Monday, November 16, 2009

Laba Berlian Laju Tanker Anjlok 96,78%

Jakarta - PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) mencatat penurunan tajam laba bersih mencapai 96,78% hingga triwulan III-2009. Penurunan dipicu oleh penurunan penjualan dan kerugian nilai wajar atas obligasi konversi dan wesel bayar.

Demikian disampaikan dalam laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan, Senin (16/11/2009).

Hingga triwulan III-2009, BLTA mencatat pendapatan sebesar US$ 450,624 juta, turun 17,47% dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 546,069 juta.

Beban langsung tercatat sebesar US$ 343,755 juta, terjadi efisiensi 6,08% dari sebelumnya US$ 366,025 juta. Laba kotor sebesar US$ 108,869 juta, turun 39,53% dari sebelumnya US$ 180,044 juta.

Pos beban umum dan administrasi juga berhasil ditekan sebesar 15,25% menjadi US$ 21,765 juta dari sebelumnya US$ 25,682 juta. Namun laba usaha tetap tercatat anjlok 44,86% menjadi US$ 85,104 juta dari sebelumnya US$ 154,362 juta.

Pada pos lain-lain, BLTA mencatat kerugian atas perubahan nilai wajar obligasi konversi dan wesel bayar sebesar US$ 119,25 juta. Akibatnya perseroan mencatat minus US$ 78,382 juta pada pos lain-lain.

Hal ini membuat laba bersih anjlok tajam sebesar 96,78% menjadi US$ 6,049 juta dari sebelumnya US$ 188,017 juta. (dro/dnl)

Thursday, November 12, 2009

Global Mediacom (BMTR) Lepas Mobile-8 (FREN) di Rp.55 / Lembar

PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menjual 19 persen atau 3,84 miliar saham PT Mobile-8 Telecom Tbk (FREN) kepada PT Gerbangmas Tunggal Sejahtera yang terafiliasi dengan grup Sinarmas.

Dengan penjualan tersebut, Global Mediacom tidak lagi memiliki saham Mobile-8. Adapun nilai divestasi 19 persen saham Mobile-8 mencapai Rp211,46 miliar atau Rp55 per saham. Direktur Global Mediacom Handhi S Kentjono mengatakan, sejak 2008 perseroan memutuskan secara bertahap keluar dari bidang telekomunikasi untuk fokus pada industri media.

"Dengan penjualan tersebut, Global Mediacom akan dapat lebih mengembangkan anak usahanya melalui anak-anak perusahaan di bidang media," ujar Handhi dalam keterangan tertulis kemarin. Berdasarkan data transaksi dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pelepasan 19 persen saham PT Global Mediacom Tbk (BMTR) di Mobile-8 dilakukan tiga tahap dalam transaksi tutup sendiri.

Dalam transaksi tersebut PT OSK Nusadana Securities (DR) bertindak sebagai broker pembeli, sedangkan PT Bhakti Securities (EP) selaku broker penjual. Transaksi pertama dilakukan pada pukul 15.47.31 waktu Jakarta Automatic Trading System (JATS) sebanyak 2.833.022 lot atau setara 1,41 miliar saham pada harga Rp55 per saham.

Nilai transaksi yang dibukukan mencapai Rp77,9 miliar. Transaksi kedua dilakukan pada pukul 15.47.56 waktu JATS sebanyak 2.023.587 lot atau setara 1,01 miliar saham pada harga Rp55 per unit. Nilai transaksi pelepasan saham itu sebesar Rp55,6 miliar.Adapun transaksi ketiga dilakukan pada pukul 15.50.43 waktu JATS untuk sebanyak 2.833.022 lot atau setara 1,41 miliar saham pada harga Rp55 per saham.Total nilai transaksi ini sebesar Rp77,9 miliar.

Lebih lanjut Handhi mengungkapkan, dengan masuknya investor baru tersebut, pihaknya yakin kinerja Mobile-8 akan semakin baik, didukung oleh pertumbuhan industri telekomunikasi yang semakin menjanjikan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam berkomunikasi. "Ditambah dengan pengembangan produk yang berteknologi maju dan variatif serta kelebihan Mobile-8, maka kami yakin kinerja Mobile-8 ke depan akan semakin baik," katanya.

Sementara itu, pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) Mobile-8 kemarin, pemegang saham menyetujui pergantian susunan direksi dan komisaris. Wakil dari investor baru (Gerbangmas) yakni Henry Cratein Suryanaga masuk menjadi presiden komisaris. Henry mengaku masih berniat memperbesar kepemilikan saham di Mobile-8 jika ada kesempatan.

Selain melalui pasar, perusahaan berpeluang membeli saham melalui rencana penjualan saham dari pemegang saham Mobile-8 yang lain,Jerash Investment Ltd. Direktur Utama Mobile-8 Merza Fachys mengatakan, Gerbangmas berpartisipasi sebagai pemilik minoritas dalam pembelian saham tersebut.

Melalui masuknya investor baru, dia berharap Mobile-8 bisa berkembang. Adapun susunan lengkap dewan komisaris adalah Presiden Komisaris Henry Cratein Suryanaga, Wakil Presiden Komisaris (Independen) Sarwono Kusumaatmadja, Komisaris Independen Reynold M Batubara.

Susunan dewan direksinya, Presiden Direktur Merza Fachys, Direktur Anthony C Kartawiria, Direktur Beydra Yendi, Direktur Agus Heryanto Lukas, dan Direktur Yopie Widjaja. Lebih lanjut Merza mengungkapkan, sebesar 55 persen Mobile-8 telah setuju untuk mengonversi piutang menjadi saham perseroan seri B.

Konversi diharapkan dapat direalisasikan pada akhir 2009. Saat ini total utang perseroan mencapai Rp1,4 triliun yang terdiri atas utang obligasi Rp675 miliar, sisanya utang usaha. Per September 2009 Mobile-8 membukukan rugi bersih sebesar Rp439,9 miliar atau naik dibandingkan periode sama 2008 yang mengalami rugi bersih Rp275,292 miliar.

Perusahaan yang mulai beroperasi secara komersial pada Desember 2003 ini memperoleh rugi usaha sebesar Rp557,189 miliar pada kuartal III/2009 atau menurun dibanding periode yang sama tahun 2008 dengan rugi usaha senilai Rp152,99 miliar.

Pada periode 30 September 2009 dan 2008,perseroan juga mencatat defisit masing-masing sebesar Rp2,311 triliun dan Rp1,078 triliun. Untuk itu perseroan fokus terhadap peningkatan jumlah basis pelanggan agar dapat menghasilkan pendapatan yang memadai untuk menutupi beban usaha.

Laba Usaha 3Q09 Global Mediacom Naik 31,5%

PT Global Mediacom Tbk (BMTR) mencatatkan kenaikan laba usaha selama kuartal III-2009 mencapai 31,55 persen menjadi Rp576,905 miliar, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp438,538 miliar.

Selain itu, pendapatan selama kuartal III-2009 naik 6,30 persen menjadi Rp3,714 triliun jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,494 triliun.

Demikian terungkap dalam laporan keuangan kuartal III-2009 yang dipublikasikan manajemen perseroan, di Jakarta, Kamis (29/10/2009).

Kenaikan pendapatan juga diikuti naiknya beberapa pos pendapatan perseroan selama kuartal III-2009, di antaranya pos media berbasis konten dan iklan perseroan mencapai 2,46 persen menjadi Rp2,83 triliun, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,762 triliun.

Selain itu, pos media berbasis pelanggan pun mengalami kenaikan hingga 33,26 persen menjadi Rp754,084 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp565,857 miliar.

Kenaikan laba perseroan juga dipicu penurunan beban usaha perseroan selama kuartal III-2009 tercatat sebesar Rp3,137 triliun atau naik sebesar 14,33 persen, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,662 triliun.

Sedangkan pada pos keuntungan kurs mata uang asing naik menjadi Rp257,548 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya minus Rp2,053 miliar. Adapun laba bersih perseroan selama kuartal III-2009 mengalami penurunan menjadi Rp235,906 miliar, bila dibandingkan periode yang sama Rp459,189 miliar.

Laba bersih per saham mengalami kenaikan menjadi Rp17,1 bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp11,4. (css)

Thursday, November 5, 2009

Ya Ampun, Laba Darma Henwa Ambles 95,8%!

JAKARTA - PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mencatatkan penurunan laba bersih selama enam bulan yang berakhir 30 September 2009 mencapai 95,85 persen menjadi USD295,513 ribu, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD7,126 juta.

Penurunan laba bersih perseroan, dipicu oleh pos pendapatan perseroan selama enam bulan pertama tahun ini yang turun hingga 8,73 persen menjadi USD150,683 juta, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD165,102 juta. Sedangkan pos laba operasi juga turun 51,62 persen menjadi USD9,873 juta, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD20,408 juta.

Hal tersebut seperti dikutip dalam laporan keuangan selama enam bulan yang berakhir 30 September 2009 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Selasa (3/11/2009).

Kendati demikian, pada pos beban usaha perseroan terpangkas 2,68 persen menjadi USD140,809 juta, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD144,694 juta. Perseroan juga mencatatkan keuntungan transaksi valuta asing sebesar USD1,429 juta, atau melonjak 83,67 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD778,317 ribu.

Sementara itu, perseroan membukukan laba atas penjualan aset tetap sebesar USD131,577 ribu. Sedangkan laba sebelum hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan yang dikonsolidasikan turun menjadi USD2,942 juta, bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya USD7,148 juta.

Pada perdagangan IHSG sesi pertama, harga saham dengan kode emiten DEWA melemah Rp2 atau turun 1,17 persen menjadi Rp169 per lembarnya. (css)

Wednesday, November 4, 2009

Merukh Enterprises Incar TPI

JAKARTA , INVESTOR DAILY
Jusuf Merukh, pemilik 20% saham PT Newmont Nusa Tenggara, berniat mengakuisisi PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), anak usaha PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).
Jusuf Merukh melalui Merukh Enterprises Corp tengah bernegosiasi dengan pemegang saham TPI untuk menentukan nilai akuisisi. “Kami serius meminati TPI dan berencana membeli salah satu anak usaha MNC tersebut,” kata Jusuf Merukh, presiden komisaris Merukh Enterprises, di Jakarta, Selasa (3/11).
Jusuf mengungkapkan, pengambilalihan stasiun televisi nasional milik MNC, perusahaan media yang dikendalikan Hary Tanoesoedibjo melalui PT Global Mediacom Tbk (BMTR), akan menunjang bisnis inti Merukh Enterprises.
“Kami akan menjadikan TPI sebagai wadah edukasi masyarakat, terutama untuk menyampaikan informasi bisnis, potensi, serta tantangan dan manfaat pertambangan mineral dan batubara di Tanah Air,” ujar Jusuf.
Selain itu, kata dia, akuisisi TPI bakal memperluas bisnis Merukh Enterprises. Selama ini, Merukh fokus pada usaha di sektor pertambangan mineral dan batubara. Melalui PT Pukuafu Indah, anak usaha Merukh Enterprises, Jusuf Merukh memiliki 20% saham Newmont Nusa Tenggara, salah satu produsen emas dan tembaga terbesar di Indonesia.
Merukh Enterprises juga mengendalikan Merukh Lembata Copper, perusahaan pertambang yang tengah mengeksplorasi tambang emas dan tembaga di Lembata, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sebelumnya, Merukh melalui Pukuafu telah mengakuisisi 100% saham dua maskapai penerbangan, yaitu PT Dirgantara Air Services senilai US$ 50 juta dan Sabang Merauke Air Charter (SMAC) seharga US$ 20 juta.
Penyelesaian Utang
Jusuf Merukh mengakui, rencana akuisisi masih terganjal masalah utang TPI senilai US$ 53 juta kepada Crown Capital Global Ltd. Namun, dia bersedia menyelesaikan utang tersebut melalui negosiasi dengan kreditor. “Jika TPI berhasil diambilalih, kami siap menyelesaikan utang itu,” tegasnya.
Namun, ketika dikonfirmasi, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Global Mediacom Budi Rustanto menegaskan, pihaknya tidak akan melepas TPI kepada siapapun. Pasalnya, kata dia, TPI merupakan bisnis inti Global Mediacom melalui MNC.
“Kami punya tiga stasiun televisi di Tanah Air, yaitu RCTI, Global TV, dan TPI. Selama ini, ketiganya menjadi pilar MNC, karena memiliki segmen yang berbeda,” jelas Budi.
Global Mediacom kini masih menguasai 71,14% saham MNC. Sedangkan Mediacorp Investment Pte Ltd, anak usaha Temasek, memiliki 6,85% saham dan sisanya 22,01% dimiliki publik.
Belum lama ini, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menyatakan TPI pailit, menyusul gagal bayar utang senilai US$ 53 juta kepada Crown Capital Global Ltd. Sementara itu, TPI telah mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung (MA).
Namun, akibat putusan pengadilan niaga, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menempatkan peringkat MNC dan rencana penerbitan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) senilai Rp 500 miliar dalam creditwatch dengan implikasi negatif.
Pefindo memberlakukan peringkat tersebut mulai 21 Oktober 2009-21 Januari 2010. Pefindo menilai bahwa putusan pailit dikhawatirkan dapat memicu gagal bayar terhadap surat utang MNC senilai US$ 143 juta. Pasalnya, TPI merupakan salah satu penjamin surat utang tersebut. TPI juga mengontribusi 14% pendapatan MNC. (jau)

Monday, November 2, 2009

Lap Keu Q3 2009 : MNCN , BMTR , BHIT

MNCN: Laba Bersih 9M09 Naik 18,5%, Pendapatan +1,8% yoy



BMTR: Laba Bersih 9M09 Terpangkas 48,6%, Pendapatan -9,4% yoy


BHIT: Pendapatan 9M09 -11%, Laba Bersih -37% yoy

(ksei/fz)