada Juni 2009, DER ENRG sebesar 1,8 kali. Usai melunasi utang, DER perusahaan ini akan menyusut menjadi 0,4 kali.
Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, menduga, para pemegang saham ENRG enggan mengeksekusi hak pembelian saham baru ENRG. Sebab, harga saham rights issue ENRG di atas harga pasar.
Jalaran itu, kata Pardomuan, dua pembeli siaga rights issue ENRG harus memborong sebagian besar saham baru terbitan ENRG. Walhasil, "Kepemilikan investor yang tidak mengeksekusi haknya tentu terdilusi," ujarnya. Kemarin, harga saham ENRG senilai Rp 166 per saham, sedangkan harga penawaran saham baru sebesar Rp 185 per saham.

Tuesday, February 9, 2010

Grafik-Grafik Unik

BUMI
ENRG
IKAI
 
SULI
TMPI
TRUB

Wednesday, February 3, 2010

Right Issue Bakrie Sumatera Rp4,96 T Disetujui

JAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) telah mendapatkan izin dari pemegang saham untuk merealisasikan rencana right issue-nya dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar hari ini.

"Pemegang saham menyetuji rencana perseroan untuk menambah modal sahamnya," kata Direktur Utama UNSP Ambono Janurianto usai RUPSLB di Hotel Nikko, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (2/2/2010).

Perseroan menawarkan saham dalam mekanisme Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sejumlah 9,454 miliar saham dengan nilai nominal Rp100. Setiap saham dengan harga pelaksanaan Rp525 dengan total Rp4,963 triliun yang berasal dari saham portepel. Setiap pemegang saham mempunyai lima HMETD untuk membeli lima saham baru yang ditawarkan dengan harga penawaran Rp525.

Pada setiap 15 saham baru hasil pelaksanaan HMETD tersebut, melekat satu waran seri II yang diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham perseroan. Perseroan juga menerbitkan 630.316.155 waran seri II. Setiap saham dengan harga pelaksanaan Rp530 per saham sehingga seluruhnya berjumlah Rp334.067.562.150. Setiap satu waran seri II berhak membeli satu saham baru pada harga pelaksanaannya.

Dari dana right issue sebesar Rp4,963 triliun, sebesar 64,98 persen atau Rp3,160 triliun akan digunakan untuk peningkatan modal pada anak perusahaan tertentu untuk melakukan akuisisi perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet serta pengolahan oleochemical.

Kedua, sebesar 25,56 persen atau sekira Rp1,24 triliun akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan terutama terkait bisnis hulu seperti perkebunan. Ketiga, sekira 9,46 persen atau sekira Rp460 miliar akan digunakan untuk tambahan modal.

"Tidak seluruhnya dana hasil right issue kami gunakan untuk akuisisi. Kami juga mengalokasikan dana hasil right issue ini untuk pengembangan usaha perseroan, terutama yang terkait dengan bisnis hulu dan juga untuk tambahan modal kerja perseroan. Untuk keduanya kita alokasikan sekira Rp1,71 triliun," jelasnya.

Sedangkan waran seri II senilai Rp334 miliar akan digunakan perseroan sebagai cadangan dana untuk pelunasan obligasi senior secured notes yang akan jatuh tempo pada 1 November 2011. Standby buyer pada penawaran umum terbatas ini adalah PT Danatama Makmur.

Untuk right issue ini, tanggal efektif dari Bapepam pada 2 Februari, pencatatan dalan daftar pemegang saham yang berhak atas HMETD (record date) 12 Februari, distribusi HMETD 15 Februari, pencatatan HMETD dan waran seri II di BEI 16 Februari, perdagangan dan pelaksanaan HMETD 16-22 Februari, pembayaran teakhir 24 Februari, serta tanggal penjatahan 25 Februari.

Selain meminta izin untuk tambahan modal melalui right issue, RUPSLB juga mengagendakan perubahan anggaran dasar terkait dengan peningkatan modal ditempatkan dan disetor perseroan tersebut. RUPSLB juga akan memberi persetujuan untuk melaksanakan transaksi material sehubungan dengan rencana perseroan untuk melakukan akuisisi senilai Rp2,06 triliun.

Akuisisi tersebut melalui anak perseroan, yaitu PT Nibung Arthamulia untuk melakukan akuisisi atas saham-saham dalam PT Domas Agrointi Prima, PT Sawitmas Agro Perkasa, PT Sarana Industama Perkasa, PT Flora Sawita Chemindo, PT Domas Agrointi Perkasa dan PT Domas Sawitinti Perdana, serta melalui PT Grahadura Leidungprima untuk mengakuisisi saham-saham PT Monrad Intan Barakat, PT Julang Oca Permana dan PT Citalaras Cipta Indonesia.
(css)

Mbak Tutut Gugat MNC Rp 3,4 Triliun

Jakarta - Siti Hardiyanti Rukmana alias mbak Tutut, putri sulung almarhum mantan presiden Soeharto, menggugat PT Berkat Karya Bersama (BKB) dan PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD), dua anak usaha PT Media Citra Nusantara (MNC) senilai Rp 3,4 triliun.

MNC dituding telah mengambil alih kepemilikan saham mbak Tutut di PT Televisi Pendidikan Indonesia yang dimiliki secara sepihak.

"Karena ada keganjilan saat pengambilalihan TPI oleh pihak tergugat," kata kuasa hukum Mbak Tutut, Harry Ponto sebelum sidang perdata di PN Jakarta Pusat, Jl Gajah Mada, Selasa (2/2/2010).

Menurut Ponto, keganjilan tersebut bisa dirunut jauh kebelakang, contohnya saat kepengurusan baru hasil RUPSLB 17 Maret 2005 ditolak Sisminbakum. Penolakan tersebut ditandai dengan Sisminbakum yang tidak dapat diakses notaris.

Pada waktu hampir bersamaan, digelar pula RUPSLB tandingan oleh PT BKB. Hasilnya, langsung dilaporkan ke Sisminbakum dan diterima secara online. "Ini kan aneh. Seperti ada sesuatu. Notaris kami tidak bisa mengakses, giliran BKB kok bisa," imbuh Ponto.

Alhasil, Depkum HAM mengakui kepemilikan TPI ditangan BKB daripada Mbak Tutut. Konsekuensinya, Mbak Tutut kehilangan hampir 75 persen sahamnya. Dengan gugatan ini, Ponto berharap pengadilan dapat mengembalikan kepengurusan TPI ke status quo, yakni hasil RUPSLB 17 Maret.

"Gugatan kami supaya dikembalikan kepada status quo. Juga gugatan material 1,4 triliun dan immaterial Rp 2 triliun" tukasnya.

Menghadapi gugatan tersebut, PT BKB menyatakan tidak gentar. Sebab, menurut kuasa hukum Andi Simangunsong,  PT BKB tidak pernah melawan hukum. "Tidak ada satupun perbuatan melawan hukum," ucap kuasa hukum PT BKB, Andi Simangunsong.

Harry Tanoe bantah serobot TPI dari Tutut

Jakarta - PT Berkah Karya Bersama (BKB) membantah kepemilikan saham PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (CTPI) dilakukan secara tidak sah dan melawan hukum.

"Tidak ada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Berkah Karya Bersama," kata kuasa hukum Berkah, Andi Simangunsong, di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa (2/2).

Komentar itu menanggapi adanya gugatan yang dilayangkan Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut, lantaran tidak terima atas hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) TPI tertanggal 18 Maret 2005. Dalam RUPSLB tersebut, BKB dengan memegang Surat Kuasa (Power of Attorney) tertanggal 3 Juni 2003 melakukan perubahan jajaran direksi TPI sesuai tertuang Akta No.16 dan No.17.

Tutut pun bersikukuh bahwa RUPSLB yang sah adalah satu hari sebelumnya, yakni 17 Maret 2005, yang tujuannya untuk merombak jajaran direksi dan dewan komisaris TPI, yaitu Dandy Nugroho Hendro Mariyanto Rukmana selaku Dirut menggantikan Hidajat Tjandradjaja.

Keputusan tersebut kemudian dilaporkan ke Menteri Hukum dan HAM melalui fasilitas sistem administrasi badan hukum (Sisiminbakum) Departemen Hukum dan HAM. Tapi anehnya, fasilitas tersebut tidak dapat diakses sehingga anggaran dasar sebagaimana RUPSLB 17 Maret tidak dapat dimasukan.

Sehingga pengelolaan Sisiminbakum oleh PT Sarana Rekatama Dinamika (SRD) yang kepemilikan 99 persen sahamnya milik PT Bhakti Asset Management, yang tak lain perusahaan milik Harry Tanoesoedibjo.

Menurut Andi, keputusan RUPSLB 18 Maret 2005 itu bagian dari perjanjian invesment agreement tertanggal 23 Agustus 2002 antara BKB dengan Mbak Tutut, sehingga tidak ada masalah dengan itu.

"Sesuai perjanjian itu, Berkah melakukan restrukturisasi TPI dan sejalan dengan itu Berkah berhak atas 75 persen saham TPI," katanya.