Wednesday, March 31, 2010

ENRG: Harga Jual Turun, Energi Mega 2009 Rugi Rp 1,7 T



PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) mengalami penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) yang cukup besar selama 2009. Perseroan juga mencatatkan kerugian selama periode tersebut.
Selama 2009, EBITDA perseroan tercatat sebesar Rp 107,3 miliar atau turun 88 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu, kerugian bersih tercatat Rp 1,73 triliun dibanding periode sama 2008 dengan rugi Rp 35 miliar.

Penjualan bersih perseroan juga turun menjadi Rp 1,44 triliun dari sebelumnya Rp 1,85 triliun.
Siaran pers Energi Mega Persada yang diterima VIVAnews di Jakarta, Rabu 31 Maret 2010 menyebutkan, penurunan itu dipicu realisasi harga jual minyak dan gas yang lebih rendah. Selain itu, beban keuangan meningkat, meski beban pokok penjualan tidak banyak berubah dibanding tahun sebelumnya.

"Tahun 2009 merefleksikan periode yang penuh tantangan dan diwarnai dengan lambatnya perbaikan kinerja operasional karena kejatuhan harga minyak," kata Direktur Utama Energi Mega Imam Agustino dalam siaran pers itu.

Menurut dia, Energi Mega mengalami penurunan harga jual minyak sebesar 38 persen dari tahun sebelumnya. Akibatnya, perseroan membukukan kenaikan beban keuangan sebesar 102 persen menjadi Rp 1,28 triliun.

"Salah satu prioritas perseroan adalah menurunkan utang dan beban keuangan perusahaan," ujarnya.

Fasilitas kredit US$ 450 juta yang diatur Credit Suisse diperoleh perseroan di tengah krisis finansial global yang melanda pada akhir 2008.
"Kami juga telah merampungkan proses penawaran umum terbatas atau rights issue pada Februari 2010 yang menghasilkan tambahan dana US$ 519 juta," tuturnya.

Energi Mega menggunakan dana hasil rights issue itu melunasi utang sebesar US$ 250 juta, sehingga mampu memperbaiki rasio ketersediaan modal atas utang (debt to equity ratio/DER) dari 1,8 kali menjadi 0,42 kali.
Selain itu, Energi Mega mampu meningkatkan produksi sebesar lima persen, meski alokasi belanja modal turun. Perseroan telah mengeluarkan belanja modal sebesar US$ 53 juta selama 2009 atau lebih rendah dibanding 2008 yang mencapai US$ 198 juta.

Laba MPPA 2009 Melonjak 2.758%, Jadi Rp300 Miliar

PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) mencatatkan lonjakan laba bersih selama 2009 mencapai 2.758,2 persen menjadi Rp300,035 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp10,497 miliar.

Peningkatan laba bersih perseroan yang meningkat tajam tersebut, dipicu oleh pos penjualan dari beli putus dan pendapatan usaha lainnya menjadi Rp8,758 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,738 triliun. Selain itu, pos penjualan konsinyasi perseroan selama 2009 menjadi Rp5,027 triliun, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,238 triliun.

Seperti dikutip okezone, dalam laporan keuangan perseroan selama 2009 yang dipublikasikan, di Jakarta, Rabu (31/3/2010). Pos biaya konsinyasi juga naik menjadi Rp3,506 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,949 triliun.

Sementara itu, pada pos penjualan perseroan selama 2009 juga terpantau melonjak menjadi Rp10,280 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp9,027 triliun. Pos laba usaha perseroan juga naik selama 2009 menjadi Rp504,273 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp491,299 miliar.

Kendati demikian, perseroan mencatatkan kenaikan pada pos beban penjualan menjadi Rp1,109 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp937,709 miliar. Sedangkan laba bersih per saham juga melonjak menjadi Rp66, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2

UNSP 2009 Cetak Laba Bersih Tumbuh 45,63% menjadi Rp252,784 miliar

PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) mencatat pertumbuhan laba bersih konsolidasi sepanjang 2009 sekitar 45,63% menjadi Rp252,784 miliar dibandingkan sebelumnya hanya Rp173,569 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen di Jakarta, Rabu (31/3).
Meningkatnya laba bersih ini didongkrak dari untung kurs sekitar Rp138,015 miliar ketimbang 2008 yang menderi rugi kurs sekitar Rp243,037 miliar. Selain itu, laba bersih perusahaan asosiasi pun sebesar Rp59,637 miliar ketimbang sebelumnya rugi Rp78,690 miliar.
Sayang, per 31 Desember 2009 perseroan membukukan penurunan pendapatan bersih sekitar 20,67% dari Rp2,931 triliun menjadi Rp2,325 triliun, namun perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan dari Rp1,909 triliun menjadi Rp1,652 triliun.
Ternyata anak usaha Bakrie ini pun masih memiliki utang pajak sekitar Rp81,865 miliar dibandingkan sebelumnya hanya Rp55,080 miliar, utang dividen pun naik dari Rp1,474 miliar menjadi Rp1,528 miliar, namun utang jatuh tempo pada tahun ini pun turun dari Rp2,648 miliar menjadi Rp2,391 miliar

Charoen Pokphand (CPIN) 2009 Tumbuhkan Laba 534,98%

 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mencetak pertumbuhan laba bersih signifikan sebesar 534,98% di 2009. Peningkatan pendapatan dan efisiensi pos beban menjadi pemicu utamanya.

Demikian disampaikan dalam laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan, Rabu (31/3/2010).

Hingga akhir 2009, CPIN mencatat pendapatan sebesar Rp 14,559 triliun, naik 9,31% dari tahun 2008 sebesar Rp 13,311 triliun. Beban pokok penjualan hanya naik 1,05% menjadi Rp 11,689 triliun dari sebelumnya Rp 11,567 triliun.

Hal itu membuat laba kotor melonjak 64,60% menjadi Rp 2,869 triliun dari sebelumnya Rp 1,743 triliun. Beban usaha pun hanya naik 3,53% menjadi Rp 812,204 miliar dari sebelumnya Rp 784,489 miliar.

Laba usaha pun tercatat sebesar Rp 2,056 triliun, melesat 114,49% dari sebelumnya Rp 958,934 miliar. Perseroan juga berhasil mencatat penghasilan lain-lain sebesar Rp 103,515 miliar ketimbang tahun sebelumnya minus Rp 583,345 miliar.

Perolehan ini disebabkan adanya keuntungan kurs di tahun 2009 sebesar Rp 229,435 miliar ketimbang tahun 2008 terkena rugi kurs sebesar Rp 372,012 miliar.

Dengan perolehan tersebut, laba bersih melonjak 534,98% menjadi Rp 1,612 triliun dari sebelumnya Rp 253,977 miliar. Posisi laba per saham pun sebesar Rp 491, melonjak tajam dari sebelumnya Rp 77.

Harga saham CPIN saat ini sebesar Rp 2.725 per saham. Itu berarti, rasio harga saham terhadap laba per saham (PER) CPIN menurun drastis menjadi 5,54 kali, semakin murah dari sebelumnya 35,38 kali

Darma Henwa (DEWA) 2009 Rugi US$ 1,847 Juta

PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mencatat kerugian sebesar US$ 1,847 juta di 2009. Penurunan penjualan ditambah kenaikan beban usaha menjadi pemicu utamanya.

Demikian disampaikan dalam laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan, Rabu (31/3/2010).

Hingga akhir 2009, DEWA mencatat pendapatan sebesar US$ 201,466 juta, turun 9,31% dari sebelumnya US$ 220,108 juta. Sementara beban usaha meningkat tipis 1,47% menjadi US$ 196,724 juta dari sebelumnya US$ 193,866 juta.

Meski beban usaha meningkat tipis, namun penurunan pendapatan membuat laba usaha tergerus 81,93% menjadi US$ 4,741 juta dari sebelumnya US$ 26,242 juta. Pada pos beban lain-lain, DEWA juga mencatat penurunan 32,83% menjadi US$ 10,638 juta dari sebelumnya US$ 15,836 juta.

Setelah dikurangi pajak-pajak, DEWA mencatat kerugian sebesar US$ 1,847 juta. Tahun 2008, perseroan masih mencetak laba bersih US$ 10,581 juta

PGAS Cetak Laba Bersih 2009 Tembus Rp6,22 Triliun

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih konsolidasi sepanjang 2009 sekitar 882,71% menjadi Rp6,229 triliun dibandingkan perolehan sebelumnya hanya Rp633,859 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen PGAS dalam keterbukaan informasi BEI, Rabu (31/3).
Pencapaian laba bersih ini didukung dari keuntungan kurs sekitar Rp1,244 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang menderita rugi sekitar Rp2,508 triliun. Pendapatan bunga perseroan pun naik 171,10% menjadi Rp160,066 miliar dari sebelumnya hanya Rp59,042 miliar. Bahkan, perseroan pun mampu menekan rugi biaya derivatif hingga 44,47% menjadi Rp280,588 milair dibandingkan sebelumnya sekitar Rp505,303 miliar.
Per 31 Desember 2009, perusahaan migas ini mencatatkan pinjaman bank jangka pendek sekitar Rp225,600 miliar dengan utang usaha yang meningkat dari Rp698,965 miliar kini menjadi Rp828,310 miliar. Bahkan utang pajaknya pun meningkat dari Rp147,263 miliar menjadi Rp708,494 miliar.
Selain itu, perseroan pun masih membukukan kenaikan pinjaman jangka pnjang yang akan jatuh tempo dalam satu tahun ini sekitar Rp769,589 miliar ketimbang sebelumnya hanya Rp354,407 miliar, sedangkan utang kepada pemegang saham anak usaha yang akan jatuh tempo pada tahun ini turun dari Rp157 miliar menjadi Rp116 miliar.

Rugi Bersih Sumalindo Turun 60,45%

PT Sumalindo Sestari Jaya Tbk (SULI) mencatat penurunan rugi bersih sekitar 60,45% dari Rp265,542 miliar menjadi Rp103,814 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen Sumalindo dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (31/3).
Penurunan rugi bersih ini lantaran pendapatan usahanya tergerus 39,17% menjadi Rp667,299 miliar dibandingkan pencapaian sebelumnya mencapai Rp1,097 triliun, namun beban pokoknya berhasil ditekan 22,50% menjadi Rp780,090 miliar dari sebelumnya Rp1,006 triliun. Sehingga beban usahanya pun berhasil turun 25,39% menjadi Rp88,432 miliar dari sebelumnya Rp118,554 miliar.
"Kami berhasil meraih keuntungan kurs sebesar Rp174,103 miliar dibandingkan sebelumnya yang merugi Rp212,015 miliar ditambah dengan laba divestasi anak usaha sekitar Rp81,645 miliar," katanya.

Laba Astra International 2009 Naik 9,2%, Jadi Rp10 Triliun

PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kenaikan laba bersih selama 2009 mencapai 9,23 persen menjadi Rp10,04 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,27 triliun.

Peningkatan laba bersih perseroan tersebut, dipicu oleh pos pendapatan bersih yang naik menjadi Rp98,526 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp97,064 triliun. Selain itu, pos laba kotor selama 2009 juga naik menjadi Rp22,771 triliun, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp21,73 triliun.

Seperti dikutip okezone, dalam laporan keuangan perseroan selama 2009 yang dipublikasikan, di Jakarta, Rabu (31/3/2010). Sementara itu, pos laba usaha ikut melonjak menjadi Rp12,756 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,876 triliun.

Sementara itu, pada pos beban usaha penjualan berhasil turun selama 2009 menjadi minus Rp4,8 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4,886 triliun. Pos penghasilan bunga selama 2009 malah turun menjadi Rp563 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp655 miliar.

Perseroan mencatatkan laba sebelum hak minoritas yang naik menjadi Rp12,444 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya minus Rp11,298 triliun. Sedangkan laba bersih per saham dasar juga naik menjadi Rp2.480, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2.270

Tukar Guling Berau Coal, DOID Right Issue Rp10 T


PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) telah bersepakat dengan Recapital Investment Group. Kesepakatan ini nampaknya merupakan 'tukar guling', di mana DOID akan masuk ke PT Berau Coal Energy yang dimiliki 100 persen oleh Recapital.

Saham Berau Energy tersebut ditukar sehingga Recapital akan masuk menjadi salah satu pemegang saham DOID. Demikian diungkapkan oleh DIreksi DOID dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (31/3/2010).

"DOID telah menandatangani kesepakatan (term sheet) yang tidak mengikat dengan Recapital Investment Group untuk Delta memperoleh saham mayoritas atas PT Berau Coal Energy dan bagi Recapital, pemegang 100 persen saham atas Berau Energy, untuk menukar sebagian besar sahamnya di Berau Energy dengan kepemilikan saham dalam jumlah substansial pada DOID," jelasnya.

Transaksi ini akan dilaksanakan dengan pembelian oleh DOID atas Mandatory Exchangeable Bond (MEB) yang diterbitkan oleh pihak terafiliasi dari Recapital. MEB tersebut akan dapat ditukarkan menjadi saham di Berau Energy pada waktu yang ditentukan. "Diperkirakan sekira April 2011," imbuhnya.

Nilai transaksi tersebut yang didasarkan atas nilai IPO yang akan dicapai oleh Berau Energy di mana proses IPO tersebut memenuhi kualifikasi IPO internasional.

DOID {Right Issue} Rp10 Triliun
Untuk itu, DOID berniat untuk membiayai pembelian MEB dengan menerbitkan saham baru setara kurang lebih Rp10 triliun atau kurang lebih USD1,1 miliar melalui right issue pada harga Rp1.400 per saham.

"Berdasarkan term sheet, Recapital akan memperoleh saham dalam jumlah substansial di Delta melalui right issue dan akan bertindak sebagai pembeli siaga pada right issue," ucapnya.

Selanjutnya, DOID dengan Recapital akan bekerja bersama secara mendalam selama beberapa minggu ke depan untuk melakukan due diligence dan bernegosiasi dan menandatangani dokumentasi yang definitif sehubungan dengan penerbitan MEB.

"Ketentuan definitif atas transaksi, apabila telah difinalisasi, akan dikomunikasikan kepada publik dan dimintakan persetujuannya kepada para pemegang saham kami," tambahnya.

DOID adalah perusahaan induk PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), BUMA merupakan kontraktor pertambangan terbesar di Berau dan merupakan kedua terbesar berdasarkan volume di Indonesia, yang menyediakan jasa pertambangan berdasarkan kontrak jangka panjang kepada sejumlah produsen batu-bara terkemuka di Indonesia.

Sementara Berau Energy adalah pemilik tidak langsung atas 90 persen saham PT Berau Coal, perusahaan pertambangan batu-bara terbesar kelima di Indonesia dengan produksi batu-bara sebesar 14,3 juta ton pada 2009.

Berau Coal melakukan usaha di pertambangan open-cut pada wilayah pertambangannya di Kalimantan Timur. "Berau adalah klien terbesar BUMA dari segi pendapatan dan volume," imbuhnya.

Transaksi ini akan menciptakan suatu bisnis berbasis batu bara yang terintegrasi dan terkemuka di Indonesia dengan berbagai keuntungan operasional dan strategis untuk DOID dalam usaha jasa pertambangan.

Transaksi tersebut akan mengintegrasikan secara vertikal Berau Coal, yang saat ini merupakan perusahaan pertambangan batu bara terbesar kelima di Indonesia, BUMA yang merupakan kontraktor terbesar Berau.

BUMA diharapkan dapat memperoleh pangsa pasar yang lebih besar dan kontrak dengan jangka yang lebih panjang dari Berau, sementara Berau diharapkan dapat memiliki operasi yang lebih terkonsolidasi dan karenanya menjadi lebih efisien

Laba Bersih Timah Tergerus 76,62%

PT Timah Tbk (TINS) membukukan penurunan laba bersih konsolidasi sepanjang 2009 sekitar 76,62% menjadi Rp313,751 miliar dari perolehan tahun sebelumnya sebesar Rp1,342 triliun.
Demikian penjelasan resmi manajemen Timah di Jakarta, Rabu (31/3).
Timah mengungkapkan, anjloknya laba bersih ini lantaran tergerusnya pendapatan bersihperseroan sekitar 14,84% dari Rp9,053 triliun menjadi Rp7,709 triliun. Beban pokok pendapatan pun semakin bertambah 3,50% menjadi Rp6,556 triliun dari Rp6,335 miliar. Sehingga laba kotornya pun anjlok 57,61% menjadi Rp1,152 triliun dari sebelumnya Rp2,718 triliun.
"Hingga 31 Desember 2009 pun kami masih mencatatkan rugi kurs sebesar Rp120,178 miliar dari tahun sebelumnya untung Rp55,205 miliar," tulis manajemen Timah.
Perseroan pun berhasil mencatatkan penurunan beban pajak sekitar 69,92% menajdi Rp235,391 miliar dari pencapaian sebelumnya sekitar Rp766,576 miliar. Perseroan pun kembali menurunkan utang bank jangka pendek dari Rp365,700 miliar, utang royalti pun turun dari Rp59,287 miliar menjadi Rp16,185 miliar.

CP Prima Menderita Rugi Bersih 46,66%

PT Central Proteinaprima Tbk (CPRO) mengalami penurunan rugi bersih konsolidasi sepanjang 2009 sekitar 46,66% menjadi Rp217,171 miliar dari kerugian tahun lalu sebesar Rp407,182 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen CP Prima di Jakarta, Rabu (31/3).
Kerugian CP Prima ini lantaran penjualan udang perseroan anjlok 16,06% menjadi Rp6,832 triliun dari pencapaian sebelumnya sekitar Rp8,169 triliun, namun beban pokoknya berhasil ditekan sekitar 9,50% dari Rp6,626 triliun menjadi Rp5,996 triliun. Sehingga perseroan pun mengalami rugi usaha sekitar Rp189,766 miliar dibandingkan sebelumnya untung Rp529,897 miliar.
"Namun CP Prima berhasil meraih untung kurs sekitar Rp563,819 miliar ketimbnag sebelumnya meraih rugi kurs Rp673,195 miliar," urai manajemen CP Prima.
Perseroan pun ternyata mengumpulkan beban pajak sekitar Rp13,376 miliar dari sebelumnya rugi Rp99,751 miliar. Sehingga utang pajaknya pun naik dari Rp15,045 miliar menjadi Rp17,087 miliar. Dengan beban yang harus dibayar pun bertambah 140,90% menjadi Rp255,434 miliar dari Rp106,031 miliar.

Laba Bersih BEI Melejit 102,89%

Sepanjang 2009, PT Bursa Efek Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih melonjak 102,89% menjadi Rp58,306 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang merugi Rp2,013 triliun.
Demikian keterangan resmi BEI dalam keterbukaan informasi di Jakarta, Kamis (31/3).
BEI mencatat berubahnya rugi bersih menjadi laba bersih ditopang pendapatan bunga yang berkontribusi 996,48% menjadi Rp870,365 miliar dibandingkan periode sebelumnya hanya Rp79,378 miliar. Sehingga mendorong jumlah pendapatan lain-lain meningkat dari tugi Rp6,514 miliar menjadi untung Rp372,530 miliar.
Sayang, pendapatan usaha BEI menurun tipis 5,58% dari Rp17,261 miliar menjadi Rp16,291 miliar, namun beban pokok penjualannya pun turun tipis 4,19% dari Rp13,863 miliar menjad iRp13,281 miliar. Sayang laba kotornya turun dari Rp3,398 miliar menjadi Rp3,010 miliar.
Menyoal utang, BEI masih membukukan kenaikan utang usaha dari Rp1,300 miliar, kini menjadi Rp1,132 miliar, bahkan bunga yang masih harus dibayar BEI bertambah 76,01% dari Rp396,331 miliar menjadi Rp697,584 miliar. Sedangkan pinjaman dari pemegang saham pun sebesar Rp14,027 miliar.

2009, Bukit Darmo Bukukan Rugi Bersih Rp 7,163 Miliar

PT Bukit Darmo Property Tbk (BKDP) membukukan rugi bersih tahun buku 2009 sekitar Rp 7,163 miliar. Padahal,  tahun sebelumnya perseroan meraih laba bersih Rp 828 juta.
 
Keterangan resmi manajemen Bukit Darmo kepada orotitas bursa, Selasa (30/3), menyebutkan, kerugian bersih perseroan diakibatkan oleh anjloknya penjualan bersih sekitar 84,56% menjadi Rp 31,173 miliar dari pencapaian tahun sebelumnya Rp 195,482 miliar. Namun, beban pokok penjualan berhasil ditekan sekitar 87,34%, yakni dari Rp 168,291 miliar menjadi Rp 21,290 miliar.
 
Untuk utang usaha, perseroan berhasil menekan sejumlah beban antara lain beban usaha turun dari Rp 84,922 miliar menjadi Rp 31,245 miliar, uang jaminan pesanan pun bisa ditekan dari Rp 21,681 miliar kini menjadi Rp 9,033 miliar. Utang pajak pun berhasil turun dari Rp 1,827 miliar menjadi Rp 192,807 juta.
 
Salah satu proyek Bukit Darmo yang sedang dikerjakan di Surabaya adalah kondominium Th Adhiwangsa Golf Residence yang terintegrasi dengan pusat perbelanjaan mewah LenMarc di Surabaya Barat.

DOID Alami Rugi Bersih Bengkak 1.527%

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengalami lonjakan rugi bersih sepanjang 2009 sekitar 1.527% menjadi Rp160,105 miliar dari perolehan tahun sebelumnya hanya Rp9,838 milair.
Demikina penjelasan manajemen Delta Dunia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (31/3).
Delta Dunia menguraikan, kerugian bersih ini lantaran pendapatan bersih perseroan tergerus 33,73% menjadi 6,350 miliar dari pencapaian sebelumnya Rp9,583 miliar. Sayang, beban pokok penjualan semakin memperkeruh penurunan pendapatan dengan beban sekitar Rp4,860 miliar. Beban usaha pun kembali melonjak 5.024% dari Rp4,975 milair kini melonjak menjadi Rp254,957 miliar.
"Walaupun masih merugi bersih, namun kami berhasil mencetak untung kurs 9.310% dari Rp3,500 juta melonjak sebesar Rp329,666 miliar," demikian penjelasan manajemen.
Selain mengalami untung kurs, perseroan pun masih mencatat pertambahan nilai perseroan dengan meraih untung dari penjualan dan pelepasan aset bersih dari rugi Rp114,851 juta menjadi untung Rp20,848 miliar. Laba pra akuisisi pun mendatangkan untung sekitar Rp512,288 miliar.
Sayang perusahaan yang bergerak dalam bidang properti ini masih menyisihkan pinjaman bank yang membengkak dari Rp50 miliar kini berubah menjadi Rp321,480 miliar, utang jangka panjangnya pun menjadi Rp6,744 miliar, utang pajaknya pun naik dari Rp1,168 miliar menjadi Rp95,475 miliar

Laba Bersih TRAM Melejit 128,78%

PT Trada Maritiem Tbk (TRAM) mencatat pertumbuhan laba bersih sepanjang 2009 128,78% menjadi Rp99,947 miliar dari perolehan sebelumnya sekitar Rp43,701 miliar.
Pertumbuhan laba bersih ini lantaran dukungan dari pendapatan usaha perseroan naik tipis 5,41% dari Rp317,111 miliar menjadi Rp334,73 miliar, sehingga beban langsungnya berhasil ditekan 14,05% dari Rp220,251 miliar menjadi Rp189,293 miliar.
Ternyata perseroan masih mencatat beban pajak naik signifikan 89,27% dari Rp6,583 miliar menjadi Rp12,460 miliar.

Laba Bersih POLY Tembus Rp1,182 Triliun

Setelah mengganti nama menjadi PT Asia Pasific Fibers Tbk (POLY), laba bersih sepajang 2009 berhasil menembus angka Rp1,182 triliun dari sebelumnya merugi sekitar Rp2,120 triliun.
Demikian keterangan resmi manajemen POLY dalam keterbukaaan informasi BEI, Selasa (30/3).
Pencapaian laba bersih ini lantaran perseroan berhasil meraih untung kurs sekitar Rp1,541 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang merugi sekitar Rp1,614 miliar. Selain itu, perseroan berhasil menekan jumlah beban usaha 9,99% dari Rp300,406 miliar kini tinggal Rp270,395 miliar.
Peningkatan laba bersih ini pun ditopang jumlah penghasilan bersih mencapai Rp1,428 triliun dibandingkan kerugian tahun sebelumnya sekitar Rp1,670 triliun. Sehingga laba sebelum pajaknya pun naik dari rugi Rp2,188 triliun kini meraup untung sekitar Rp1,113 triliun.
Perseroan pun mencatat penurunan utang bank dari Rp563,065 miliar menjadi Rp408,047 miliar, utang terjamin pun turun dari Rp10,772 triliun menjadi Rp9,435 triliun. Begitu juga dengan pinjaman jangka pendeknya yang kembali turun dari Rp369,146 miliar menjadi Rp333,553 miliar.

Laba Bersih DUTI Melejit 428,81%

Sepanjang 2009, PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih konsolidasi signifikan 428,81% menjadi Rp211,986 miliar ketimbang perolehan sebelumnya hanya Rp40,087 miliar.
Demikian penjelasan resmi manajemen DUTI kepada BEI, Selasa (30/3).
Melonjaknya laba bersih perusahaan property ini didukung dari perolehan untung kurs sekitar Rp5,854 milair dibandingkan tahun sebelumnya perseroan merugi kurs sekitar Rp15,354 miliar. Selain itu, beban pokok penjualan pun berhasil ditekan 24,73% dari Rp487,242 miliar menjadi Rp366,718 miliar.
Selain beban penjualan yang turun, beban pajak perseroan pun turun dari Rp58,974 miliar menjadi Rp57,877 miliar. Beban bunga pun turun dari Rp140,973 miliar menjadi Rp98,141 miliar. Penurunan pun terjadi pada pos pendapatan perseroan 5,46% dari Rp1,062 triliun menjadi Rp1,002 triliun.

Laba Bersih Bayan Resources Naik 279%

Laba Bersih PT Bayan Resources Tbk (BYAN) naik 279,04% menjadi Rp136,29 miliar di 2009 dari hanya Rp20,71 miliar di 2008.
Dari laporan keuangan Perseroan yang disampaikan ke BEI seperti dikutip INILAH.COM Rabu (31/3) dijelaskan kenaikan laba bersih yang sangat signifikan ini disebabkan adanya kenaikan pendapatan dari Rp4,88 triliun di 2008 menjadi Rp7,75 triliun di 2009.
Namun beban usaha Perseroan juga tercatat naik dari Rp738,30 miliar di 2008 menjadi Rp773,93 miliar. Tapi dengan kenaikan beban usaha ini Perseroan juga berhasil menaikkan laba usahanya menjadi Rp365,02 miliar di 2009 dari Rp201,15 miliar di 2008.
Di tahun 2009 Perseroan juga masih mencatatkan kerugian kurs sebesar Rp77,39 miliar meskipun kerugian ini turun dibanding 2008 sebesar Rp79,38 miliar. Sementara kewajiban Perseroan pada 2009 masih mencapai Rp4,7 triliun, sedang jumlah ekuitasnya mencapai Rp2,42 triliun

Laba Bersih Adaro Energy Naik 392%

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 392% di 2009, sekaligus merupakan rekor tertingginya di angka Rp4,4 triliun (US$420 juta).
Pencapaian laba bersih di 2009 ini mencapai 5 kali lipat dari laba bersih 2008 sekitar Rp887 miliar. Sementara laba bersih per saham dasar 2009 naik signifikan menjadi Rp136,5.
Dalam keterbukaannya Rabu (31/3) malam disebutkan peningkatan laba yang tajam ini dikarenakan adanya realisasi harga jual batubara yang lebih tinggi serta peningkatan volume produksi batubara, di mana pendapatan usaha naik 49% menjadi Rp26,9 triliun.
Sementara beban pokok pendapatan meningkat dengan persentase yang lebih rendah sebesar 21%, sehingga mendorong peningkatan marjin kotor dari 27% menjadi 41% di tahun 2009.
Presiden Direktur Perseroan, Garibaldi Thohir, mengatakan pihaknya menutup tahun 2009 yang sulit dan bergejolak dengan prestasi yang sangat baik dan kembali mencatat pertumbuhan produksi sehingga meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham. "Dengan tetap berfokus pada bisnis inti, kami dapat meningkatkan produksi secara organik setiap tahunnya sejak dimulainya produksi pada tahun 1992 dan ke depannya kami tetap akan fokus pada bisnis inti seiring pertumbuhan yang berkesinambungan menuju Adaro Energy yang lebih besar dan lebih baik,” ujarnya.
Sementara Wakil Presiden Direktur Perseroan, Ario Rachmat, mengatakan melalui kombinasi harga yang tinggi dan volume penjualan yang meningkat serta peningkatan biaya yang terkendali, Perseroan dapat mendorong kenaikan EBITDA sebesar 147% sehingga mencetak rekor baru yaitu Rp11 triliun. "Dengan arus kas dan struktur keuangan yang solid, saat ini kami sedang berkonsentrasi untuk membangun landasan yang kokoh dalam rangka menghadapi persaingan yang kompetitf di masa depan,” tukasnya.
Sementara Direktur Operasional Perseroan, Chia Ah Hoo, mengatakan sangat penting bagi Perseroan untuk memiliki operasi yang terintegrasi secara menyeluruh dari pit sampai pelabuhan. "Mengingat kondisi harga aset global yang terus mengalami penurunan, di bulan Mei 2009 kami mengakuisisi perusahaan yang bergerak di bidang tongkang dan kapal angkut (shiploding), di mana hal ini merupakan bagian akhir dari rantai pasokan batubara yang belum dikendalikan oleh perusahaan. Investasi ini telah menghasilkan," katanya

Tuesday, March 30, 2010

GDST Mengalami Kerugian Rp 150,05 miliar

PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) mengalami kerugian. Rugi bersih yang diderita sebesar Rp 150,05 miliar di tahun 2009. Tahun sebelumnya perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp 83,06 miliar. Hal ini disebabkan anjloknya pendapatan Gunawan Dianjaya di 2009 sebesar 45,66%.

Demikian laporan keuangan yang dipubikasikan perseroan Selasa 30/3. Disebutkan pendapatan Gunawan Dianjaya tercatat menurun 45,66% dari Rp 3,02 triliun pada tahun 2008 menjadi hanya Rp 1,64 triliun pada 2009.

Beban pokok penjualan yang juga ikut menurun, menjadi Rp 1,82 triliun ternyata tidak membantu kinerja laba kotor perusahaan di tahun lalu. Tercatat perseroan mengalami rugi kotor sebesar Rp 186,80 miliar. Padahal tahun sebelumnya, GDST berhasil membukukan laba kotor sebanyak Rp 559,77 miliar.

Setelah dikurangi baban usaha yang mencapai Rp 85,62 miliar, perseroan membukukan rugi usaha sebanyak Rp 273,42 miliar. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, perseroan mencatat laba usaha sebesar Rp 417,20 miliar. Penghasilan lain-lain pun tercatat membaik, dari sebelumnya minus Rp 272,24 miliar, menjadi Rp 64,19 miliar di tahun 2009.

rumor DOID diusulkan rights issue minimal Rp1.400

Beberapa manajer investasi meminta manajemen PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) untuk melaksanakan rights issue minimal di harga Rp1.400 per saham, sama dengan harga private placement pada November tahun lalu.

Dua manajer investasi mengatakan manajemen DOID sebaiknya segera mengumumkan mengenai kepastian harga rights issue untuk mencegah harga saham berkode DOID turun lebih dalam.

"Kami mengusulkan agar manajemen DOID rights issue di harga Rp1.400. Jika di bawah harga itu, lebih baik rights issue dibatalkan karena aksi korporasi tersebut bisa merugikan investor yang membeli saham DOID saat private placement pada November tahun lalu," ujarnya kepada Bisnis.com tadi malam.

Sekretaris Perusahaan DOID Andre Soelistyo belum bersedia berkomentar lebih jauh mengenai hal itu.

"Posisi kami saat ini seperti dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia. Situasinya cukup dinamis, begitu ada informasi, kami akan mengumumkan kepada publik," ujarnya.

Saham DOID kemarin sore terjun bebas 14,04% ke posisi Rp980 per saham, sehingga kapitalisasinya menyusut menjadi Rp6,65 triliun.

Delta Makmur, induk perusahaan kontraktor pertambangan batu bara terbesar kedua di Indonesia, berencana menggunakan dana hasil rights issue untuk membeli saham PT Berau Coal dalam penawaran umum perdana.

Delta Makmur kemungkinan menunjuk Danatama Makmur dan Goldman Sachs dalam rights issue tersebut.

Ikhsan Binarto, analis saham PT Optima Sekuritas, mengatakan Bursa Efek Indonesia diharapkan turun tangan terkait dengan terkoreksinya harga saham DOID secara signifikan.

"Seharusnya saham DOID disuspensi. Bursa mensuspen saham kalau harganya naik drastis. Kejadian saham DOID seharusnya begitu untuk menghindari pihak-pihak tertentu memperoleh informasi lebih dahulu, sedangkan investor publik tidak mempunyai akses," tuturnya.

Dia berharap manajemen DOID segera memberikan kepastian mengenai harga rights issue untuk meredam tekanan terhadap saham DOID.

Keuntungan Medco merosot 93,14%

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) pada tahun lalu menderita penurunan laba bersih secara signifikan karena pelemahan pendapatan dan laba usaha.

Dalam laporan keuangan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia hari ini disebutkan laba usaha emiten migas itu merosot 93,14% dari US$280,20 juta pada 2008 menjadi US$19,23 juta pada tahun lalu.

Penurunan itu dipicu oleh anjloknya laba usaha perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga Panigoro itu sebesar 79% dari US$343,78 juta pada 2008 menjadi US$72,19 juta pada tahun lalu.

Pendapatan konsolidasi Medco pada 2009 mencapai US$667,80 juta, menurun 47,98% dibandingkan dengan tahun sebelumnya US$1,28 miliar.

Awas! Saham DOID Menuju 850

Tekanan jual yang terjadi pada saham Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) akan semakin membawa ke level 850. Walaupun penurunan saat ini lebih karena permainan bandar.
Saat ini beredar rumor, perseroan akan melakukan aksi rights issue di harga 1.100. Hasilnya, saham DOID langsung menukik dari level 1.500. "Kalau rumor itu benar maka harga saham DOID sungguh diobral kalau rights issue di level 1.100. Walaupun belum dapat dikonfirmasi kebenarannya," kata analis saham Universal Broker Securities, Andri Zakarias Siregar kepada INILAH.COM kemarin.
Namun ternyata meskipun sudah melewati level 1.100, tekanan jual terhadap DOID masih terus berlangsung. Meskipun di pasar banyak juga investor yang menunggu DOID berada di level terendah, sehingga sebagian investor merasa kecewa karena sudah terlanjut masuk di level 1.000. "Kalau melihat bergerakkannya DOID bisa menyentuh level 850," jelasnya.
Pergerakkan DOID hingga sesi penutupan tertekan Rp160 ke Rp980 dengan volume transaksi 307.221 unit saham senilai Rp156,04 miliar sebanyak 4.411 kali transaksi. Dengan basis batubara yang saat ini harganya cukup menjanjikan maka saham DOID pada akhir tahun diperkriakan masih bisa menembus 2.300.
Namun karena permainan spekulan atau bandar saham DOID terus tertekan. Apalagi laporan keuangan tahun 2009 belum keluar. Akibatnya tidak ada acuan yang dapat menilai kewajaran harga saham DOID. Dengan demikian rumor rencana rights issue untuk mencari dana yang dapat memuluskan perseroan mengakuisisi Beroa Coal pun belum dapat dijelaskan secara angka. "Sampai sekarang laporan keuangan belum keluar sehingga tidak ada acuan untuk menjelaskan rumor tersebut," tuturnya.
Pada awal Januari 2009, saham DOID sempat mencapai 1.730 dan awal Pebruari bahkan sempat 1870. Saat ini penurunannya sudah lebih dari 50% yang mulai turun dari level 1.700. Namun belum pernah masuk UMA (Unusual Market Activity) bahkan disuspensi otoritas bursa. [hid]

Monday, March 29, 2010

Bayar Bunga Obligasi, Suspensi FREN Dicabut

Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah memutuskan untuk mencabut sanksi penghentian perdagangan sementara (suspensi) atas saham PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) pada awal perdagangan sesi I hari ini.

Demikian diungkapkan oleh Pjs Kepala Divisi Perdagangan Saham BEI Andre PJ Toelle dalam keterbukaan informasi di Jakarta, Senin (29/3/2010).

"Bursa memutuskan untuk membuka perdagangan saham PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) di seluruh pasar," katanya.

Keputusan tersebut, lanjutnya karena FREN sudah megirimkan surat pada 18 Maret terkait penjelasan perseroan terkait pembayaran obligasi yang sempat tertunda. Serta karena adanya surat dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) perihal konfirmasi pembayaran bunga ke-12, bunga dan denda ke-9 tahap dua serta denda 14 hari obligasi I Mobile-8 Telecom tahun 2007.

"Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap efek perseroan diharapkan selalu memperhatikan keterbukaan informasi terkait FREN," tukasnya.

Pada 15 Maret lalu, BEI menjatuhkan sanksi suspensi atas saham PT Mobile-8 Tbk (FREN). Penghentian perdagangan tersebut karena penundaan pembayaran bunga ke-12 serta bunga dan denda kesembilan tahap dua obligasi perseroan 2007.

Sekadar mengingatkan, sebelumnya DB Trustees Limited mengajukan gugatan kepada FREN terkait ketidaksanggupan perseroan dalam membeli kembali surat utang senilai USD100 juta,di mana jatuh tempo buy back obligasi tersebut adalah 16 Desember 2008.

Sebenarnya jatuh tempo surat utang adalah Maret 2013, namun menjadi dipercepat terkait adanya pergantian pemegang saham pengendali FREN. Selain menunggu keputusan dari pihak pengadilan, FREN juga tengah menyetujui untuk menambah jaminan obligasi sebesar Rp 675 miliar

Laba Bakrieland Development (ELTY) 2009 Turun 51%

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) mencatatkan penurunan laba bersih selama 2009 menjadi Rp132,255 miliar atau setara 51,39 persen, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana perseroan senilai Rp272,099 miliar.

Padahal, salah satu anak usaha Bakrie tersebut mencatatkan peningkatan penghasilan bunga bersih selama 2009 yang melonjak menjadi Rp23,938 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,285 miliar. Tetapi laba sebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasi selama 2009 mengalami penurunan Rp160,977 miliar, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp272,999 miliar.

Penurunan laba bersih perseroan ini dipicu oleh naiknya jumlah beban usaha selama 2009 menjadi Rp331,347 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan laba usaha sebesar Rp284,222 miliar. Sedangkan pos laba kotor turun menjadi Rp498,097 miliar, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp510,253 miliar.

Seperti dilansir dalam laporan keuangan selama 2009 perseroan yang dipublikasikan, di Jakarta, (29/3/2010). Kendati demikian perseroan mencatatkan pos penhasilan usaha bersih selama 2009 meningkat menjadi Rp1,059 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,053 triliun.

Pos beban pokok penghasilan selama 2009 tercatat naik menjadi Rp560,906 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp543,547 miliar. Laba kotor tercatat turun menjadi Rp498,097 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp510,253 miliar.

Laba Bersih ADHI 2009 Naik 21,8%

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 31,82 persen menjadi Rp3,326 triliun pada tahun 2009 jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2008 yang sebesar Rp2,52 triliun.

Demikian diungkapkan oleh manajemen perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di Jakarta, Senin (29/3/2010).

Nampaknya wajar saja kenaikan laba bersih tersebut, mengingat pendapatan BUMN tersebut juga mengalami kenaikan sebesar Rp2,178 triliun menjadi Rp14,387 triliun dari sebelumnya Rp12,2 triliun. Sehingga laba kotor perseroan mengalami kenaikan menjadi Rp6,77 triliun dari sebelumnya Rp5,35 triliun.

Dan alhasil, laba usaha perseroan mengalami kenaikan Rp4,34 triliun dari sebelumnya Rp3,387 triliun.

Selain itu, perusahaan konstruksi tersebut juga mengalami kenaikan penghasilan bunga menjadi Rp326 miliar dari sebelumnya Rp224 miliar. Walau demikian, perseroan juga ternyata mengalami pertambahan rugi kurs menjadi sebesar Rp25,85 miliar dari sebelumnya Rp9,24 miliar.

Selanjutnya, dijelaskan jika jumlah aktiva perseroan mengalami peningkatan menjadi Rp12,951 triliun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar Rp10,6 triliun.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (26/3/2010) saham berkode ADHI ini mengalami kenaikan Rp5, sehingga harga sahamnya menjadi Rp415 per lembar

ELSA, Laba Bersih 2009 Elnusa Naik Drastis 249%

Terjawab sudah apa penyebab saham dari PT Elnusa Tbk (ELSA) ini selalu mengalami kenaikan selama pekan lalu. Ternyata kinerja keuangan perusahaan migas ini mencatatkan kinerja keuangan yang menakjubkan.

ELSA yang merupakan perusahaan nasional penyedia jasa hulu migas terintegrasi membukukan lonjakan laba bersih tahun 2009 sebesar 249 persen menjadi Rp466,2 miliar dibandingkan dengan pencapaian laba bersih tahun 2008 sebelumnya yang sebesar Rp133,8 miliar.

Demikian diungkapkan oleh Direktur Utama ELSA Eteng A Salam dalam keterangan tertulis yang diterima okezone di Jakarta, Senin (29/3/2010).

"Dengan pencapaian ini, kami akan terus meningkatkan kemampuan Perseroan untuk tumbuh secara organik maupun an-organik dan memberikan nilai tambah bagi shareholders," kata Eteng.

Naiknya laba bersih ini didorong oleh kuatnya kinerja operasi perseroan, dimana laba operasi konsolidasi ELSA naik 53 persen menjadi Rp276,3 miliar dibanding tahun 2008 senilai Rp180,4 miliar. Selain itu, ada tambahan laba yang berasal dari hasil divestasi non core business Perseroan, PT Infomedia Nusantara pada Juni 2009 lalu.

Perseroan juga mencatat kenaikan pendapatan usaha untuk tahun buku 2009 sebesar 44 persen menjadi senilai Rp3,66 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2008 sebesar Rp2,54 triliun.

Dari bisnis inti di jasa hulu migas,  perseroan mengkontribusikan Rp2,26 triliun, atau 62 persen terhadap pendapatan usaha konsolidasi. Sementara segmen bisnis lainnya seperti jasa hilir migas berkontribusi sebesar Rp1,09 triliun, segmen supporting and competency based menyumbangkan Rp281 miliar  dan jasa penunjang hulu migas menyumbangkan Rp90,74 miliar.

Lebih jauh, Eteng menjelaskan jika dari bisnis jasa hulu migas perseroan, ada 3 unit bisnis yang digelutinya. Antara lain jasa geoscience terintegrasi, jasa drilling terintegrasi, dan jasa oilfield terintegrasi.

Dimana unit bisnis jasa geoscience merupakan penyumbang terbesar untuk pendapatan sebesar Rp1,24 triliun atau 55 persen dari pendapatan segmen jasa hulu migas terintegrasi. Sementara jasa drilling terintegrasi berkontribusi Rp551 miliar, dan jasa oilfield terintegrasi menyumbangkan Rp465 miliar.

"Pasar jasa hulu migas yang merupakan pasar utama Perseroan mengalami peningkatan selama tahun 2009 lalu. Kenaikan pendapatan jasa hulu migas merupakan bukti dari kompetensi dan kepercayaan customer kepada Elnusa dan menjadi pendorong pertumbuhan pendapatan bisnis inti jasa hulu migas terintegrasi," ungkapnya.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (26/3/2010) saham berkode ELSA ini mengalami kenaikan sebesar Rp75, sehingga harga saham per lembarnya menjadi senilai Rp480.

Target 2010
Untuk tahun 2010 ini, ELSA mematok pendapatannya untuk tumbuh sebesar 29 persen. Yakni menjadi senilai Rp4,46 triliun dengan topangan utama pendapatan dari segmen jasa hulu migas terintegrasi senilai Rp2,79 triliun  yang merupakan bisnis inti perusahaan.

Sementara wilayah-wilayah kerja offshore (marine and transition zone) dan pengembangan lapangan panas bumi akan menjadi prospek pasar yang lebih besar bagi Perseroan sepanjang tahun 2010

Friday, March 26, 2010

Koleksi Saham Grup Bakrie Sebelum Naik

Di tengah suasana bullish, saham-saham Grup Bakrie nyaris tak bergerak. Investor disarankan untuk melakukan pembelian saham emiten grup ini sebelum harganya menguat.
Investor, tampaknya, mulai bersikap ekstra hati-hati menghadapi saham-saham terbitan Grup Bakrie. Mereka khawatir, kasus tuduhan tunggakkan pajak sebesar Rp2,1 triliun yang dilemparkan Ditjen Pajak, suatu ketika akan menggoyang keuangan perusahaan.
Buktinya, lihat saja pergerakan saham-saham tersebut di pasar modal. Harga efek PT Bumi Resources (BUMI misalnya, terus mondar-mandir di rentang Rp2.275-2.600 dengan kecenderungan melemah.
Seperti yang terjadi di Kamis (25/3) siang, harga saham penguasa tambang batubara terbesar ini malah mengalami pelemahan sebesar Rp25 ke Rp2.275. Bahkan sempat diperdagangkan di Rp2.250 per lembar. Padahal, saham-saham sejenis, pada saat yang sama, mengalami kenaikan. Seperti PT Bukit Asam (PTBA yang naik 3% lebih ke Rp16.850.
Hal serupa terjadi pada saham Grup Bakrie lainnya PT Bakrieland Development (ELTY). Setelah berhasil menclok di Rp 270 (17/3), efek Bakrieland ini ‘stabil’ di Rp 235. Padahal saham-saham sejenisnya tengah menguat seiring naiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Begitu pula harga saham-saham Grup Bakrie lainnya, stagnan dengan kecenderungan melemah. Ada apa gerangan? Jawabnya, seperti dikemukakan di atas, investor bersikap ekstra hati-hati.
“Selain kasus tuduhan tunggakan pajak yang belum selesai, investor juga tengah mencermati aksi korporasi yang dilakukan perusahaan Bakrie,” kata seorang kepala riset di sebuah perusahaan asing.
Misalnya, rencana penerbitan obligasi senilai US$155 juta oleh ELTY. Padahal obligasi ini didisain untuk bisa dikonversikan dengan saham senilai Rp310 atau 31,9% di atas harga yang terbentuk hari ini. Itu sebabnya, Samuel Sekuritas belum mengubah target harga untuk saham ini yakni di level Rp 390.
Sementara untuk BUMI, sejumlah analis juga sudah berulang-ulang mendengungkan bahwa saham ini, paling tidak, akan mencapai level Rp3.300-3.600. “Saya yakin, dalam jangka sebulan-dua bulan ke depan harga itu akan tercapai,” ungkap seorang analis optimistis.
Para analis itu yakin,seluruh persoalan yang membelit Grup Bakrie akan selesai dengan happy ending. Sehingga mereka berani memberikan rekomendasi buy.

Kapitalisasi Saham Tembus Rp 2.250 Triliun

JAKARTA, INVESTOR DAILY
Kapitalisasi saham pada pertengahan tahun ini diperkirakan mencapai Rp 2.250 triliun dari posisi akhir 2009 sebesar Rp 2.070 triliun. Pemicu kenaikan itu antara lain banyaknya perusahaan yang menawarkan saham umum perdana (initial public offering/IPO) dan harga-harga saham emiten yang terus melonjak.
 
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengatakan, minat investor asing dan lokal terus meningkat di bursa saham. Jumlah investor yang terdaftar diharapkan mencapai 500 ribu pada akhir tahun dari posisi saat ini hanya 400 ribu.
 
“Dalam dua tahun ke depan, BEI menargetkan jumlah investor yang terdaftar mencapai 2,3 juta dengan kapitalisasi saham sebesar Rp 3.000 triliun,” ujarnya di Jakarta, Kamis (25/3).
 
Guna meningkatkan investor yang terdaftar di BEI, lanjut Ito, berupaya menyosialisasikan ke sejumlah daerah dalam memperkenalkan pasar modal. Saat ini, sebanyak 12 pusat informasi pasar modal tersebar di seluruh daerah. Delapan di antaranya berada di luar Jawa, serta dua lagi akan didirikan di Batam dan Banjarmasin.
“Ini merupakan program sosialisasi bursa, sehingga makin banyak orang masuk pasar modal,” kata dia.
 
Sementara itu, pada 2010, menurut dia, ada 25 perusahaan yang akan melantai di bursa efek. Sebagian besar perusahaan, meralisasikan IPO pada semester II-2010.
 
Suspensi Optima
Sementara itu, PT Optima Kharya Capital Securities, salah satu broker yang operasionalnya dihentikan perdagangannya (suspend) sejak Oktober 2009 belum dapat dicabut suspensinya. Hal itu terkait kedatangan manajemen Optima ke BEI pekan ini untuk permohonan pencabutan suspensi.
 
Ito mengaku, manajemen belum menyampaikan langkah konkret apakah perusahaan sekuritas tersebut dapat memenuhi ketentuan yang berlaku.
Suspensi Optima dilakukan menyusul minusnya modal kerja bersih disesuaikan (MKBD). Perseroan harus menambah modal terlebih dulu untuk bisa beroperasi lagi.
 
“Saat itu yang datang bukan pemiliknya, tanggapannya juga standar saja. Karena itu, kami belum dapat memenuhi keinginan mereka,” katanya. (tya)

Laba Unilever Melonjak 26,4% Thn 2009

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan peningkatan laba bersih selama 2009 sebesar 26,45 persen menjadi Rp3,044 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,407 triliun.

Peningkatan tersebut dipicu oleh pos penjualan bersih perseroan selama 2009 sebesar 17,13 persen menjadi Rp18,246 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp15,577 triliun. Sedangkan pos laba kotor perseroan mengalami kenaikan sebesar 18,54 persen menjadi Rp9,045 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mencapai Rp7,631 triliun.

Seperti dikutip dari laporan keuangan 2009 yang dipublikasikan manajemen perseroan, di Jakarta, Jumat (26/3/2010). Kendati demikian, harga pokok penjualan selama 2009 melonjak mencapai minus Rp9,2 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya minus Rp7,94 triliun.

Pos beban usaha selama 2009 juga naik menjadi minus Rp4,831 triliun, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya minus Rp4,2 triliun. Pos keuntungan pelepasan aset tetap selama 2009 malah turun menjadi Rp444 juta, jika dibandingkan periode yang sama dibandingkan tahun sebelumnya minus Rp6,446 miliar.

Pos laba sebelum pajak penghasilan perseroan pun selama 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp4,248 triliun, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,448 trilin. Laba sebelum hak minoritas perseroan selama 2009 juga melonjak mencapai Rp3,043 triliun, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,411 triliun.

Pada pos laba bersih per saham dasar ikut melonjak menjadi Rp399, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp315.

DOID Masih Kaji Right Issue & Akuisisi Berau Coal

PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) masih mengkaji kemungiknan dilakukannya right issue senilai USD1,3 miliar dalam rangka akuisisi PT Berau Coal.

"Hingga saat ini perseroan masih sedang dalam proses mengkaji kemungkinan dilakukannya aksi-aksi korporasi tersebut dan belum memiliki kesimpulan akhir apa pun atas rencana tersebut," kata Corporate Secretary Andre Soelistyo dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (26/3/2010).

Sebelumnya, DOID dikabarkan berencana melakukan penerbitan saham kembali. Dana yang diharapkan dapat diraih perseroan adalah sebesar USD1,3 miliar akan dipergunakan untuk mengakuisisi Berau Coal.

Walau demikian, ketika dikonfirmasi, Komisaris DOID Erry Firmansyah mengatakan sekarang ini pihaknya memang tengah mendiskusikan sejumlah kesempatan untuk aksi korporasinya. "Kita saat ini sedang mendiskusikan sejumlah opportunity yang akan kita lakukan, corporate action apa yang akan kita lakukan," kata Erry.

Sekadar informasi, perseroan tengah mengincar enam hingga tujuh kontrak pengelolaan lahan tambang (kontraktor) di Kalimantan melalui anak perusahaannya, PT Bukit Mandiri Makmur (Buma). Saat ini kontrak eksisting yang tengah digarap oleh perseroan ada sebanyak 12 kontrak.

Buma sendiri merupakan kontraktor pertambangan terbesar kedua di Indonesia. Pada 2008, Buma menguasai 19 persen pangsa pasar industri kontraktor pertambangan batu bara di Indonesia dan memiliki 12 kontrak dengan nilai total sekira USD5,3 miliar atau sekira 7,7 kali pendapatan 2008 yang sebesar USD486 juta.

Selama tiga tahun ke depan, perseroan pun manargetkan total overburden removal sebanyak 897 juta bcm, dan total produksi batu bara adalah sebanyak 111 juta ton. Adapun untuk 2009 sendiri, kontrak yang dimiliki perseroan untuk overburden removal 285 juta bcm, sementara untuk produksi batu baranya sebesar 35 juta ton. Dengan akuisisi ini, berarti core bisnis dari DOID akan mengalami perubahan.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sebanyak 40 persen dari saham DOID dimiliki oleh Northstar Tambang Persada Pte Ltd, dam sisanya adalah dimiliki oleh publik.(ade)

Wednesday, March 24, 2010

Latinusa Bagi Dividen Rp 6 per SahamLatinusa Bagi Dividen Rp 6 per Saham

Pemegang saham PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) menyetujui rencana pembagian dividen tunai senilai Rp 6 per saham atau total sebesar Rp 15,139 miliar. Demikian hasil RUPS Tahunan perseroan yang baru saja selesai digelar di hotel Gran Melia, Jalan Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/3/2010).

Pemegang saham menyetujui pembagian dividen sebesar Rp 6 per saham. Totalnya nilai dividen sebesar Rp 15,139 miliar. Nilai tersebut setara dengan 36,05% dari laba bersih perseroan di tahun 2009 yang sebesar Rp 41,996 miliar.

Harga saham NIKL saat ini berada di level Rp 280, naik Rp 10 (3,7%) dari penutupan kemarin Rp 270 per saham. Itu berarti rasio harga saham terhadap laba per saham mencapai 10 kali, masih tergolong murah.

Wednesday, March 17, 2010

UNSP Tambah Kepemilikannya di AIRPL

JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) meningkatkan kepemilikan sahamnya di Agri Resources Pte. Ltd (AIRPL) hingga mencapai 675 lembar saham atau 73,85% dari seluruh saham yang dimiliki dalam AIRPL.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada BEI, Selasa (16/3), Corporate Secretary PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk, Fitri Barnas mengatakan bahwa perseroan telah menutup transaksi perjanjian jual beli saham dengan Spinnaker Global Emerging Markets Fund Limited di Agri International Resources Pte Ltd pada tanggal 11 Maret 2010. "Atas jual beli saham itu akhirnya perseroan memiliki 675 lembar saham atau 73,85% dari seluruh saham AIRPL," tuturnya.

Sebelumnya, UNSP telah mengumumkan rencana menerbitkan obligasi untuk membiayai peningkatan kepemilikan di AIRPL. Peningkatan kepemilikan di AIRPL dinilai memiliki nilai strategis bagi UNSP. Saat ini, AIRPL bersama-sama dengan UNSP merupakan pemilik Agri Resources BV (ARBV). ARBV sendiri adalah perusahaan yang giat melakukan akusisi perusahaan dan perkebunan kelapa sawit. ARBV tercatat sudah menguasai lahan kebun kelapa sawit seluas 50.000 hektare (ha).

Monday, March 15, 2010

FREN gagal bayar Bunga Obligasi (Saham di Suspen)

FREN: Tak bayar bunga, bursa setop saham Mobile-8
PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) kembali tidak dapat membayar bunga obligasi ke-12 denda kesembilan.
Akibatnya, Bursa Efek Indonesia pagi ini dalam pengumumannya memutuskan menghentikan sementara
perdagangan saham FREN mulai sesi I pagi ini di seluruh pasar hingga pengumuman lebih lanjut.

Mobile mempunyai obligasi senilai Rp675 miliar yang diterbitkan pada Juni 2007.
Obligasi ini sebelumnya telah diperpanjang jatuh temponya selama 5 tahun menjadi 15 Juni 2017 dari
sebelumnya 2012.

Bunga kupon obligasi ikut diubah menjadi 12,375% untuk 9 kuartal dimulai pada 15 Juni 2007, lalu 5% untuk
8 kuartal dimulai pada 15 September 2009, 8% untuk 12 kuartal dimulai pada 15 September 2011, dan 18%
untuk 12 kuartal dimulai pada 15 September 2014. (bisnis/gps).




Bursa EFek Indonesia (BEI) mengenakan sanksi penghentian perdagangan sementara perdagangan saham (suspensi) PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN). Penghentian perdagangan saham itu berkaitan dengan penundaan pembayaran bunga ke-12 serta bunga dan denda ke-9 tahan dua obligasi I perseroan.
"Penghentian sementara perdagangan saham PT Mobile-8 Telecom Tbk  dilakukan di seluruh pasar reguler dan pasar tunai," kata Pjs. Kadiv Perdagangan Saham BEI Andre PJ Toelle dalam keterbukaan informasi BEI, Senin (15/3/2010).
Suspensi ini, dilakukan sejak sesi I perdagangan Senin (15/3/2010) hingga adanya pengumuman Bursa lebih lanjut. Penundaan pembayaran bunga ke-12 serta bunga dan denda ke-9 tahan dua bligasi I perseroan lah yang menyebabkan penghentian perdagagan efek dilakukan.
"Merujuk pada surat PT Kustodian Sentral Efek Indonesia disebutkan, Mobile-8 belum dapat menyerahkan dana pembayaran bunga dan denda kepada KSEI selaku agen pembayaran," terangnnya.
Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh PT Mobile-8 Telecom Tbk.

Thursday, March 11, 2010

Target BUMI Rp4.325 Akhir 2010

Jakarta - Saham PT Bumi Resources (BUMI), Kamis (11/3) diprediksi menguat seiring positifnya sentimen market. Tutup buku pajak akhir Maret siap mendongkrak BUMI. Strong buy

Pengamat pasar modal, Willy Sanjaya mengatakan, terbukanya peluang penguatan saham BUMI hari ini salah satunya karena positifnya sentimen market. Menurutnya, market secara umum masih berpeluang bergerak positif. Meski indeks sudah empat hari menguat, tidak ada kekhawatiran melemah.
Sebab, Maret ini menjelang tahun penutupan buku pajak. Hal ini memicu saham bergerak atraktif termasuk BUMI. “Karena itu, BUMI akan mengarah ke level resistance Rp2.550 dan Rp2.375 sebagai level support-nya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (10/3) petang.
Pada perdagangan kemarin, saham BUMI ditutup melemah Rp25 (1%) menjadi Rp2.475 dibandingkan sebelumnya di level Rp2.500. Harga tertingginya mencapai Rp2.500 dan terendah Rp2.450. Volume transaksi mencapai 54,1 juta unit saham senilai Rp133,9 miliar dan frekuensi 2.455 kali.
Willy menambahkan, beberapa emiten akan melaporkan jumlah dana yang dialokasikan untuk membayar pajak. Hal ini terjadi setiap tahun. Menurutnya, semakin besar pembayaran pajak suatu emiten, menandakan semakin besar pula potensi pendapatan korporasinya. “Sehingga, laporan pajak berpengaruh positif pada emiten bersangkutan,” ujarnya.
Hal serupa akan terjadi dengan BUMI. Menurutnya, kisruh pajak BUMI yang masih diproses saat ini tidak akan menjadi halangan untuk menguat. Hal itu, hanya ulah dari orang yang tidak suka terhadap emiten ini.
“Sebuah perusahaan terbuka tidak mungkin melakukan tindakan ceroboh penggelapan pajak,” tandasnya. Kecuali, jika BUMI merupakan perusahaan tertutup. Alhasil, tuduhan penggelapan pajak hanya dicari-cari.
Di sisi lain, pelemahan saham BUMI kemarin merupakan koreksi teknis sementara untuk melanjutkan penguatan kembali hari ini. Buktinya, tertekannya saham BUMI tidak didukung volume transaksi yang besar. “Memang penguatan suatu saham yang sudah berlangsung lama harus mengalam koreksi,” ucapnya.
Willy meyakini, tidak mungkin suatu saham meroket terus. Kecuali, jika saham tersebut masuk dalam katagori ‘gorengan’. “Jika saham berfundamental baik seperti BUMI, harus ada koreksi untuk kembali ke atas,” tuturnya.
Penguatan BUMI juga masih didukung roadshow manajemen perseroan ke AS, Eropa, dan Jepang. Apalagi, dari sisi grupnya, saham-saham The Seven Brothers sudah melaju atraktif. “Salah satunya adalah PT Bakrieland Development (ELTY) yang naik 2% ke level Rp255,” paparnya.
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia saat ini sangat tinggi di level US$81 per barel. Begitu juga dengan harga batubara Newcastle di level US$94,83 per metrik ton. Kedua komoditas ini masih kuat menopang penguatan BUMI.
Apalagi, saat ini adalah momentum menjelang laporan keuangan. “BUMI sendiri dikabarkan akan melaporkan kinerja full year 2009 pada akhir Maret ini atau awal April mendatang,” ungkapnya.
Pada saat yang sama, net buy asing sendiri masih positif bagi market. Sehingga, secara keseluruhan masih menggembirakan. Apalagi, bursa di negara manapun saat ini dalam posisi bullish.
Willy merekomendasikan strong buy untuk BUMI. “Saya targetkan Rp2.725 hingga akhir Maret ini, Rp3.200 hingga pertengahan tahun, dan Rp4.325 hingga akhir 2010,” pungkasnya. [mdr]

Orang Terkaya 2010 Versi Majalah Forbes

Mahkota Bill Gates sebagai orang terkaya dunia versi majalah finansial paling tenar, Forbes, telah dirampas. Siapa yang menggesernya?
Posisi puncak itu diraih Carlos Slim Helu (70), pengusaha telekomunikasi terkenal asal Meksiko. Jumlah kekayaannya mencapai US$53,5 miliar atau mengalahkan tipis Bill Gates mencapai US$53 miliar. Tahun lalu, Gates berada di posisi puncak, sementara Helu di tempat ketiga.
Helu meraih nomor satu karena penghasilannya yang mencapai US$18,5 miliar per tahun. Kekayaan itu bermula ketika ia menyabet BUMN telkom Meksiko ketika diprivatisasi oleh pemerintah pada 1990-an.
Merger fixed line dengan perusahaan komunikasi terbesar Amerika Selatan, American Movil, membuat jumlah kekayaannya makin berlipat ganda. Helu pun melakukan diversifikasi usaha infrastruktur jalan dan energi melalui anak usaha konstruksi, Impulsora del Desarrollo y el Empleo.
Putra imigran asal Libanon ini juga memiliki saham di perusahaan finansial Inbursa, Bronco Drilling, serta media raksasa seperti Independent News & Media dan Saks and New York Times Co. Newspaper. Ia baru saja mendonasikan US$65 juta untuk riset obat dengan miliuner dan filantropis Amerika, Eli Broad. [ast]

Saturday, March 6, 2010

Menneg BUMN Dukung Antam & PTBA Beli 9,36% Divestasi Freeport

Jakarta - Menneg BUMN Mustafa Abubakarakan mendorong BUMN seperti PT Aneka Tambang Tbk (Antam) atau PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) untuk membeli 19,36% saham Freeport.
"Kalau Freeport menawarkan saham 9,36% tersebut ke pemerintah, saya pikir peluang tersebut akan dimanfaatkan. Beri peluang kepada BUMN terkait seperti Antam atau PTBA untuk membelinya," kata Mustafa di Kantor Kementerian Negara BUMN, Jakarta, Jumat (5/2).
Tetapi, lanjutnya, pemerintah juga tidak akan memaksa perusahaan BUMN untuk membelinya. "Pemerintah hanya menawarkan. Biarlah perusahaan sendiri yang melakukan kajian. Kalau mereka tertarik, tetapi kalau tidak, dikembalikan lagi," tandas Mustafa.
Ia menambahkan yang paling penting lagi, pihak Freeport sudah membuka peluang bagi Pemerintah Indonesia untuk mengirimkan satu perwakilan pemerintah pada jajaran komisaris di Freeport. "Ini sangat bagus, pemerintah akan punya perwakilan resmi di Freeport. Apalagi selama ini sering terjadi communication's gap antara Freeport dengan Pemerintah. Saat ini Kementerian BUMN bersama-sama dengan Menteri Keuangan sedang menjajaki siapa yang pantas menjadi perwakilan pemerintah di Freeport," jelasnya.
Lanjutnya lagi, seleksi calon komisaris di Freeport perwakilan pemerintah tidak harus dari BUMN. Bisa diambil orang bukan dari BUMN. Yang terpenting kinerjanya bagus dan bisa mewakili pemerintah. "Seleksi tengah berjalan, mudah-mudahan saat mereka RUPS pertengahan tahun ini, komisaris perwakilan pemerintah sudah ada," tuntasnya. [cms]

INCO Bagi Dividen USD0,0141/Saham

JAKARTA - PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) setuju membagikan dividen luar biasa senilai USD0,0141 per saham dari laba ditahan pada 2008.

"Keputusan untuk membayarkan dividen ini dibuat setelah mempertimbangkan kinerja perseroan yang baik saat ini. Dividen akan dibayarkan pada 14 April 2010 kepada pemegang saham yang namanya telah tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada 29 Maret 2010," ujar Wakil Presiden Direktur dan Direktur Keuangan Claudio Bastos, dalam keterangan tertulisnya kepada okezone, di Jakarta, Jumat (4/3/2010).

Pemegang saham Indonesia akan menerima dividen dalam rupiah yang nilainya setara dengan jumlah dividen yang dibayarkan dalam USD berdasarkan kurs tengah yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) pada 29 Maret 2010. Pemegang saham asing akan menerima dividen dalam dolar Amerika Serikat.

Pada rapat ini, pemegang saham juga menegaskan dividen sementara untuk 2009 senilai USD0,01107 per saham yang telah diumumkan pada November 2009.(css)

INCO Bagi Dividen 216 Juta Dolar AS

Jakarta (ANTARA News) - PT International Nickel Tbk (INCO) akan membagikan dividen tahun buku 2009 sebesar 216 juta dolar AS, setelah membagikan dividen interim pada 29 Desember 2009 senilai 106 juta dolar AS.

"Dengan demikian pada 14 April 2010 perseroan akan membagikan dividen final sebesar 110 juta dolar AS," kata Sekretaris Perusahaan INCO Indra Ginting di Jakarta Jumat.

Indra mengatakan, dana untuk dividen tersebut akan diambil dari saldo laba ditahan perseroan sebesar 850 juta dolar AS.

Dia menambahkan perseroan tahun ini telah menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai 257,7 juta dolar AS yang akan digunakan antara lain untuk ekspansi usaha sebesar 112,1 juta dolar AS dan modal kerja sebesar 141,3 juta dolar AS.

Menurutnya dana belanja modal itu akan dibiayai dari arus kas internal perseroan dan pinjaman dari Mizuho Bank dan Bank of Tokyo sebesar 150 juta dolar AS.

Sementara itu sepanjang 2009 penjualan INCO turun dari 1,312 miliar dolar AS pada 2008 menjadi 761 juta dolar. Hal ini juga menyebabkan laba bersihnya anjlok dari 359 juta dolar menjadi 170 juta dolar.

Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) PT International Nickel Tbk (INCO) yang berlangsung di Jakarta Jumat memutuskan untuk mengangkat Tony Wenas (mantan Direktur PT Freeport Indonesia) sebagai Direktur Utama perseroan yang menggantikan Arif Siregar.

Tuesday, March 2, 2010

Laba Bersih GZCO Melonjak 273%

JAKARTA - PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) sepanjang 2009 membukukan laba bersih Rp204,39 miliar, melonjak 273 persen dibanding tahun sebelumnya Rp54,75 miliar.

Pertumbuhan laba bersih ini berasal dari peningkatan kinerja produksi dan penjualan sebesar 60 persen, hasil investasi akuisisi PT Palma Sejahtera 29 persen, dan sisanya transaksi luar usaha sebesar 11 persen. Dalam pengumuman laporan keuangan 2009 belum diaudit yang diterima harian Seputar Indonesia kemarin perseroan menjelaskan, peningkatan keuntungan bersih disebabkan bertambahnya aset yang kemudian mendongkrak pertumbuhan kinerja berupa hasil panen, produksi, dan penjualan.

Emiten yang bergerak di bidang usaha perkebunan sawit dan pengolahan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) ini total mencatat pertumbuhan aset sebesar 40 persen di 2009, yakni dari Rp1,42 triliun di 2008 menjadi Rp1,99 triliun. Pertumbuhan aset berupa lahan tertanam meningkat 69 persen dari 15.980 hektare (ha) menjadi 27.085 ha. Sementara aset berupa lahan belum tertanam tumbuh 536 persen dari 15.330 ha menjadi 97.502 ha.

Kapasitas pabrik pengolahan CPO perseroan juga meningkat 200 persen dari kapasitas tersedia 45 ton per jam menjadi 135 ton per jam. Sementara itu, volume penjualan CPO tumbuh 41 persen dari 37.000 ton menjadi 59.500 ton,sedangkan kernel naik 33 persen dari 8.500 ton menjadi 11.489 ton. ”Walaupun realisasi harga jual rata-rata per ton produk di tahun 2009 sedikit turun dibanding 2008, penurunan harga ini jauh lebih kecil dibanding peningkatan volume penjualan.

Sehingga total nilai penjualan yang dapat direalisasi tetap tumbuh 40 persen yaitu dari Rp290,71 miliar menjadi Rp407,91 miliar,” papar manajemen Gozco. Adapun dari investasi di PT Palma, Gozco mencatat pendapatan berupa bagian laba dari anak perusahaan sebesar Rp58,60 miliar atau 29 persen dari laba bersih perseroan.

Sementara kontribusi dari transaksi luar usaha diperoleh dari selisih antara beban bunga pinjaman Rp23,14 miliar dengan pendapatan bunga simpanan dana Rp13,11 miliar dan pendapatan selisih kurs dan transaksi luar usaha lainnya Rp60,97 miliar. Dari pos ini, perseroan membukukan pendapatan Rp50,95 miliar, dan setelah dikurangi taksiran pajak penghasilan badan Rp30,77 miliar dan hak minoritas Rp4,13 miliar, perseroan menambahkan Rp24,31 miliar ke laba bersihnya