Friday, April 30, 2010

Mei 2010, Transaksi Kontrak Berjangka CPO Meluncur

PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) atau Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) akan meluncurkan transaksi kontrak berjangka minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) berdenominasi rupiah pada 21 Mei 2010.

Direktur Utama BKDI Megain Wijaya mengatakan peluncuran perdana kontrak berjangka CPO rupiah (CPOTR) ini akan dilakukan bulan depan agar para anggota baru mempunyai waktu untuk persiapan untuk turut berpartisipasi dalam peluncuran perdana nanti.

“Peluncuran akan dilaksanakan pada 21 Mei 2010, seperti yang sudah disepakati oleh para anggota, karena masih ada anggota BKDI yang baru, yang masih membutuhkan waktu untuk persiapan dan mereka ingin bersama-sama berpartisipasi dengan yang lain ketika kontrak CPO ini diluncurkan,” kata Megain, dalam keterangan tertulisnya kepada okezone, di Jakarta, Jumat (30/4/2010).

Partisipasi di BKDI terbuka untuk semua pihak, termasuk perkebunan lokal yang dapat secara langsung menjual produknya ke pasar bebas, maupun pabrikan atau prosesor yang dapat juga membeli CPO di pasar bebas melalui BKDI.

Diketahui, ada lima anggota baru sehingga menjadi 20 perusahaan yang terdaftar. Penambahan jumlah anggota bursa ini berkaitan dengan rencana bursa berjangka kedua di Indonesia ini akan mentransaksikan kontrak berjangka minyak kelapa sawit mentah (CPO) berdenominasi rupiah. Kebanyakan merupakan perusahaan produsen CPO.

Menurut Megain, perusahaan yang baru mendaftar dan sebagian masih proses yakni diantaranya PT Askap Futures, PT Real Time Futures, PT Sari Dumai Sejati, dan PT Bakrie Sumatera Plantations.

Dengan demikian terdapat 20 perusahaan yang menjadi anggota bursa BKDI yakni PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Sinar Mas Agro Resources Tbk, PT Sampoerna Agro Tbk, PT Duta Palma Nusantara, PT BW Plantation Tbk, PT Palm Mas Asri, PT Ivomas Tunggal, PT Monex Investindo Futures, PT Millenium Penata Futures, PT Danpac Futures, PT Valbury Asia Futures, PT Sinarmas Futures, PT Universal Futures, PT Aperdi, PT Monex Investindo.

“Dari 20 anggota bursa tersebut, terdapat sembilan perusahaan yang merupakan pedagang yakni para pelaku pasar dari industri minyak sawit,” kata Megain.

Kontrak CPOTR yang akan diluncurkan tersebut menggunakan mata uang rupiah. Dipilihnya rupiah, lanjut Megain, karena melihat kebutuhan para pelaku pasar di dalam negeri.

“Kalau kita bedah pasar, banyak perkebunan sawit yang tidak dapat berpartisipasi dalam penyerahan fisik bursa berjangka luar negeri dan terekspos dengan resiko fluktuasi harga CPO. Dengan demikian kami akan mengambil peluang ini dengan menawarkan kepada mereka produk yang ditransaksikan di dalam negeri dengan menggunakan rupiah,” kata Megain.

Untuk satu lot kontrak berjangka CPO yang diperdagangkan di BKDI, setara dengan 10 metrik ton yakni lebih kecil dari kontrak CPO di Malaysia Derivatif Exchange (MDEX) sebesar 25 metrik ton per lot. MDEX merupakan bursa yang sudah lebih dahulu mentransaksikan kontrak CPO dan harganya dijadikan acuan dunia.

BKDI mendapat izin usaha dari Bappebti pada 23 Juni 2009. Saat ini bursa berjangka komoditas kedua di Indonesia, pada 31 Maret 2010 melakukan peluncuran perdana transaksi kontrak berjangka emas berdenominasi rupiah

Wednesday, April 28, 2010

BUMI Raih Kontrak US$113/ton FOB dari Jepang

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) baru saja menjalin kontrak pengiriman batubara dengan perusahaan asal Jepang senilai US$113 per ton FOB.
Demikian disampaikan SVP BUMI Dileep Shrivastava melalui pesan singkatnya kepada INILAH.COM, Rabu (28/4). "Kontrak dilakukan pada Senin (26/4) malam," ungkapnya.
Dileep menjelaskan, kontrak tersebut dilakukan melalui anak perusahaan BUMI, PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan akan berlangsung selama 12 bulan ke depan. "Kontraknya sejak Aprl 2010 sampai Maret 2011," ungkapnya.
Menurutnya, harga kontrak batubara tersebut di atas rata-rata, US$6 per ton pada indeks GCNEWC. Ia berharap, harga kontrak yang baru ditandatangani Perseroan batubara terbesar di Indonesia ini, bisa menjadi acuan harga baru bagi harga jual tahun ini. "Kami harap begitu," ujarnya.
Sebelumnya, KPC juga telah menandatangani kontrak pengiriman batubara thermal basis 6.700 HAD (6.322 GAR) senilai US$104 per ton FOB juga dengan perusahaan Jepang, untuk 12 bulan ke depan

BUMI Jual Batu Bara dengan Harga Tinggi USD 113/Ton (Lebih Tinggi USD 6)

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pihaknya sudah menyepakati untuk menetapkan harga jual yang lebih tinggi sebesar USD6 per ton daripada harga indeks untuk periode April 2010-Maret 2011.

"BUMI telah menyepakati kontrak baru untuk penjualan pada Senin sore kemarin. Misalnya untuk ke Jepang harganya sebesar USD113 per ton, lebih mahal USD6 per ton daripada GCNEWC index," jelas Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Sritavastava, kepada okezone di Jakarta, Rabu (28/4/2010).

Dia menjelaskan, jika penjualan ke Jepang tersebut sebesar 20 persen dari total penjualan perseroan. "Biasanya penjualan batu bara ke Jepang itu 20 persen dari total penjualan," jelasnya.

Dileep juga mempaparkan, jika volume penjualan batu baranya akan bertambah menjadi 12,5 persen dari total pasar batubara global pada 2013. Di mana pada 2009, porsi penjualan batu bara BUMI sebesar 10 persen dari total penjualan batu bara global.

"Pada 2009 produksi BUMI 63 juta ton, dan itu merupakan sebesar 10 persen dari total pasar global yang ada. Pada 2013 kami memperkirakan porsi penjualan kami akan mencapai 12,5 persen," paparnya.

Penurunan rating utang Yunani tekan Minyak

Harga minyak mentah turun di hari ketiga perdagangan seiring dengan harga saham dunia yang mengalami penurunan dan kenaikkan dolar setelah Standard & Poor’s Ratings Service menurunkan rating obligasi Yunani hingga ke tingkat terendah.

Harga minyak turun 2,1% kemarin seiring dengan pemotongan rating Yunani dan Portugal, negara-negara zona euro yang memiliki utang tertinggi, memperparah krisis keuangan di Eropa. Indeks Standard & Poor’s 500 mengalami penurunan tertinggi sejak 4 Februari. Pasokan minyak mentah di AS naik 5,34 juta barel minggu lalu, berdasarkan data American Petroleum Institute.

“Bailout Yunani yang tengah berjalan hanya membuat lebih banyak tekanan terhadap euro ke level terendah,” kata Mike Sander, konsultan di Sander Capital Advisors di Seattle. “Penurunan di bursa saham cenderung mendorong harga minyak ke level terendah. Pasokan minyak AS tengah berada di level tertingginya.”

Minyak mentah untuk pengiriman Juni turun sebanyak 74 sen atau 0,9% menjadi US$81,70 perbarel, di perdagangan elektronik di New York Mercantile Exchange pada pagi hari ini waktu Sydney. Kemarin kontrak berjangka minyak mentah sendiri turun dari US$1,76 menjadi US$82,44.

Pemotongan rating utang Yunani sebanyak 3 level dari BB+ menjadi BBB+ menjadikannya sebagai negara zona euro pertama yang mengalami penurunan rating utang sejak pertama kali euro diluncurkan pada 1999. S&P juga memperingatkan bahwa para pemegang surat oobligasi hanya akan menerima 30% dari investasi pertamanya jika Yunani merestruksifikasi utangnya. Lembaga pemeringkat ini juga mengurangi rating utang Portugal dari A- dari A+.

S&P 500 turun sebesar 2,3% menjadi 1.183,71 di New York. Dow Jones juga kehilangan 213,04 poin atau 1,9% menjadi 10.991,99.

Departemen Energi AS akan melaporkan cadangan minyak yang naik sebesar 1,05 juta barel, berdaraskan perkiraan rata-rata dari 18 analis yang dikumpulkan oleh Bloomberg News.

Laporan akan menunjukkan kenaikan cadangan bahan bakar sebesar 800.000 barel dari 225 juta di minggu sebelumnya, berdasarkan survei. Cadangan untuk bensin sendiri, solar dan minyak panas, kemungkinan akan mengalami kenaikan 1,5 juta barel. Hasil pengolahan minyak mungkin tidak akan mengalami perubahan setelah lima minggu mengalami kenaikan.

Dolar diperdagangkan US$1,317 per euro pada pagi ini waktu Sydney, setelah naik 1,6% kemarin. Menguatnya dolar mengurangi daya tarik barang komoditas sebagai investasi alternatif.

Harga minyak jenis brent untuk pengiriman Juni turun 1,2% atau US$1,05 menjadi US$85,78 per barel di ICE Futures Europe kemarin

KARK digugat Pailit

PT Alam Baru Mandiri mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT Dayaindo Resources
International Tbk, karena perusahaan itu mengklaim mempunyai kewajiban yang belum dibayar oleh
perusahaan sekitar Rp3,17 M. Permohonan pailit tersebut didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat. (bisnis/eva).



PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menjatuhkan sanksi penghentian perdagangan sementara (suspensi) atas perdagangan saham PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK). Penghentian perdagangan tersebut karena terjadinya pemberitaan mengenai perseroan dimohonkan pailit.

"Penghentian sementara perdagangan saham PSAB tersebut dilakukan di pasar mulai sesi I hari ini," kata Kadiv Perdagangan Saham BEI Andre PJ Toelle dalam keterbukaan informasi BEI di Jakarta, Rabu (28/4/2010).

Dijelaskannya, bursa pada saat ini sedang meminta penjelasan lebih lanjut kepada perseroan. Sebagai informasi, PT Alam Baru Mandiri mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap PT Dayaindo Resources International Tbk, karena perusahaan itu mengklaim mempunyai kewajiban yang belum dibayar oleh perusahaan sekira Rp3,17 miliar.

Global Mediacom (BMTR) 2010 Bagi Dividen Rp 5 Per Saham

PT Global Mediacom Tbk (BMTR) akan membagikan dividen tunai yang berasal dari laba tahun buku 2009 sebesar Rp 5 per saham, atau totalnya sebesar Rp 68,827 miliar.

Demikian disampaikan oleh Presiden Direktur Global Mediacom Hary Tanoesoedibjo dalam jumpa pers di Kantornya, MNC Tower Kebun Sirih, Jakarta, Selasa (27/4/2010).

Ia menjelaskan, seluruh sisa laba setelah dikurangi untuk pembayaran dividen akan digunakan untuk memperkuat modal perseroan. "Rencana dividen telah disetujui pemegang saham perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan hari ini," jelasnya.

Pada tahun 2009, perseroan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 5% menjadi Rp 5,03 triliun. "Ini tidak termasuk dari bisnis telekomunikasi (PT Mobile-8 Telecom Tbk) yang telah kami divestasikan pada November 2009," jelasnya.

Sementara pada kuartal I-2010, pendapatan BMTR mencapai Rp 1,35 triliun atau naik 15% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,178 triliun. Sedangkan laba bersihnya meningkat 271% menjadi Rp 152 miliar dibanding tahun 2009, Rp 41 miliar.

Sayang, dirinya masih belum mau mengungkapkan besaran target di tahun 2010.

"Kami masih hitung, yang jelas untuk Indovision laba Rp 300 miliar, dan revenue Rp 1,7 triliun. Untuk MNC revenue Rp 4,6 triliun dan laba Rp 700 miliar. Masih harus dikurangi minority interest, dari target kedua anak usaha ini," paparnya.

Tuesday, April 27, 2010

Wow..Laba Q1 2010 Latinusa (NIKL) Naik 2.251%

PT Pelat Timah Nusantara Tbk (Latinusa/NIKL) mencatatkan kenaikan laba yang mencengangkan. Laba bersih perseroan naik sebesar 2.251,3 persen menjadi Rp28,05 miliar pada kuartal I-2010 jika dibandingkan kuartal I-2009 yang sebesar Rp1,19 miliar.

Dengan demikian, laba bersih per sahamnya mengalami kenaikan menjadi Rp11 per saham dari sebelumnya yang minus Rp1 per saham. Demikian diungkapkan oleh Direktur Utama Latinusa Ardhiman TA dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Selasa (27/4/2010).

Nampaknya wajar saja kenaikan laba ini, di mana penjualannya juga naik menjadi sebesar Rp366,72 miliar, padahal periode sebelumnya hanya Rp288,53 miliar. Sementara laba kotor perseroan naik menjadi Rp69,99 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp28,18 miliar.

Laba usaha perseroan juga naik menjadi Rp38,42 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp14,24 miliar. Perseroan juga mencatatkan kenaikan pendapatan bungan menjadi Rp1,7 miliar dari sebelumnya yang hanya Rp440 juta.

Rugi kurs perseroan juga turun menjadi Rp1,76 miliar dari sebelumnya Rp3,4 miliar, beban bunga juga menurun menjadi Rp1 miliar dari sebelumnya Rp3 miliar. Di mana junmlah aset perseroan naik menjadi Rp714,83 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp604,5 miliar

Monday, April 26, 2010

Penjualan Batubara BUMI Naik 41,6% di Triwulan I-2010

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mencatat pertumbuhan volume penjualan batubara sebesar 41,6% di triwulan I-2010. Perseroan meningkatkan kapasitas produksi sebesar 66,67%.

"BUMI telah menjual 16 juta ton batubara di triwulan I-2010," ujar SVP Investor Relations BUMI, Dileep Srivastava dalam pesan singkatnya kepada detikFinance, Senin (26/4/2010).

Dileep mengatakan, pada periode yang sama tahun 2009, BUMI mencatat penjualan batubara sebanyak 11,3 juta ton. Itu berarti telah terjadi peningkatan sebesar 41,6%.

"Kami sangat yakin target penjualan batubara sebanyak 64 juta ton tahun ini akan tercapai," ujarnya.

Tahun 2009, BUMI menjual 58,39 juta ton batubara yang berarti target volume penjualan batubara tahun ini tumbuh 9,61% dari tahun 2009.

Untuk produksi batubara di 2010, perseroan menargetkan angka antara 67-70 juta ton, tumbuh antara 6,14% hingga 10,89% dari realisasi tahun 2009 sebanyak 63,12 juta ton.

Selain itu, BUMI juga baru saja memperoleh kontrak penjualan batubara ke Jepang pada harga FOB sebesar US$ 104 per ton untuk pengiriman April 2010 hingga Maret 2011.

Tahun 2009, harga rata-rata penjualan batubara yang diterima BUMI sebesar US$ 63,14 per ton, lebih rendah 13,9% dari tahun 2008 sebesar US$ 73,34 per ton.

Dengan adanya kontrak dengan Jepang tersebut, maka harga rata-rata batubara yang diterima perseroan tahun ini bakal melonjak drastis.

"Dengan kontrak ini, seharusnya kami akan mendapatkan hasil yang jauh dari perkiraan semula," ujarnya.

BUMI juga memastikan bahwa proses peningkatan kapasitas produksi PT Kaltim Prima Coal (KPC) akan segera berjalan dalam waktu dekat.

"Kami juga meningkatkan kapasitas di KPC dari 4.500 ton per jam menjadi 7.500 ton per jam yang mulai beroperasi pada Mei 2010," ujar Dileep.

Bea Keluar CPO Mei 2010 Tetap 4,5%

Karena harga produk kelapa sawit dan turunan tidak banyak perubahan dalam sebulan terakhir, maka pemerintah menetapkan Bea Keluar Crude Palm Oil (CPO) tetap 4,5% atau sama dengan bulan sebelumnya.

Dalam menentukan BK tersebut pemerintah mengacu pada harga rata-rata CPO yang diperdagangkan di Amsterdam yang mencapai US$ 823,74 per ton.

Dengan harga rata-rata tersebut, sesuai dengan ketetapan Menteri Keuangan, maka BK yang dikenakan adalah masuk pada kolom 4 dengan besaran BK 4,5%. Sedangkan untuk Harga Patokan Eskpor (HPE) yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan untuk CPO adalah US$ 752 per ton yang juga mengacu pada harga CPO rata-rata di Asmterdam.

”Penetapan harga HPE berpedoman pada harta rata-rata internasional atau harga free on board (FOB) satu bulan terakhir,” tulis aturan yang diteken oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Diah Maulida, pekan lalu. Sesuai beleid itu, harga HPE dari CPO tersebut akan menjadi acuan pembayaran BK CPO oleh eksportir dalam melakukan ekspor pada bulan Mei.

Perinciannya begini. HPE CPO untuk bulan Mei adalah US$ 752 per ton atau turun dari HPE bulan April US$ 755 per ton. Sementara itu untuk HPE untuk tandan buah segar atau kernel buah sawit turun malah mengalami kenaikan dari US$ 365 per ton untuk bulan April menjadi US$ 389 per ton. Sedangkan Crude Olein turun dari US$ 788 per ton menjadi US$ 787 per ton di bulan Mei.

Friday, April 23, 2010

Q1 2010 Kinerja Antam Membaik

Sepanjang kuartal I 2010 kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) menunjukan perbaikan dengan membukukan laba bersih Rp201,94 miliar, sementara pada periode sama tahun sebelumnya hanya Rp89,88 miliar.

Dalam laporan keuangan Antam yang dipublikasikan Kamis disebutkan membaiknya kinerja ini disebabkan perseroan mampu menekan beban pokok penjualan dari Rp2,48 triliun menjadi Rp1,18 triliun.

Meski penjualan selama kuartal I 2010 mengalami penurunan dari Rp2,64 triliun menjadi Rp1,655 triliun, laba bersihnya justru naik. Hal ini disebabkan perseroan mampu melakukan efisiensi dan penekanan beban penjualan.

Dengan demikian perolehan laba usaha Antam juga naik menjadi sebesar Rp343,31 miliar dari sebelumnya Rp54,7 miliar.

Kebangkitan Minyak Mentah Turut Dongkrak Harga CPO

Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali merangkak naik. Sampai pukul 17.00 WIB kemarin (22/4), harga CPO untuk pengiriman Mei 2010 di Bursa Derivatif Malaysia (MDEX) naik 0,61% menjadi US$ 785,25 per ton.
Salah satu pemicu kebangkitan harga CPO adalah kenaikan harga minyak mentah ke level US$ 84 per barel, setelah turun di awal pekan lalu.
Ibrahim, analis Asia Kapitalindo Futures, mengatakan hingga semester pertama tahun ini harga CPO bisa menyentuh level US$ 800 per ton. Jika angka itu terlampaui, harganya berpeluang menuju US$ 850 per ton.
Selain dipengaruhi laju harga minyak mentah, menurut Ibrahim, secara fundamental kenaikan harga CPO juga didorong permintaan minyak sawit yang masih bagus.
Sepanjang 2010, harga tertinggi CPO pernah mencapai US$ 803,5 per ton. Harga komoditas tersebut di sepanjang kuartal satu 2010 lebih tinggi dari periode sama tahun lalu. Hal ini pula yang membuat kinerja emiten produsen CPO mulai membaik. Misalnya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Selama kuartal I-2010, anggota Grup Astra ini menikmati kenaikan harga jual CPO sebesar 19,1% menjadi Rp 6.544 per kilogram dari semula Rp 5.494 per kg.
China National Grain and Oils Information Center, seperti dikutip Bloomberg, melaporkan pengiriman CPO dari Malaysia ke China dalam periode 1 April hingga 20 April turun ke level terendahnya tahun ini. Hal tersebut dipicu penurunan permintaan dan berlimpahnya stok CPO di China.
Pada periode 1 April-20 April, pengiriman CPO ke China sebanyak 173.000 ton, turun 27% dari periode yang sama di bulan sebelumnya. Ibrahim berpendapat, penurunan permintaan China tak terlalu besar asalkan permintaan dari India dan Jepang tidak ikut merosot.

Thursday, April 22, 2010

Diakuisisi Rajawali, Eatertainment Alih Usaha ke CPO

PT Eatertainment International Tbk (SMMT) segera melakukan alih usaha ke sektor perkebunan kelapa sawit menyusul akuisisi 70,85% saham perseroan oleh dua perusahaan afiliasi Rajawali Group senilai Rp 12,739 miliar. Tender offer digelar seharga Rp 230 per saham.

"Rajawali Group telah mengakuisisi 70,85% saham SMMT melalui dua anak usahanya, Green Palm Resources dan Mutiara Timur Pratama," ujar sumber detikFinance, Kamis (22/4/2010).

Pekan lalu memang telah terjadi pengambilalihan atas mayoritas saham SMMT. Pada 15 April 2010, PT Mutiara Timur Pratama (MTP) membeli 18.714.000 (23,39%) saham SMMT pada harga Rp 225 per saham senilai Rp 4,210 miliar. Pembelian dilakukan dari pemegang saham sebelumnya PT AIM Trust dan afiliasinya.

Pada 16 April 2010, Green Palm Resources Pte Ltd (GPR) membeli 37.964.000 (47,46%) saham SMMT seharga Rp 224,67 per saham senilai Rp 8,529 miliar. Pembelian dilakukan dari pemegang saham sebelumnya Indrajaty Hadiwardojo yang merupakan pemegang saham individual.

Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan afiliasi Rajawali Group. Total saham SMMT yang diambil alih Rajawali sebanyak 56.678.000 saham (70,85%) senilai Rp 12,739 miliar.

Sebelum akuisisi ini, SMMT merupakan perusahaan yang mengelola merek dagang Papa Rons Pizza, Amigos Restaurant, Inline Skating, Putt-Putt Golf and Games dan Ponderosa Steak House.

Sayangnya, Managing Director Rajawali, Darjoto Setyawan tidak menjawab panggilan telepon detikFinance untuk meminta klarifikasi soal masuknya Rajawali di SMMT beserta rencana perubahan usaha.

Namun bulan lalu, Darjoto mengatakan pihaknya ada rencana merambah bisnis CPO setelah menjual 23,65% saham Rajawali di PT Semen Gresik Tbk (SMGR) senilai Rp 9,821 triliun. Boleh jadi, realisasi rencana tersebut akan dilakukan melalui SMMT.

Namun Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Eddy Sugito mengatakan dirinya telah mendengar rencana alih usaha SMMT. "Kelihatannya memang akan terjadi perubahan usaha ke sektor perkebunan, tapi kan baru akuisisi, belum selesai prosesnya. Detailnya juga kita belum terima," ujar Eddy.

Akuisisi Green Resources dan Mutiara Timur menyebabkan terjadinya perubahan pemegang saham pengendali SMMT. Oleh sebab itu, perseroan wajib menggelar tender offer atas sisa saham publik yang masih beredar.

Tan Tjoe Liang, salah satu Direktur PT Rajawali Corp yang juga menjabat sebagai direktur di Green Palm dan Mutiara Timur memastikan akan menggelar tender offer di harga Rp 230 per saham.

Dengan sisa saham publik sebanyak 13,322 juta saham (16,65%), maka dana yang harus disiapkan untuk tender offer ini sebesar Rp 3,064 miliar.

Selain dua perusahaan milik Rajawali tersebut, pada 13 April 2010, Eagle Capital, perusahaan yang dipimpin oleh Direktur Utama Harry Wiguna bersama dengan rekannya mantan Direktur Utama BEI Erry Firmansyah, juga telah membeli 10 juta (12,5%) saham SMMT pada harga Rp 225 per saham senilai Rp 2,250 miliar. Pembelian dilakukan dari pemegang saham sebelumnya bernama Elsini Tirta yang merupakan pemegang saham individual.

"Pembelian ini adalah untuk investasi jangka panjang," ujar Harry.

Sayangnya, Harry juga belum dapat membeberkan realisasi perubahan usaha yang akan dilakukan SMMT oleh Rajawali. "Itu bisa ditanyakan ke Rajawali," elaknya.

Laba WOM Finance Q1 2010 Melonjak 1067%

PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOM Finance) mencetak laba bersih sebesar Rp 35 miliar pada kuartal I-2010 naik 1067% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 3 miliar. Namun ini tidak diikuti oleh pendapatan pembiayaan perseroan yang turun hampir 38%, dari Rp 196 miliar menjadi Rp 122 miliar.

Demikian diungkapkan Presiden Director WOM Finance, Suwandi Wiratno dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) WOM Finance di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (21/4/2010).

Pendapatan dan perolehan laba yang berbanding terbalik, disebabkan oleh beban bunga perseroan yang menurun. Pada tahun 2009 perseroan tercatat melunasi obligasi mereka, yang jatuh tempo sebesar Rp 635 miliar.

"Laba bisa naik karena beban bunga kami yang bekurang. Tahun lalu kan kita bayar bond (obligasi) Rp 635 miliar," paparnya.

Beban pinjaman perseroan juga tercatat turun 32% dari Rp 99 miliar menjadi Rp 67 miliar. Pendapatan bunga bersih mengalami penurunan hingga 43%, menjadi Rp 55 miliar. Padahal di tahun lalu, pendapatan bunga bersih perseroan mencapai Rp 97 miliar.

Pendapatan lain-lain pada periode kuartal I-2010 mencapai Rp 211 miliar atau meningkat 33% dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 159 miliar. Beban operasional tercatat naik tipis 3% menjadi Rp 197 miliar.

Indonesia Harus Lepas Ketergantungan Ekspor CPO

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Akmaludin Hasibuan menegaskan, Indonesia harus melepas ketergantungan ekspor dengan meningkatkan penyerapan di pasar domestik.

"Kita tidak bisa bergantung pada China dan India," tandas Akmaludin. Menurutnya, bisa saja India dan China mengurangi impor CPO-nya karena persediaan mereka masih cukup banyak.

Indonesia bisa berkaca dari Malaysia. Meskipun Maret lalu India menjadi pembeli terbesar CPO Indonesia dengan memborong 334.157 ton atau 31% dari total ekspor CPO Indonesia, ekspor CPO dari Malaysia ke India maupun China sepanjang April 2010 ini sudah mulai menyurut 9,1%.

Asal tahu saja, ekspor kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia pada Maret 2010 turun 9% dari Februari. Penyusutan produksi kelapa sawit dari sejumlah kawasan penghasil sawit menjadi pemicunya. Namun, penurunan volume ekspor tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena tren penurunan ini jamak terjadi setiap awal tahun.

Menurut Bloomberg, pengiriman CPO ke pasar ekspor selama Maret 2010 hanya sebanyak 1,06 juta ton, turun dari Februari 2010 yang mencapai 1,16 juta ton. Ekspor Januari 2010 lebih tinggi lagi, yakni mencapai 1,2 juta ton.

2010, PTBA Bagi Dividen Rp 533 Per Saham

PT Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) akan membagikan dividen final sebesar Rp 1,228 triliun atas laba bersih tahun 2009. Besaran dividen per saham adalah Rp 533 per saham. Pembagian dividen dijadwalkan pada 15 Juni 2010.

Demikian hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang terselenggara di Hotel Ritz Calton, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (21/4/2010).

Dari seluruh pemegang saham yang hadir, sebanyak 99,98% telah menyetujui pembagian dividen final tersebut. Total dividen tersebut mewakili 45% dari perolehan laba perseroan di tahun 2009 yang mencapai Rp 2,727 triliun.

Perseroan selama tahun 2009 mencatat pendapatan sebesar Rp 8,947 triliun, naik 23,98% dibanding tahun 2008 sebesar Rp 7,216 triliun, yang didorong oleh peningkatan harga pokok penjualan sebesar 11,34% menjadi Rp 4,104 triliun.

Laba kotor tercatat sebesar Rp 4,843 triliun, naik 37,19% dari tahun 2008 sebesar Rp 3,530 triliun. Beban usaha di tahun 2009 sebesar Rp 1,295 triliun, meningkat 25% dari sebelumnya Rp 1,036 triliun.

Pos pendapatan lain-lain juga meningkat tajam sebesar 282,87% menjadi Rp 217,039 miliar dari sebelumnya Rp 56,687 miliar. Setelah dikurangi pajak-pajak, PTBA mencatat laba bersih tahun 2009 sebesar Rp 2,727 triliun, naik 59,75% dari sebelumnya Rp 1,707 triliun.

Laba per saham menjadi Rp 1.184 dari sebelumnya Rp 741 per saham.

Wouw...APOL Cetak Rugi 7.043%

PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk (APOL) sepanjang sembilan bulan 2009 mencetak kerugian hingga 7.043% dari untung pada 2009 sebesar Rp8,083 miliar menjadi buntung Rp561,21 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan Arpeni yang disampaikan kepada BEI, Jumat (8/1) menyebutkan, kerugian ini akibat dari adanya rugi derivatif perseroan 76,77% dair Rp238,03 miliar kini membengkak menjadi Rp420,78 miliar.
Beban pajak penghasilan perseroan yang masih mencatat kerugian 5,98% dari Rp24,133 miliar menjadi Rp25,578 miliar. Pendapatan jasa pelayaran perseroan pun turun 30,01% dari Rp,846 triliun kini hanya Rp1,292 triliun, namun beban jasa perseroan sedikit berkurang 22,28% dari Rp1,333 triliun kini menjaid Rp1,036 triliun.
Laba kotor perseroan pun turun 50,12% dari Rp513,283 miliar menjadi Rp255,999 miliar. Sehingga laba usaha perseroan turun drastis dari Rp404,44 miliar kini Rp137,51 miliar.
Walaupun mengalami kerugian, perseroan masih mencatat untung rugi kurs sebesar Rp100,193 miliar atau naik 149,11% dari Rp40,219 miliar

TMPI (AGIS) 2009 Rugi Rp3,14 Miliar

PT Agis Tbk (TMPI) mencatatkan kerugian sebesar Rp3,14 miliar di 2009 setelah merugi Rp2,25 miliar di 2008.
Dalam laporan publikasinya ke BEI, Selasa (20/4) dijelaskan kerugian tersebut disebabkan kerugian selisih kurs yang dialami Perseroan pada 2009 sebesar Rp709,89 juta. Perseroan juga mencatatkan rugi usaha sebesar Rp17,27 miliar di 2009.
Penjualan bersih juga turun dari Rp450,19 miliar di 2008 menjadi hanya Rp323,66 miliar di 2009. Perseroan masih memiliki utang lancar senilai Rp306,06 miliar dan ekuitas Rp1,06 truiliun di 2009

Wednesday, April 21, 2010

Bakrie Sumatera (UNSP) Konversi Waran ke Saham

PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menerbitkan saham hasil konversi Waran Seri I menjadi 166 saham.
Hal ini disampaikan Adi Pratomo Aryanto, Ph Kadiv Penilaian Perusahaan Sektor Riil dan Abdul Mun'im, Ph Kadiv Perdagangan Saham BEI dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (20/4).
Dijelaskan pelaksanaan konversi ini dilakukan pada 21 April 2010. Dengan konversi tersebut, saham UNSP seluruhnya yang tercatat di BEI sebanyak 13.242.739.438 saham. Sedangkan jumlah waran I UNSP yang masih tercatat di Bursa sebanyak 389.285.736 waran.

Bakrie Sumatera (UNSP) Akan Tuntaskan Akuisisi Domba Mas

PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) menegaskan tetap akan melakukan akuisisi terhadap Grup Doma Mas.
Hal ini disampaikan Harry M. Nadir, Direktur UNSP dalam keterbukaan informasinya ke BEI, Rabu (21/4). "Proses akuisisi sampai saat ini berjalan sesuai rencana Perseroan," ujarnya.
Dijelaskan SPA (Shares & Purchase Agreement) dengan pihak penjual atau Grup Domba Mas masih menyelesaikan beberapa hal, antara lain inventarisasi aset, proses restrukturisasi utang dengan kelompok kreditur, yaitu Bank Mandiri, Credit Suisse dan P&G. "Hingga saat ini sudah mendapatkan persetujuan awal. Namun masih perlu difinalisasikan dalam bentuk kesepakatan dengan kami," tukasnya.

Tuesday, April 20, 2010

Mandiri Pertanyakan Nasib Akuisisi Domas oleh UNSP

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mempertanyakan kelanjutan akuisisi aset Grup Domba Mas oleh PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP). Sebagai salah satu kreditur Domba Mas, Bank Mandiri menilai prosesnya berjalan lamban.
Padahal, sebelumnya, UNSP sempat menjanjikan proses akuisisi itu rampung pada bulan Februari-Maret 2010. "Saya tidak tahu kenapa prosesnya lambat," kata Agus Sudiarto, Senior Vice President Credit Recovery II Group Bank Mandiri, kepada KONTAN, kemarin (19/4). Maklum, bank plat merah tersebut ingin pemilik Grup Domba Mas segera melunasi utangnya kepada Mandiri.
Menurut sepengetahuan Agus, UNSP masih melakukan pembicaraan intensif dengan pemilik Grup Domba Mas. Namun, dia tidak mau mengungkapkan isi pembicaraan tersebut, serta faktor yang menjadi kendala penutupan akuisisi aset Grup Domba Mas.
Sumber KONTAN membisikkan, kreditur Grup Domba Mas, yakni Bank Mandiri, Credit Suisse, dan P&G, sudah memberikan persetujuan atas akusisisi tersebut. Ketiga kreditur ini pun setuju dengan proposal manajemen UNSP untuk merestrukturisasi utang pokok Domba Mas tanpa pembayaran tunggakan bunga.
Hasil rights issue
Sekadar informasi, jumlah pokok utang Grup Domba Mas kepada Credit Suisse sebesar US$ 151 juta, dan kepada P&G senilai US$ 40 juta, sedangkan US$ 78 juta kepada Bank Mandiri. Pembayaran pokok utang dicicil selama tujuh tahun dan baru dibayarkan pada tahun ketiga.
Harry Nadir, Direktur Keuangan UNSP, mengatakan bahwa proses akuisisi Domba Mas masih berjalan. "Tidak ada masalah," katanya, kemarin. Menurutnya, proses akuisisi menunggu perolehan dana dari hasil penerbitan saham baru atau rights issue pada awal tahun ini.
Padahal, proses rights issue UNSP telah rampung sejak awal Maret lalu. Steffen Fang, Vice President Investment Banking Danatama Makmur, selaku penjamin emisi rights issue UNSP, mengatakan, aksi korporasi itu sudah selesai. "Tanya ke Pak Harry saja. Kami sudah tidak ikutan setelah rights issue," tandasnya.
Lewat rights issue itu, UNSP melepas 9,47 miliar saham baru dengan harga penawaran Rp 525 per saham. Dari aksi korporasi ini, UNSP mengantongi dana segar Rp 4,97 triliun. Sebagian besar duitnya dialokasikan untuk membiayai akuisisi beberapa perusahaan oleokimia milik Domba Mas, seperti, Domas Agrointi Prima, Domas Agrointi Perkasa, dan Domas Sawitinti Perdana. Nilai akuisisinya mencapai Rp 2,2 triliun.
Namun, hingga saat ini, manajemen Bakrie Sumatra belum memberikan penjelasan mengenai penggunaan dana hasil rights issue yang telah dihimpun dari para pemegang saham.
Analis Bahana Securities Alfi Fadhliyah, dalam risetnya menulis, managemen UNSP menargetkan akuisisi Domba Mas bakal selesai Maret 2010. Dengan akuisisi ini, Alfi memperkirakan pendapatan UNSP tahun ini akan meningkat menjadi Rp 3,73 triliun. Artinya, tumbuh 60% dari tahun lalu. "Laba bersih UNSP juga diprediksi akan naik menjadi Rp 346 miliar," ujarnya.

Laba BMTR 2009 Turun 63,07%

Kinerja PT Global Mediacom Tbk (BMTR) pada 2009 lalu ternyata merosot. Laba bersih perusahaan media ini anjlok 63,07% dibandingkan 2008 silam.
Dalam laporan keuangan 2009 itu, laba bersih BMTR hanya sebesar Rp 157, 20 miliar. Sementara, keuntungan bersih pada tahun sebelumnya sebesar Rp 425,75 miliar.
Tergerusnya laba BMTR juga bukan karena selisih nilai tukar rupiah. Bahkan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memberikan keuntungan sebesar Rp 374,44 miliar tahun lalu. Sementara pada 2008 lalu, BMTR justru harus menanggung kerugian sebesar Rp 292,40 miliar.
Lantas apa yang membuat laba bersih BMTR tergerus? Merosotnya kinerja BMTR pendapatan berkurang terutama dari sektor telekomunikasi. Total pendapatan bersih 2009 hanya sebesar Rp 5,03 triliun. Bandingkan dengan 2008 silam, pendapatan bersih mencapai Rp 5,38 triliun.
Faktor lainnya adalah kerugian akibat pelepasan investasi dan pajak. Kerugian investasi mencapai Rp 109,08 miliar sedangkan beban pajak sebesar Rp 259,42 miliar.

Monday, April 19, 2010

Harga Karet Makin Lentur

Ditengah permintaan karet Indonesia yang cukup tinggi, musim hujan justru mengganggu produksi karet nasional. Itu sebabnya, harga karet Indonesia tersurung ke level yang paling tinggi dalam dua tahun terakhir ini.

Harga free-on-board (FOB) alias harga tanpa ongkos pengiriman dan asuransi untyuk karet jenis SIR-20 telah merangsek 20% menjadi US$ 3,35 per kilogram (kg) pada tahun 2010 ini. Asal tahu saja, harga ini terakhir terlihat pada tahun 2008 lalu.

Kontrak karet dari Indonesia mengikuti Bursa Komoditi Tokyo. Di Negeri Matahari Terbit itu, harga kontrak karet dunia juga sudah naik 21% pada tahun ini karena adanya sinyal yang menunjukkan bahwa suplai karet dari Indonesia maupun Thailand ridak akan mengimbangi peningkatan kebutuhan China.

Asril Sutan Amir, Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) menyebutkan, dua faktor yang membuat harga karet Indonesia terkerek naik adalah rendahnya suplai bahan baku karet akibat curah hujan yang tinggi dan melonjaknya kebutuhan karet dunia. "Terutama permintaan dari China dan India," katanya kepada Bloomberg, akhir pekan lalu.

Tahun lalu, ekspor karet Indonesia ke China besarnya 25% dari 2 juta metrik ton karet yang dikapalkan ke pasar ekspor. Volume ekspor ke Negeri Panda ini terbilang melonjak. Pasalnya, tahun 2007 lalu ekspor karet Indonesia ke China hanya 12%.

Kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi Chinamembiak 11,9% pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Negeri Tirai Bambu ini tengah membutuhkan bahan baku karet yang cukup banyak untuk industri ban. Apalagi, per Maret 2010, penjualan mobil di China naik 76% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sepanjang minggu lalu, harga karet di bursa Komoditi Tokyo untuk pengiriman Mei 2010 menunjukkan peningkatan yang cukup drastis. Senin pekan lalu (12/4) harga karet 259,60 per kilogram, lalu terus meningkat pada pertengahan minggu di hari Rabu (14/4) ke level 361,40 per kilogram, dan ditutup di level 383,00 yen per kilogram pada akhir pekan lalu.

Tren yang serupa juga terlihat dari harga kontrak karet untuk pengiriman Agustus 2010. Setelah meninggalkan level 200-an yen per kilogram pada Kamis (25/3) di level 297 yen per kg, harga kontrak karet terus menguat pada bulan April ini. Kamis (15/4) lalu, harga kontrak karet menyentuh level 343,80 yen per kg, level yang paling tinggi sejak kontrak ini mulai diperdagangkan pada 23 Februari 2010. Hingga pada akhir minggu lalu, level ini juga enggan beranjak turun.

Sementara harga kontrak karet untuk pengiriman bulan ini naik 7,8% menjadi 412,10 yen atau setara US$ 4,451 per ton, sedangkan harga untuk pengiriman bulan September - bulan dengan kontrak perdagangan teraktif selama setahun - naik 1,1% ke posisi 338,5 yen per kg, ini merupakan level tertinggi sejak Juli 2008.

"Sentimen atas rendahnya produksi karet dari Thailand dan tekanan politik di negeri itu kemungkinan akan terus mendorong kenaikan harga karet," kata Suryadi Mulya, Direktur CV Dramaga, eksportir karet dari Bogor.
Beragam faktor
Tahun lalu, produksi karet alam Thailand mencapai 3,164 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 3,09 juta ton. Melempemnya suplai yang diikuti melonjaknya permintaan dunia, khususnya China, India dan Malaysia, semakin membuat harga karet naik. Soalnya, konsumsi karet di tiga negara tersebut mencakup 45% dari total konsumsi karet dunia.

Produksi karet di Thailand memang tengah melempem sejak Februari hingga April 2010 lantaran penghabisan musim dingin. Berdasarkan faktor cuaca ini, pengiriman karet dari Thailand akan melambat hingga awal Juni mendatang. Selain itu, perseteruan politik nasional juga ikut melemahkan produksi karet Thailand.

Selain faktor alam dan tekanan politik di negara-negara penghasil karet, Sekretaris Jenderal Association of Natural Rubber Producing Countries (ANPRC) Djoko Said Damardjati menilai nilai tukar mata uang juga ikut mempengaruhi harga karet dunia. "Melemahnya dolar AS mendorong para eksportir menaikkan harga," katanya kepada Kontan.

Faktor lain yang ikut membentuk harga kontrak karet adalah pergerakan harga minyak. Joko menghitung, harga minyak sedikit naik, harga karet di bursa berjangka juga ikut terkerek naik akibat aksi spekulasi para hedge fund manager dan investor.

TBLA 2009 Cetak Laba Bersih Melejit 118,27%

Sepanjang 2009, PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berhasil mencetak laba bersih 118,27% menjadi Rp138,244 miliar ketimbang 2008 hanya Rp63,336 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen TBLA di Jakarta, Senin (19/4).
Pertumbuhan laba bersih ini didukung dari keuntungan kurs mata uang dari merugi pada 2008 sekitar Rp242,707 miliar menjadi untung sekitar Rp20,332 miliar. Pendapatan bunga pun meningkat 4,78% dari Rp8,593 miliar menjadi Rp9,004 miliar. Bukan hanya itu saja, perseroan pun berhasil menekan beban perseroan 137,29% dari Rp444,525 miliar kini menjadi Rp165,769 miliar.
Namun, pendapatan usaha perusahaan kelapa sawit ini turun 29,33% dari Rp3,955 triliun kini menjadi Rp2,783 triliun. Selain itu, utang usaha perseroan pun naik Rpdari Rp105,834 miliar menjadi Rp120,676 miliar, utang pajak pun naik dari Rp12,687 miliar menjadi Rp33,856 miliar.

Friday, April 16, 2010

BLTA 2009 Menderita Rugi US$ 285,876 Juta (Laba Turun 230,92%)

PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) menderita kerugian bersih sebesar US$285,876 juta dibandingkan perolehan 2008 yang untung sekitar US$218,364 juta.
Demikian penjelasan resmi manajemen BLTA dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (15/4).
Kerugian perseroan ini lantaran bertambahnya menderita kerugian kurs mata uang sekitar US$26,698 juta dibandingkan sebelumnya hanya US$17,286 juta, perubahan nilai wajar obligasi konversi dan wesel bayar mencapai US$196,420 juta dibandingkan tahun lalu perseroan berhasil meraih untung US$305,958 juta.
Kendatipun menderita kerugian, perseroan berhasil meraih untung dari transaksi derivtif sekitar US$148,898 juta ketimbang sebelumnya merugi US$163,179 juta, pendapatan investasi perseroan pun maningkar dari US$16,294 juta kini menjadi US$18,078 juta. Bukan hanya itu saja, laba bersih perusahaan asosiasi pun kini menjadi untung US$9,621 juta dibandingkan sebelumnya rugi US$18,524 juta.
"Namun, pendapatan usaha kami menurun sekitar 14,55% dari US$723,682 juta menjadi US$618,346 juta," ulas manajemen.
Perseroan mencetak penurunan instrumen keuntungan derivatif dari US$30,784 juta menjadi US$10,877 juta, utang bank pun turun drastis dari US$176,586 juta menjadi US$65,225 juta, serta utang pajak pun menurun dari US$1,606 juta menjadi US$957.000

Thursday, April 15, 2010

Harga CPO Merangkak Naik

Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar global terus merangkak naik. Per 13 April harga CPO di pasar Rotterdam untuk pengiriman Mei diperdagangkan sebesar USD830 per matrik ton (MT).

Sedangkan untuk pengiriman Juni dipatok di angka USD827,50 per MT. Sementara itu harga CPO di pasar spot Medan dijual Rp7.088 per kg.

Bendahara Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut Laksamana Adyaksa mengatakan, perkembangan harga CPO tahun ini cukup menggembirakan dibanding tahun lalu. Dari USD780 per MT, harga terus naik hingga USD800 per MT pada bulan lalu. Dengan demikian, harga rata-rata CPO selama tiga bulan pertama 2010 mencapai USD830 per MT
SAHAM-SAHAM CPO
 

Wednesday, April 14, 2010

Laba Bersih Gapura Prima 2009 Melonjak 152%

PT Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA) mencetak lonjakan laba bersih konsolidasi sepanjang 2009 sekitar 152% menjadi Rp28,661 miliar dari sebelumnya hanya Rp11,370 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen GPRA dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (13/4).
Pencapaian laba bersih ini didukung pendapatan sport club sekitar 104,39% menjadi Rp3,346 miliar dari sebelumnya hanya Rp1,637 miliar. Beban pokok penjualanpun berhasil ditekan 7,85% dari Rp173,044 miliar kini menjadi Rp159,417 miliar. Beban pajak perseroan pun turun 80% dari Rp20,890 miliar kini menjadi Rp4,177 miliar.
Sayang perseroan mencatat penurunan pendapatan sepanjang 2009 sekitar 0,1% dari Rp305,945 miliar menjadi Rp305,373 miliar. Perseroan pun berhasil menekan utang bank dari Rp203,724 miliar menjadi Rp142,054 miliar dengan utang usaha kini hanya Rp10,505 miliar dari sebelumnya Rp18,107 miliar.

Tuesday, April 13, 2010

Asing Borong Saham Rp 4,291 Triliun di 2010

Derasnya arus modal asing ke Bursa Efek Indonesia (BEI) tak kunjung susut. Hingga perdagangan kemarin, dana asing yang mencatat pembelian bersih (net buy) telah mencapai Rp 4,291 triliun.

Demikian berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti dikutip detikFinance, Selasa (13/4/2010).

Pada periode Januari 2010, total nilai beli asing sebesar Rp 21,666 triliun, sedangkan nilai jual asing sebesar Rp 21,236 triliun, sehingga transaksi beli bersih asing sebesar Rp 430,199 miliar.

Pada periode Februari 2010, aksi beli asing sebesar Rp 18,976 triliun, sedangkan transaksi jual asing sebesar Rp 20,984 triliun. Nilai transaksi jual bersih asing (net sell) sebesar Rp 2,007 triliun.

Pada periode Maret 2010, asing melakukan pembelian sebesar Rp 42,409 triliun, sedangkan aksi jual asing sebesar Rp 37,487 triliun. Aksi beli bersih asing (net buy) mencapai Rp 4,921 triliun.

Total nilai beli asing sepanjang triwulan I-2010 mencapai Rp 83,051 triliun, meningkat 229,77% dibanding periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 25,184 triliun.

Total nilai jual asing pada triwulan I-2010 sebesar Rp 79,707 triliun, meningkat 217,68% dari periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 25,090 triliun.

Nilai beli bersih asing (net buy) di triwulan I-2010 mencapai Rp 3,344 triliun, meningkat 3.457,44% dari triwulan I-2009 yang hanya sebesar Rp 94 miliar.

Untuk periode 7 hari perdagangan sejak 1-12 April 2010, nilai beli asing mencapai Rp 12,932 triliun, sedangkan transaksi jual asing sebesar Rp 11,985 triliun. Nilai beli bersih asing selama periode tersebut sebesar Rp 947 miliar.

Dengan demikian, hingga perdagangan kemarin, total nilai transaksi beli asing sepanjang tahun 2010 mencapai Rp 95,983 triliun, sedangkan transaksi jual asing sebesar Rp 91,692 triliun. Nilai transaksi beli bersih asing mencapai Rp 4,291 triliun pada periode tersebut.

Seiring dengan itu, IHSG ditutup di level 2.881,333 pada perdagangan kemarin, naik 13,69% dari penutupan akhir tahun 2009 di level 2.534,356. Kenaikan ini sekaligus menjadi yang tertinggi diantara seluruh bursa saham di dunia yang rata-rata hanya naik dalam kisaran 1-6% di sepanjang 2010.

Tak hanya itu, kapitalisasi pasar seluruh saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun melejit tinggi. Pada penutupan tahun 2009, nilai kapitalisasi pasar seluruh saham masih sebesar Rp 2.019,00 triliun.

Pada perdagangan kemarin, kapitalisasi pasar seluruh saham di BEI telah meningkat Rp 325 triliun (16,09%) menjadi Rp 2.344,00 triliun.

Nilai rata-rata transaksi harian pun meningkat cukup besar. Pada penutupan akhir tahun 2009, nilai rata-rata transaksi harian masih di level Rp 4,046 triliun. Pada perdagangan kemarin, nilai rata-rata harian telah meningkat Rp 302 miliar (7,46%) menjadi Rp 4,348 triliun per hari.

Warrant


No. Kode EXE_Price        Maturity
1 AGRO-W 130 25-May-11
2 AMAG-W 100 22-Dec-10
3 ATPK-W 200 12-Jul-10
4 BABP-W 120 31-Dec-10
5 BACA-W 100 12-Jul-12
6 BAPA-W 185 11-Jan-13
7 BCIP-W 110 10-Dec-12
8 BIPI-W 145 8-Feb-13
9 BKDP-W 135 14-Jun-10
10 BKSL-W 100 6-Aug-10
11 BMSR-W 500 20-Nov-13
12 BNBR-W 620 1-Apr-11
13 BUDI-W 125 10-Jul-12
14 BVIC-W 100 24-Jun-11
15 BVIC-W2 100 10-Jul-13
16 CFIN-W 400 12-Jul-10
17 CKRA-W 250 28-Jan-13
18 COWL-W 160 17-Dec-10
19 DEWA-W 231 24-Sep-10
20 DILD-W 1,050 12-Apr-12
21 ELTY-W 250 30-Apr-10
22 ENRG-W 190 14-Jan-13
23 GPRA-W 340 8-Oct-10
24 INDX-W 250 15-Jun-12
25 KARK-W 150 13-Apr-11
26 KBLV-W 1,000 14-Jul-10
27 KBRI-W 265 8-Jul-11
28 KOIN-W 210 8-Apr-11
29 LAPD-W 120 8-Apr-11
30 MASA-W 250 14-Jun-10
31 MIRA-W 271 12-Nov-10
32 MIRA-W2 400 25-Nov-11
33 MLPL-W 250 12-Apr-13
34 MPPA-W 900 12-Jul-10
35 PEGE-W 125 23-Jun-10
36 POOL-W 525 11-Jul-14
37 RODA-W 100 28-Jan-13
38 SMMA-W3 430 13-Jul-10
39 SMMA-W4 500 9-Jul-13
40 SMRA-W 550 21-Jun-10
41 TBLA-W 125 13-Jul-11
42 TMPI-W 200 17-Mar-11
43 TRAM-W 135 9-Sep-11
44 UNSP-W 1,286 7-Sep-10
45 UNSP-W2 530 15-Feb-13
46 VRNA-W 110 24-Jun-10
47 WEHA-W 300 30-May-12

Monday, April 12, 2010

Harga CPO akan tembus US$940 per ton tahun ini

Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), minyak nabati terbesar secara volume di dunia, berpotensi menanjak hingga sentuh level 3.000 ringgit (US$940) per ton tahun ini.

Pengurus Malaysian Palm Oil Board (MPOB) Ramli Abdullah seperti dikutip Bloomberg menyatakan harga CPO diantara 2.600 ringgit dan 3.000 ringgit karena rasio persediaan terhadap pasokan yang menipis dan harga minyak kedelai serta minyak mentah.

Menurut dia, harga sepanjang tahun ini akan stabil di level 2.400 ringgit per ton dipicu pembelian perusahaan sereal dan bisnis minyak China. Harga CPO untuk pengiriman Juni naik 3,8% hingga ke level tertinggi tiga pekan 2.594 ringgit per ton di Malaysia Derivatif Exchange pada perdagangan akhir pekan.

Situs resmi MPOB menyebutkan sepanjang satu bulan terakhir harga tertinggi di level 2.686 ringgit pada 11 Maret, masih jauh dari level harga tertinggi sepanjang satu tahun terakhir di level 2.887 ringgit pada 13 Mei 2009.

Harga terendah dalam setahun terakhir di level 2.001 ringgit pada 8 Juli 2009. Untuk tahun ini saja, level tertinggi terjadi pada perdagangan 8 Maret yakni 2.701 ringgit.

Malaysia akan memproduksi 17,8 juta ton CPO pada 2010, dan 18,5 juta ton pada 2011 dan pada 2020 akan mencapai 28 juta ton. Produksi pada Februari 2010 tercatat turun 12,45% menjadi 1,15 juta ton dari posisi Januari 2010.

Cadangan CPO per Februari 2010 juga turun 17,64% menjadi 932.971 ton. Begitu juga dengan ekspor minyak sawit turun 11,58% menjadi 1,29 juta ton.

Abdullah mengatakan ekspor dari Malaysia akan tumbuh menjadi 22,9 juta ton pada 2020 dari 16,02 juta ton tahun ini. Malaysia merupakan produsen CPO terbesar kedua dunia, sementara Indonesia sebagai produsen CPO tertinggi pertama dunia mencatat ekspor CPO dan produk turunannya pada Januari 2010 naik 60.000 ton menjadi 1,20 juta ton, dibandingkan dengan bulan yang sama 2009 sebesar 1,14 juta ton.

Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan mengatakan kenaikan ekspor CPO dan turunannya pada Januari 2010 ketimbang Januari 2009, mengindikasikan kuatnya tren permintaan CPO dari negara-negara konsumen.

"Faktor pemicunya berasal dari pemulihan ekonomi di berbagai negara seperti China dan India yang menjadi importir terbesar CPO, terutama sekali dengan lahirnya CAFTA yang diprediksi dapat mendorong peningkatan permintaan China," ujarnya.

Sekjen Gapki Joko Supriyono mengatakan produksi CPO Indonesia diprediksi naik 1 juta ton menjadi 22 juta ton pada 2010. Sejak 2006, Indonesia sudah menjadi penghasil minyak sawit yang terdiri dari CPO dan CPKO (crude palm kernel oil) dengan total produksi saat itu 16 juta ton.

KARK Bidik Rp 1,2 Triliun dari Rights Issue

PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) berencana menerbitkan saham baru alias rights issue. Perusahaan pertambangan ini membidik dana minimal Rp 1,25 triliun dari hajatan itu. Duitnya untuk membiayai akuisisi tambang nikel dan pelabuhan di wilayah Sulawesi.
Sekretaris Perusahaan KARK, Endang Wijaya, mengatakan, pihaknya sudah mendapat restu dari para pemegang saham untuk meningkatkan modal dasar. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) KARK, Jumat (9/4) pekan lalu, menyetujui peningkatan modal dasar dari Rp 672,16 miliar menjadi sebesar Rp 5 triliun.
Aksi korporasi ini merupakan bagian dari rencana KARK menerbitkan saham baru. "Minimal (nilainya) Rp 1,25 triliun," kata Endang kepada KONTAN, kemarin (11/4). Dia bilang, nilai rights issue bisa lebih tinggi lagi karena disesuaikan dengan nilai akuisisi.
Dia mengaku, sudah ada satu bank asal Singapura yang siap menjadi pembeli siaga (standby buyer) saham baru KARK. "Mereka sudah menyediakan dana hingga US$ 200 juta," imbuh Endang. Rencananya, aksi korporasi itu akan dilangsungkan dalam semester satu tahun ini. Selain akuisisi, duit yang diperoleh dialokasikan buat modal kerja.
Sayang, Endang belum bersedia mengungkapkan jumlah saham baru yang akan diterbitkan. Karena, masih menunggu hasil penilaian rencana akuisisinya.
Sebenarnya, penjajakan akuisisi tambang nikel di Sulawesi oleh KARK sejak tahun 2008. Bahkan, sudah menyepakati harga beli yang didasari atas jumlah cadangan nikel tersedia dan harga nikel saat itu US$ 30 per metrik ton. Tapi, kejatuhan harga nikel hingga US$ 13 per metrik ton menyebabkan harga beli tambang itu dinilai terlalu mahal.
KARK juga akan mengakuisisi pelabuhan di Mamuju, Sulawesi Barat. Pelabuhan ini menampung dan mengangkut batubara ke kapal tongkang. Langkah ini bisa menekan ongkos pengiriman. Bahkan, KARK bisa menyewakan pelabuhan ini kepada perusahaan tambang lainnya.

Friday, April 9, 2010

Rugi Bersih BHIT 2009 Turun 86,48% jd Rugi Rp.48 M

PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) berhasil menurunakan kerugian bersih sepanjang 2009 sekitar 86,48% dari Rp355,262 miliar kini menjadi Rp48,013 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen BHIT dalam keterbukaan informasi BEI, Jumat (9/4).
Perusahaan milik Hary Tanoe ini berhasil menurunkan rugi bersihnya lantaran perseroan berhasil menekan beban usahanya 11,17% dari Rp5,305 triliun kini menjadi Rp4,712 triliun. Perseroan pun berhasil meraih untung kurs sebesar Rp618,966 miliar dari sebelumnya rugi kurs Rp539,641 miliar.
BHIT juga berhasil menjaring media berbasis pelanggan meningkat 35,92% dari Rp776,061 miliar menjadi Rp1,054 triliun serta media dan penyiarannya pun naik tipis sekitar 2,06% dari Rp3,779 miliar kini menjadi Rp3,857 miliar. Namun, pendapatan usaha perseroan secara keseluruhan turun 8,04% dari Rp5,943 triliun menajdi Rp5,465 triliun.
Di sisi lain, perseroan kurang berhasil meraih untung dari pelepasan investasi. Rugi investasi pun sekitar Rp207,725 miliar dari sebelumnya meraih untung sekitar Rp296,128 miliar. Begitu juga dengan tanggungan pajak perseroan mencapai Rp352,450 miliar dari sebelumnya hanya 86,360 miliar

Bumi Terbitkan 'Convertible Bond' di Rp.3,366

Kabar di kalangan pasar menyebutkan, Bumi Resources Tbk (BUMI) akan menerbitkan surat utang yang bisa dikonversi saham alias convertible bond pada harga Rp3.366.
Surat utang itu jatuh tempo pada tuga tahun setelah penerbitannya. Makanya saham BUMI cenderung naik pada awal perdagangan.
Sementara itu, pada penutupan perdagangan bursa kemarin harga saham BUMI ditutup turtn Rp25 ke Rp2.450

Thursday, April 8, 2010

BEI Usut Isu BUMI & KPC Beri Uang ke Gayus

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menanggapi rumor yang beredar terkait anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Kaltim Prima Coal (KPC), yang ikut menyuntikkan dana sebesar lebih kurang Rp500 miliar kepada Gayus Tambunan.

"Lihat dulu nanti, belum dulu komentar. Kita belum melihat tentang itu, karena kasihan ke Gayus (Gayus Tambunan) dia diberitakan terus," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito, saat ditemui wartawan, di sela acara meeting Asosiasi Emiten Indonesia, Grand Hyatt, Jakarta, Rabu (7/4/2010).

Hal senada juga diutarakan Direktur Utama BEI Ito Warsito yang mengatakan pihaknya belum mengetahui hal itu. Jika hal tersebut terbukti, maka akan terus diusut oleh otoritas pasar modal.

"Kita belum mendengar itu, jika benar nanti pak Eddy yang akan mengusut hal itu. Tidak menutup kemungkinan emiten lainnya," katanya.

Kabar yang diterima okezone dan semakin deras dibicarakan oleh pewarta pasar modal jika emiten PT Adaro Energy Tbk (ADRO) ikut menyuntikkan dana juga ke Gayus Tambunan.

Asing Kuasai 55,81% Saham BUMI

Pemegang saham Bumi Resources Tbk tidak ada yang mempunyai kepemilikan lebih dari 5%. Itu artinya, BUMI seutuhnya dikendalikan oleh pemegang saham publik.
Berdasarkan laporan Biro Administrasi BUMI, PT Ficomindo Buana Registrar ke BEI seperti dikutip IINILAH.COM, Kamis (8/4) dijelaskan asing menguasai 55,81% saham BUMI atau setara dengan 10,83 miliar saham. Kepemilikan asing ini terdiri dari 0,51% yang dimiliki 411 investor individu dan 55,31% yang dimiliki 750 investor institusi.
Sementara pemodal lokal hanya memiliki 44,18% atau setara dengan 8,57 miliar saham di BUMI. Kepemilikan lokal ini terdiri dari 24,55% (47.450 investor individu), 18,19% (655 investor institusi), 1,3% (222 investor dari dana pensiun), 0,14% (20 investor yayasan), dan 4 investor koperasi (0% kepemilikan). [cms]

Wednesday, April 7, 2010

Trubajaya pilih mitra dari Jepang dan Eropa

Perusahaan Jepang dan Eropa Timur akan menjadi alternatif pilihan bagi PT Truba Jaya Engineering untuk digaet sebagai mitra dalam tender engineering, procurement, and costructions proyek 10.000 MW tahap kedua yang akan diikuti perusahaan.

Direktur Marketing Truba Jaya Mansyur Tampubolon mengatakan perusahaan berencana untuk mengikuti tender-tender kontrak EPC proyek-proyek 10.000 MW tahap kedua yang mulai dibuka tahun ini.

Menurut dia, Truba Jaya sudah melakukan evaluasi terhadap beberapa perusahaan yang potensial untuk digandeng dalam tender EPC tersebut.

“Kami sudah mengantongi beberapa perusahaan yang potensial untuk digandeng. Yang jelas, faktor harga dan teknologi yang ditawarkan sangat menentukan,” katanya tadi malam.

Perusahaan Jepang, tuturnya, dari sisi harga relatif lebih mahal dibandingkan dengan yang lain, dengan selisih sekitar harga 15%-20%. Namun, tuturnya, dalam hal teknologi, perusahaan-perusahaan EPC asal Jepang umumnya lebih efisien dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan asal negara lain.

Mungkin, katanya, dari sisi harga perusahaan-perusahaan asal Eropa Timur dan China lebih murah. Akan tetapi dalam hal efisiensi Jepang masih unggul. "Kalau kami bandingkan antara Eropa Timur dan China, teknologi Eropa Timur lebih unggul, walaupun harganya masih lebih tinggi dari China. Hanya saja, belakangan China sudah menaikkan harganya,” ungkapnya.

Dengan pertimbangan tersebut, katanya, perusahaan-perusahaan asal Jepang dan Eropa Timur bisa menjadi alternatif utama bagi perusahaan. Dia mencontohkan Mitsubishi yang sudah bekerja sama pada tidak kurang 9 proyek PLTGU di Indonesia dengan Truba Jaya.

“Mitsubishi bisa dikatakan masih yang terbaik saat ini, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan yang lain,” katanya.

Hanya saja, katanya, perusahaan sekelas Mitsubishi, tidak bisa ikut serta dalam tender pembangkit skala rendah. Untuk jenis pembangkit itu, katanya, perusahaan lebih memilih menjadi independent power producer (IPP) dengan menggandeng mitra perusahaan lokal.

“Mitsubishi itu spesialisasinya untuk pembangkit di atas 100 MW—200 MW. Untuk pembangkit kecil-kecil kami bisa menjadi IPP dengan menggandeng mitra lokal. Adapun perangkat-perangkat penting seperti turbin bisa kami beli dari tempat lain. Kalau boiler, untuk kapasitas 35 MW—45 MW sudah bisa dibuat di dalam negeri,” jelasnya.

BEI Evaluasi Kinerja CP Prima (CPRO)

Bursa Efek Indonesia (BEI) terus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja keuangan PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) yang mencatat rugi bersih sebesar Rp 217,17 miliar serta dampaknya terhadap mekanisme pelunasan bunga kupon obligasi senilai US$ 17,9 juta.

"Kami terus mengevaluasi CP Prima dan jangan dibilang BEI tidak melakukan apa-apa. Sebab, masalah gagal bayar cukup serius dan manajemen perusahaan juga mengakui hal itu," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito saat dihubungi detikFinance, Selasa (6/4/2010) malam.

CP Prima gagal bayar (default) bunga kupon surat utang senilai US$ 17,9 juta belum lama ini. Penyebab default adalah serangan virus sehingga kinerja keuangan terganggu. Perseroan melalui anak usahanya, Blue Ocean Resources Ltd, menerbitkan obligasi sebesar US$ 325 juta pada 2007 dan akan jatuh tempo tahun 2012.

Sebelumnya, lembaga rating international, Fitch Ratings menilai CP Prima kemungkinan besar tidak mampu membayar bunga kupon tepat waktu seiring kian memburuknya kinerja keuangan. Karena itu, pemegang obligasi meminta perseroan harus melunasi bunga kupon setiap tahun kendati surang utang baru jatuh tempo dua tahun mendatang.

Seiring memburuknya kinerja keuangan dan serangan virus yang mengganggu tambak udang CP Prima, beberapa pemegang obligasi dan investor mengimbau otoritas bursa untuk menyuspensi perdagangan saham CPRO.

Sementara itu, penjualan bersih CP Prima merosot 16,37% menjadi Rp 6,83 triliun pada 2009 dibanding tahun sebelumnya Rp 8,17 triliun. Penurunan itu antara lain disebabkan anjloknya harga udang di pasar internasional dan penurunan volume ekspor ke berbagai negara, khususya Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sebab, ekonomi di AS dan Eropa belum pulih total.

Kendati penjualan turun, manajemen perseroan berhasil mengurangi kerugian sekitar 47% menjadi Rp 217,17 miliar dari tahun sebelumnya Rp 407,18 miliar.

Tuesday, April 6, 2010

Capex Bakrie Plantations (UNSP) USD 150 Juta

PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) menaikkan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) 2010 menjadi US$ 150 juta, dari sebelumnya US$ 100 juta. Dana diambil dari rights issue US$ 100 juta dan US$ 50 juta dari kas internal perseroan.
 
Direktur Utama Bakrie Plantations Ambono Janurianto mengatakan, dana sebesar US$ 120 juta akan dialokasikan untuk pengembangan industri oleochemical. Sementara itu, sebanyak US$ 30 juta akan digunakan untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dan karet.
 
“Sebagian besar dana capex  tahun ini dialokasikan terkait dengan produksi sawit. Kami ingin meningkatkan nilai tambah produksi crude palm oil (CPO) menjadi produk oleochemical,” ujar Ambono kepada Investor Daily di Jakarta, Senin (5/4).
 
Dengan capex US$ 150 juta, pihaknya berharap bisa menggenjot pendapatan usaha (revenue) sebesar 40%  menjadi sekitar Rp 3,3-3,4 triliun tahun 2010 dibandingkan tahun 2009. Realisasi pendapatan perseroan tahun lalu diperkirakan sekitar Rp 2,3 triliun.
 
Target pendapatan tersebut sangat mungkin dicapai karena harga CPO cenderung naik dibandingkan tahun lalu.  Harga CPO tahun lalu saja sekitar US$ 580 per ton. “Kalau tahun ini naik menjadi sekitar US$ 800 per ton seperti tahun 2008, revenue kami bisa naik  …

BNBR 2009 Merugi Rp1,627 T berkurang 90,11% dari tahun 2008 sebesar Rp.16,464T

PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mencetak penurunan rugi bersih konsolidasi sekitar 90,11% menjadi Rp1,627 triliun dibandingkan kerugian pada 2008 mencapai Rp16,464 triliun.
Demikian penjelasan resmi manajemen BNBR dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (6/4).
Penurunan rugi bersih ini diakibatkan perseroan meraih keuntungan kurs Rp291,887 miliar dibandingkan 2008 dimana perseroan mengalami rugi kurs sekitar Rp526,473 miliar. Sayang, sejumlah pos dalam neraca keuangan perseroan ini turun.
Pos pendapatan bersih perseroan turun 9,19% menjadi Rp7,631 triliun dibandingkan perolehan sebelumnya Rp8,404 triliun. Namun perseroan berhasil menekan biaya pokok penjualannya sekitar 17,50% dari Rp4,759 triliun kini menjadi Rp3,926 triliun. Di pos bagian laba rugi bersih perusahaan asosiasi, perseroan mencerak kerugian sekitar Rp493,827 miliar dibandingkan sebelumnya yang untung sekitar Rp791,208 miliar.
Hingga 31 Desember 2009, perseroan berhasil menurunkan beban pajaknya sekitar Rp6,746 milair ketimbang sebelumnya mencapai Rp63,512 miliar. Beban penghapusan dan penyisihan piutang ragu-ragu pun turun dari Rp70,183 miliar kini menjadi Rp6,748 miliar.
Menyoal utang perseroan secara konsolidasi, pinjaman jangka pendeknya turun dari Rp5,885 triliun menjadi Rp2,637 triliun, beban yang harus dibayar melonjak menjadi Rp1,103 triliun dari sebelumnya hanya Rp320,269 miliar, utang pajak pun menebal menjadi Rp130,904 miliar dari sebelumnya hanya Rp 123,451 miliar.
"Per 31 Desember 2009, jumlah aset kami bertmbah 10,97% dari Rp24,673 triliun menjadi Rp27,381 triliun," ungkap manajemen.

Saham UNSP Akan Dikerek Bandar

Saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) dikabarkan bakal dikerek ke level Rp 750-800. Hal itu terkait isu perseroan sedang mengurus sertifikat roundtable on sustainable palm oil (RSPO) agar bisa tembus pasar Eropa. Perusahaan ini juga dikabarkan punya rencana membentuk usaha bersama (joint venture) dengan perusahaan Eropa. Kemarin, UNSP turun Rp 5 (10,1%) ke posisi Rp 490, dengan volume transaksi 56,84 juta saham.

Monday, April 5, 2010

Laba Bersih Bumi Resources 2009 Anjlok 95,16%

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melaporkan penurunan laba bersih signifikan sepanjang 2009 sekitar US$190,448 juta atau anjlok 95,16% dari perolehan sebelumnya mencapai US$371,690 juta.
Demikian penjelasan manajemen BUMI dalam keterangan resminya, Senin (5/4).
Anjloknya laba bersih perusahaan tambang batubara ini lantaran turunnya pendapatan perseroan sekitar 4,70% dari US$3,378 miliar kini menjadi US$3,219 miliar, diakibatkan beban pokok penjualannya meningkat 19,83% dari US$1,765 miliar menjadi US$2,115 miliar. Hal ini menyebabkan laba kotor perseroan turun tipis 31,57% dari US$1,512 miliar kini menjadi US$1,103 miliar.
Walaupun beban pokok penjualan meningkat, namun perseroan berhasil menurunkan beban usaha penjualan sekitar 26,70% dari US$373,224 juta menjaid US$272,574 juta. Sehingga jumlah beban usaha pun menurun sekitar 8,82% dari US$510,520 juta menjadi US$465,447 juta.
"Walaupun laba usaha kami anjlok, namun perseroan berhasil memperoleh untung kurs sekitar US$57,107 juta ketimbang tahun 2008 merugi sekitar US$67,401 juta," tulis manajemen BUMI.
BUMI juga mencatat mengalami rugi derivatif hingga US$63,367 juta. Pinjaman jangka pendek pun naik hingga US$400 juta ketimbang pada 2008 hanya US$80 juta. Utang usaha pun naik dari US$114,992 juta menjadi US$279,634 juta. Namun, utang pajak BUMI tinggal US$216,877 juta dari US$605,228 juta.
"Aset perseroan naik dari US$5,234 miliar kini menjadi US$7,410 miliar," tulisnya.
Bumi Resources juga menargetkan volume penjualan batubara sebanyak 64 juta ton di 2010 atau naik 9,61% dari 2009 sebanyak 58,39 juta ton. Tercatat, hingga triwulan I-2010, perseroan telah menjual 16 juta ton batubara. Pada 2009, volume penjualan batubara BUMI tercatat sebanyak 58,39 juta ton. Artinya, pertumbuhan volume penjualan akan sebesar 9,61% di 2010. [san/cms]

Untung Kurs Rp 230M, Laba Bersih MNCN 2009 Naik 130,97%

PT Media Citra Nusantara Tbk (MNCN) mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar 130,97% di 2009, terutama didorong oleh kenaikan pendapatan iklan dan perolehan keuntungan kurs sebesar Rp 230,193 miliar.

Demikian disampaikan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan, Senin (5/4/2010).

Hingga akhir 2009, MNC mencetak pendapatan sebesar Rp 3,923 triliun, naik tipis 0,05% dari tahun 2008 sebesar Rp 3,921 triliun. Beban usaha meningkat tipis 1,19% menjadi Rp 3,316 triliun dari sebelumnya Rp 3,277 triliun.

Laba usaha pun menurun tipis 5,79% menjadi Rp 607,224 miliar dari sebelumnya Rp 644,563 miliar. Untungnya, perseroan berhasil memperoleh keuntungan kurs sebesar Rp 230,193 miliar, sehingga beban lain-lain dapat ditekan 88,58% menjadi Rp 46,672 miliar dari sebelumnya Rp 408,893 miliar.

Perolehan itu membuat laba bersih MNC meningkat tajam 130,97% menjadi Rp 385,617 miliar, dari sebelumnya Rp 166,955 miliar. Laba bersih per saham pun meningkat menjadi Rp 28 per saham dari sebelumnya Rp 12 per saham.

Harga saham MNC pekan kemarin ditutup di level Rp 320 per saham. Itu berarti rasio harga saham terhadap laba per saham (PER) menurun menjadi 11,42 kali, lebih murah ketimbang sebelumnya 26,66 kali.

Sementara itu, selama 2 bulan pertama di tahun 2010, MNC telah berhasil melampaui kinerjanya sepanjang sejarah dengan kenaikan pendapatan sebesar 33% (yoy) menjadi Rp 640 miliar, dibanding perolehan pendapatan pada perioe yang sama 2009 yang sebeasr Rp 480 miliar.

Laba usaha perseroan tercatat meningkat sebesar 217% (yoy) menjadi Rp 190 miliar dari Rp 60 miliar pada periode yang sama tahun 2009. EBITDA perseroan juga telah meningkat sebesar 144% (yoy) menjadi Rp 220 miliar. Tidak hanya itu, laba bersih preseroan pun meningkat sebesar 186% (yoy) menjadi Rp 120 miliar jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu dimana MNC mencetak rugi bersih sebesar Rp 140 miliar.

"Selama 2 bulan pertama di tahun 2010, MNC telah menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan angka yang telah dianggarkan." ujar Direktur Utama MNC, Hary Tanoesoedibjo dalam siaran persnya.

Peningkatan kinerja selama dua bulan pertama 2010 tersebut, jelas Hary, disebabkan oleh membaiknya kinerja anak usaha-anak usaha perseroan. Pada 2 bulan pertama di tahun 2010, ketiga stasiun free-to-air (FTA) TV telah menunjukkan peningkatan pangsa pemirsa. RCTI telah berhasil mempertahankan posisinya di nomor 1 dengan rata-rata pangsa pemirsa antara 18-20%. P

angsa pemirsa TPI telah meningkat menjadi 11% dari rata-rata 9%. Dan, pangsa pemirsa Global TV meningkat menjadi 8% dari 6%. Peningkatan pada pangsa pemirsa disebabkan juga oleh karena perbaikan pada jangkauan serta kualitas penerimaan siaran di TPI dan Global TV. MNC telah memfokuskan diri pada pengembangan program in-house dan strategi tersebut telah memberikan hasil yang memuaskan.

Saat ini program in-house merupakan sumber pendapatan yang penting untuk RCTI. Program in-house yang menyerap belanja iklan yang besar adalah seperti pertunjukkan “The Masters” dan program musik “Dashyat” yang memakan biaya yang relatif lebih murah dan menghasilkan rating yang tinggi dan tingkat pengembalian yang tinggi pula.

Di media cetak, koran harian Seputar Indonesia telah mencatatkan EBITDA dan laba usaha positif yang pertama kali di tahun 2009 dan telah melanjutkan penguatan kinerja pada dua bulan pertama di tahun 2010

“Selama 2 bulan pertama di tahun 2010, MNC telah berhasil melampaui kinerjanya sepanjang sejarah. Dengan rekor kinerja yang sangat baik pada 2 bulan pertama di tahun 2010, kami sangat yakin bahwa MNC akan memberikan kinerja yang lebih baik di tahun fiskal 2010” pungkas Hary.

IHSG capai Rekor tertinggi Close 2887 sempat 2890

Laba PANS 2009 Naik 309%

JAKARTA, investorindonesia.com
PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) membukukan kenaikan laba bersih sebesar 309% dari Rp 36,477 miliar pada 2008 menjadi Rp 149,366 miliar pada 2009. Kenaikan laba bersih ini didukung dari jasa manajer investasi penjamin emisi naik dan penjualan efek yang naik masing-masing 13,42% menjadi Rp 25,356 miliar.
 
Perseroan juga meraih keuntungan dari pendapatan usaha sekitar Rp 222,257 miliar atau naik 27,81% pada 2009 dari perolehan tahun sebelumnya yang hanya Rp 173,891 miliar pada 2008. Pendapatan bunga perseroan naik dari Rp 8,711 miliar pada 2008 menjadi Rp 32,141 miliar pada 2009.

Laba Trimegah 2009 Turun 32,27%

JAKARTA, investorindonesia.com
PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) membukukan penurunan laba bersih pada 2009. TRIM mencatatkan laba bersih turun 32,27% dari Rp 31,28 miliar pada 2008 menjadi Rp 21,18 miliar pada 2009.
 
Penurunan laba bersih TRIM pendapatan usaha perseroan turun 36,06% dari Rp 288,87 miliar pada 2008 menjadi Rp 188,51 miliar pada 2009.
 
Perseroan juga berhasil mencatatkan penurunan beban usaha sekitar 22,10% dari Rp 193,351 miliar pada 2008 menjadi Rp 150,60 miliar pada 2008.
 
Selain TRIM, perusahaan sekuritas yang mencatatkan penurunan rugi bersih 2009 adalah PT JJ NAB Capital Tbk (OCAP) dan  PT Yulie Securindo Tbk (YULE).
 
OCAP mencatatkan rugi bersih masing-masing dari Rp 10,761 miliar pada 2008 atau turun 78% menjadi Rp 2,285 miliar. Sedangkan YULE mencatatkan rugi bersih Rp 2,882 miliar pada 2009.

Friday, April 2, 2010

Daftar 30 Saham Kapitalisasi Pasar Terbesar 01 April 2010

  1. PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 169,626 triliun.
  2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Rp 162,287 triliun.
  3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 134,246 triliun.
  4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 111,066 triliun.
  5. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Rp 103,026 triliun.
  6. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 100,750 triliun.
  7. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 92,704 triliun.
  8. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 62,692 triliun.
  9. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Rp 61,142 triliun.
  10. PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 61,048 triliun.
  11. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) Rp 52,457 triliun.
  12. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Rp 47,621 triliun.
  13. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) Rp 46,949 triliun.
  14. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Rp 43,659 triliun.
  15. PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) Rp 43,300 triliun.
  16. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) Rp 43,215 triliun.
  17. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Rp 42,993 triliun.
  18. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Rp 40,091 triliun.
  19. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Rp 38,738 triliun.
  20. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 34,400 triliun.
  21. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Rp 33,146 triliun.
  22. PT Indosat Tbk (ISAT) Rp 29,886 triliun.
  23. PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 29,778 triliun.
  24. PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) Rp 23,599 triliun.
  25. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)  Rp 22,892 triliun.
  26. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Rp 21,089 triliun.
  27. PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Rp 20,166 triliun.
  28. PT Kalbe Farma Tbk (KBLF) Rp 18,991 triliun.
  29. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) Rp 15,900 triliun.
  30. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) Rp 15,600 triliun.

Laba Bersih BUMI 2009 Tergerus 48,76% krn adanya realisasi Biaya Pengupasan Lahan

Laba bersih PT Bumi Resources Tbk (BUMI) nampaknya mengalami pemangkasan pada 2009 ini. Adapun laba BUMI mencapai USD190,45 juta, turun sebanyak 48,76 persen jika dibandingkan dengan realisasi laba pada 2008 yang sebesar USD371,69 juta.

Hal tersebut diungkapkan oleh SVP Investor Relations BUMI, Dileep Srivastava kepada okezone di Jakarta, Jumat (2/4/2010).

Menurutnya, laba bersih BUMI tersebut tergerus oleh amortisasi yang dipergunakannnya untuk pengupasan lahan yang ditangguhkan selama beberapa tahun terakhir. "Laba bersih setelah disesuaikan dengan amortisasi, khususnya biaya non-cash pengupasan lahan yang ditangguhkan," jelas dia.

Akan tetapi, dia juga mengatakan jika biaya amortisasi tersebut masih diimbangi oleh keuntungan kurs, serta penjualan beberapa aset perseroan yang tidak produktif. "Tapi masih diimbangi oleh keuntungan investasi ekuitas pada laba selisih kurs, dan penjualan beberapa aset nonproduktif," imbuh Dileep.

Padahal, dia menegaskan jika tidak adanya beban dari amortisasi tersebut laba bersihnya akan mencapai level USD448 juta. "Jika tidak, laba bersih di 2009 akan berada di atas konsensus dari USD448 juta," tukasnya

Kuartal I 2010, Produksi Batu Bara BUMI 16 Juta Ton atau Naik 41,59%

Pada kuartal I-2010 ini, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjual sebanyak 16 juta ton batu bara atau naik sebanyak 41,59 persen jika dibandingkan dengan realisasi penjualan pada kuartal I-2008 yang sebanyak 11,3 juta ton.

"Di kuartal I-2010, BUMI memperkirakan akan menjual batu bara sebanyak 16 juta ton, naik jika dibandingkan dengan kuartal I-2009 yang sebesar 11,3 juta ton," jelas SVP Investor Relations BUMI, Dileep Srivastava kepada okezone di Jakarta , Jumat (2/4/2010).

Padahal, Dileep mengaku kuartal ini adalah periode yang tidak buruk untuk produksi batu bara-nya, di mana curah hujan yang tinggi menjadi penyebabnya. "Ini adalah kuartal terburuk yang pernah dilakukan oleh BUMI karena hujan lebat," imbuh dia.

Walau demikian, penjualan pada kuartal I tersebut berjalan on track. "Penjualan di kuartal I-2010 ini berada di trek yang benar untuk mencapai target 2010 yang dipatok 64 juta ton," jelas dia.

Dengan indikasi tersebut, Dileep optimistis jika kinerja keuangannya pada 2010 ini akan mengalami kenaikan. "2010 diharapkan menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya untuk penjualan, pendapatan, ebitda dan parameter pendapatan," jelas dia.

Sebelumnya, BUMI akan mengejar pasar batu bara di China, Indonesia, dan India, di mana pasar ini diproyeksikan akan kembali naik di tiga negara berkembang ini. Untuk itu, perseroan menargetkan kenaikan produksi batu bara sebanyak 10 persen jika dibandingkan dengan proyeksi perseroan di 2009 yang sebesar 60 juta ton.

Diproyeksikan, pasar di tiga negara berkembang tersebut akan tumbuh sebanyak 20 persen pada 2010 mendatang.  Perseroan nampaknya berambisi ingin menjadi perusahaan batu bara terbesar di Asia .

"Kalau menjadi terbesar di dunia mungkin masih jauh, kalau di Asia kita coba. Supaya Indonesia menjadi penghasil batu bara terbesar, dan masuk ke pasar di Asia kita punya bargaining position cukup kuat. Potensinya besar sekali," kata Direktur Utama BUMI Ari Hudaya beberapa waktu lalu.

Maka dari itu, pihaknya akan melakukan beberapa akuisisi perusahaan pada tahun ini yang bertujuan untuk meningkatkan produksi batu bara tersebut.

Thursday, April 1, 2010

Laba PGAS 2009 Melesat 882%

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) berhasil mencetak lompatan laba bersih hingga 882% selama tahun 2009. Lompatan laba ini terutama berasal dari peningkatan penjualan gas pada usaha distribusi selama tahun 2009.

PGN pada tahun 2009 berhasil mencetak laba bersih Rp 6,223 triliun, atau meningkat tajam dibandingkan laba bersih tahun 2008 yang sebesar Rp 634 miliar.

Penjualan perseroan naik dari Rp 12,794 triliun pada 2008 menjadi Rp 18,024 triliun.  Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari lini distribusi yang mencapai Rp 16,380 triliun. Laba usaha PGN tercatat naik tajam dari Rp 4,65 triliun di 2008 menjadi Rp 7.676 triliun di 2009.

Selama tahun 2009, PGN berhasil mencetak kenaikan penjualan gas pada lini distribusi hingga 792 MMSCFD (juta kaki kubik standar per hari) atau meningkat sebesar 37% dibandingkan tahun 2008 sebesar 578 MMSCFD. Peningkatan volume ini didorong oleh adanya peningkatan kebutuhan dan penyerapan gas oleh pelanggan industri terutama sektor pembangkit tenaga listrik.

Pada bidang usaha transmisi, volume penyaluran gas turut mengalami kenaikan sebesar 1% atau dari 758 MMSCFD di tahun 2008 menjadi 767 MMSCFD selama dua belas bulan tahun 2009. Pendapatan dari transmisi tercatat hanya naik tipis dari Rp 1,519 triliun menjadi Rp 1,624 triliun.

Perseroan juga mencetak laba kurs bersih hingga Rp 1,24 triliun, sejalan dengan tren penguatan rupiah atas dolar AS dan yen Jepang selama tahun 2009.

Di tahun 2009 Perseroan turut berkontribusi pada peningkatan efisiensi nasional melalui pemanfaatan gas bumi oleh industri dan listrik.

"Upaya kami secara aktif untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi secara luas oleh industri dan sektor tenaga listrik disertai dengan perluasan jangkauan dan kapasitas infrastruktur pipa, membuahkan hasil yang signifikan di tahun 2009. Manfaat dari penggunaan gas bumi sangat dirasakan oleh para pelanggan maupun secara nasional dalam  bentuk penghematan biaya subsidi BBM untuk listrik," jelas Hendi Prio Santoso, Direktur Utama PGN dalam siaran persnya, Kamis (1/4/2010).

Namun ia menambahkan, karena keterbatasan pasokan gas di tahun 2009, dari kapasitas jaringan distribusi sekitar 1.125 MMScfd baru termanfaatkan sekitar 792 MMScfd.

"Sehingga kinerja di tahun 2010 akan bergantung pada ketersediaan pasokan gas dan kebijakan alokasi gas nasional. Karena permintaan akan gas bumi terus meningkat," pungkas Hendi.

Laba Bersih Dayaindo Resources (KARK) 2009 Melesat 302,2%

PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) selama tahun 2009 berhasil mencatat kenaikan laba bersih signifikan 302,2% menjadi Rp24,67 miliar dari sebelumnya Rp6,13 miliar.
Perseroan mencatat peningkatan laba bersih ini lantaran ditopang penjualan bersih senilai Rp470,77 miliar, meningkat 25,7% dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp374,53 miliar.
Perseroan sampai penghujung tahun lalu juga berhasil menjaring laba kotor sebesar Rp44,16 miliar dari sebelumnya Rp14,86 miliar. Meski mengalami beban lain-lain Rp7,38 miilar namun keuntungan Dayaindo tahun lalu menebal lebih dari dua kali lipat menjadi Rp9,71 miliar dari sebelumnya Rp4,30 miliar. Laba bersih per saham juga menebal menjadi Rp5,78 dari Rp3,36 dengan aset Rp777,200 miliar dari Rp520,47 miliar.

Laba SMMA Naik Drastis 166%

PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) mencatatkan kenaikan laba bersih konsolidasi drastis sebesar 166,2 persen menjadi sebesar Rp700,1 miliar pada 2009 jika dibandingkan dengan periode di 2008 sebelumnya sebesar Rp263,6 miliar.

Demikian diungkapkan Direktur Utama SMMA Doddy Susanto dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (1/4/2010).

Jumlah pendapatan operasional naik hingga mencapai Rp11,098 triliun dari sebelumnya sebesar Rp8,03 triliun. Sementara kenaikan pendapatan operasional ini dikontribusikan oleh pendapatan underwriting asuransi perseroan naik menjadi Rp8,21 triliun dari sebelumnya Rp5,97 triliun. Ditambah lagi dengan pendapatan dari investasi pada reksa dana naik mencapai Rp1,196 triliun dari sebelumnya Rp722 miliar.

Juga dari pendapatan bunga naik menjadi Rp864,498 miliar dari sebelumnya Rp625,353 miliar, keuntungan atas kenaikan nilai wajar efek yang belum direalisasi sebesar Rp189,9 miliar, dan penjualan sebesar Rp154,489 miliar dai sebelumnya Rp37,256 miliar.

Sementara itu, total beban operasional perseroan mengalami kenaikan menjadi sebesar Rp10,33 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp7,69 triliun.

Alhasil, laba operasional mengalami kenaikan menjadi Rp767,265 miliar dari sebelumnya yang sebesar Rp336,17 miliar. Sementara laba sebelum pajak, dan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan adalah sebesar Rp779,58 triliun, naik dari sebelumnya yang sebesar Rp349,176 miliar.

Di sisi lain, jumlah aset perseroan naik menjadi Rp19,7 triliun dari sebelumnya yang hanya Rp15,537 triliun. Sementara jumlah kewajiban perseroan juga naik menjadi Rp16,1 triliun dari sbeelumnya Rp12,77 triliun

Laba Bersih BAPA 2009 Melejit 1.911%

PT Bekasi Asti Pemula Tbk (BAPA) berhasil meraup laba bersih signifikan sepanjang 2009 sebesar Rp8 ,982 miliar atau melejit 1.911% ketimbang 2008 hanya Rp 446,623 juta.
Manajemen Bekasi Asri dalam keterbukaan informasi  Kamis (1/4) mengungkapkan, kenaikan signifikan laba bersih ini ditopang dari berhasilnya perseroan menggaet untung dari penjualan perumahan sekitar 21,69% menjadi Rp 63,588 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp 52,251 miliar.

Namun demikian, beban pokok penjualannya pun naik tipis 10,75% dari Rp 35,856 miliar menjadi Rp 39,714 miliar.

Pendapatan giro dan deposito pun berhasil mendongkrak laba. Pendaparan giro berhasil melonjak 2.157% dari Rp 18,461 juta menjadi Rp 416,778 juta.

Daftar Saham Margin dan Short Selling periode April 2010


Berikut daftar saham marjin periode April:

1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
3. PT Astra International Tbk (ASII).
4. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
5. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
6. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
7. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
8. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
9. PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
10. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
11. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
12. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
13. PT Indosat Tbk (ISAT).
14. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
15. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
16. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
17. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
18. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
19. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
20. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).
21. PT Semen Gresik Tbk (SMGR).
22. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
23. PT United Tractors Tbk (UNTR).
24. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
25. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).
26. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
27. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).
28. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).
29. PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
30. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO).
31. PT Timah Tbk (TINS).
32. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).

Daftar saham short selling:

1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
3. PT Astra International Tbk (ASII).
4. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
5. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
6. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
7. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
8. PT Jasa Marga Tbk (JSMR).
9. PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
10. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
11. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
12. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
13. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
14. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
15. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
16. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
17. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).
18. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
19. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).
20. PT Semen Gresik Tbk (SMGR).
21. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
22. PT United Tractors Tbk (UNTR).
23. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
24. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).
25. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
26. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL).
27. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
28. PT Timah Tbk (TINS).
29. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE).